Khotbah Kristen: Pecinta Hikmat Allah (1 Korintus 2:4)
Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah. (1 Cor. 2:4-5 ITB)
Dalam pasal 1-3 secara cermat menunjukkan bahwa setidaknya ada empat masalah yang terlibat:
Pertama, Ada “pertengkaran” dan “perpecahan” di antara mereka, dengan berbagai guru mereka sebagai titik pertemuan. Hal ini ditunjukkan oleh pernyataan eksplisit dalam 1:10-12, 3:3-4, dan 3:21, ditambah pernyataan tidak langsung dalam 3:5-9 dan 4:1-2 tentang bagaimana mereka seharusnya memandang guru-guru ini. Namun, tidak ada petunjuk sedikit pun bahwa para guru itu sendiri yang terlibat dalam pertengkaran ini; sesungguhnya, penegasan Paulus tentang Apolos dalam 3:5-9 dan 16:12 menunjukkan kebalikannya.
Kedua, Pertengkaran ini dalam beberapa cara dilakukan atas nama "kebijaksanaan." Kelompok kata Yunani sophialsophos ("hikmat" / "bijak") mendominasi diskusi di seluruh pasal 1-3. Insiden tinggi di tiga pasal dari kelompok kebijaksanaan ini, ditambah fakta bahwa dalam banyak kasus kebijaksanaan ini digunakan dalam arti merendahkan.
Ketiga, Terkait dengan dua item pertama ini adalah referensi berulang ke Korintus "membual" (1:29-31; 3:21; 4: 7) dan "sombong" (4:6, 18-19). Pertengkaran mereka berupa bualan belaka yang tampaknya mengatasnamakan hikmat (3:18-21; lih. 4:6). Munck menjelaskan: "Pandangan mereka tentang pemimpin Kristen sebagai guru kebijaksanaan benar-benar bertujuan untuk melayani kemuliaan mereka sendiri. Memang benar bahwa mereka membanggakan nama-nama besar ini, tetapi hanya untuk membanggakan diri mereka sendiri."
Keempat, Adanya masalah yang berasal dari pengaruh Helenistik dan dari filsuf keliling, di mana banyak di antaranya adalah kaum sofis (orang-orang yang mengagungkan hikmat). Kaum ini lebih mementingkan orasi yang dipoles daripada konten yang signifikan. Hal ini sangat mempengaruhi kekristenan di jemaat Korintus, di mana berita injil terkontaminasi dengan ajaran-ajaran hikmat manusia.
Dalam konteks semacam ini mereka bertengkar tentang para pemimpin mereka sebagai guru kebijaksanaan, membual dalam satu percakapan kepada percakapan yang lain, dan menilai mereka dari perspektif manusia semata. Dari perspektif ini baik Paulus maupun Injilnya tidak berhasil mempengaruhi kehidupan jemaat Korintus dengan baik. Berita Injil salib yang disampaikan Paulus tidak dirancang untuk membuat para pecinta hikmat kagum. Sebab pada dasarnya mereka hanya memiliki tujuan bagi kemuliaannya sendiri.
Masalah terbesar bagi Paulus bukanlah perpecahan itu sendiri; itu hanyalah gejala. Masalah yang lebih besar adalah ancaman terhadap Injil, dan bersamaan dengan itu terhadap sifat gereja dan pelayanan kerasulannya. Jadi, masalah yang paling krusial dalam surat ini, bukan karena pertengkaran dan perselisihan jemaat Korintus, tetapi kesalahan yang paling signifikan adalah jemaat berusaha mengganti teologi salib dengan teologi palsu yang hanya menekankan pada keindahan dan orasi belaka, tanpa memberitakan Injil Keselamatan.
Apabila kita melihat hari-hari ini, pemberitaan-pemberitaan atau khotbah-khotbah di gereja sudah mulai kehilangan arah. Teologi salib telah diganti dengan teologi kemakmuran, teologi salib telah diganti dengan teologi motivasi, teologi salib telah diganti dengan teologi stand up comedy, teologi injil telah diganti dengan teologi leadership. Berita salib Yesus tidak lagi menjadi pusat pemberitaan di gereja-gereja. Seminar-seminar yang disajikan bukanlah berupa pengajaran injil salib, tetapi keungan (bagaimana memanajeman keuangan dengan baik).
Baca juga:
Oleh karena itu rasul Paulus memberikan argumentasi atas setiap persoalan-persoalan tersebut. Argumentasi Paulus berujuan hendak membungkam bualan-bualan jemaat korintus yang memiliki pemahaman berdasarkan hikmat manusia. Hal ini jelas bahwa hikmat manusia sangat bertentangan dengan hikmat Allah yang dinyatakan di dalam Roh. Paulus membungkam teologi palsu mereka dengan berita Injil yang membawa pada kerendahan hati, dan penundukan jiwa. Melalui perkataan-perkataan Paulus, yang mungkin bagi banyak orang adalah tindakan bodoh untuk merendahkan diri kepada jemaat korintus dalam pemberitaan injil. Tetapi tujuan dari pemberitaan salib Kristus adalah segala kemuliaan hanya bagi Tuhan, bukan bertujuan untuk memegahkan diri sendiri. Inilah alasan Paulus berkata: “barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan” (1 Kor. 1:31).
Apa ciri-ciri seorang Pecinta Hikmat Allah?
Dari pembahasan ini kita dapat menemukan bahwa seorang pecinta hikmat Allah memiliki ciri-ciri:
1. Memiliki Sikap Rendah Hati 1 Kor. 2:1-3.
Orang yang terlalu banyak bicara sebenarnya isinya tak ada. Semakin berhikmat makin rendah hati. Padi makin berisi, makin merunduk. Apabila tak ada isinya, maka akan tegak. Perhatikan saja gaya bahasanya Paulus dalam 1 Kor. 2:1-3. Semakin berhikmat makin rendah hati. Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan. Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar. (1 Cor. 2:1-3 ITB).
2. Memiliki Perkataan dari kuasa Roh (1 Kor. 2:4).
Pecinta hikmat belum tentu berhikmat, tetapi orang berhikmat saya dapat pastikan ia merupakan seorang pecinta hikmat. Orang berhikmat tidak terlihat dari perkataan-perkataannya yang indah-indah, atau penggunaan bahasa yang spektakuler, sehingga membuat orang terkagum-kagum melihatnya. Tetapi orang berhikmat mampu menyederhanakan segala sesuatu yang rumit, yang sulit atau membuat sesuatu yang tidak mudah dipahami menjadi mudah dipahami. Seperti berita injil yang bagi para pecinta hikmat dunia merupakan kebodohan dan memalukan, dan tidak masuk akal, tetapi bagi pecinta hikmat Allah berita injil adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah yang luar biasa. Gaya penyampaiannya pun sederhana dan didorong oleh keyakinan akan kekuatan Roh. Kuasa Roh atau kekuatan Roh di sini menekankan kuasa untuk mengubah hidup, untuk mengungkapkan hikmat rahasia Allah (1 Kor. 2:6-16), untuk melayani dalam kelemahan (1 Kor. 4:9-13), dan untuk mempengaruhi kekudusan dalam komunitas yang percaya (1 Kor. 5:3-5). Injil diberitakan melalui kelemahan manusia tetapi disertai dengan pekerjaan Roh yang kuat sehingga kehidupan diubah melalui perjumpaan ilahi-manusiawi. Hal ini sulit untuk diajarkan dalam kursus homiletika, tetapi itu masih merupakan kebutuhan yang sebenarnya dalam khotbah Kristen yang sejati.
Kesimpulan
Saudara mengaku sebagai seorang pecinta hikmat, tetapi masih sombong, sesungguhnya anda adalah zonk. Saudara mengaku sebagai seorang pecinta hikmat, tetapi perkataanmu bukanlah berasal dari kuasa Roh, sesungguhnya anda bodoh.
Posting Komentar untuk "Khotbah Kristen: Pecinta Hikmat Allah (1 Korintus 2:4)"