Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Eksposisi Kitab Efesus: Bersatu Untuk Bertumbuh Dewasa (Ef. 4:13)

Kesatuan tubuh Kristus merupakan suatu panggilan bagi kita umat Kristen. Paulus berkata: “Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu” (Ef. 4:1). 

Sebagai umat Kristen, seseorang harus hidup berpadanan dengan panggilan tersebut. Di mana seseorang harus hidup di dalam kesatuan tubuh Kristus. Hal ini terlihat dari sifat-sifat yang dihasilkan yaitu:

  • Rendah hati. Hal ini penting untuk bisa bersatu. Kesombongan merusak persatuan.
  • Lemah lembut. Kata ini diambil dari kata “prous” yang berarti sikap atau kualitas sikap seseorang untuk bertindak dengan kelembutan tidak dengan kekerasan. 
  • Sabar terhadap orang yang menjengkelkan.
  • Menunjukkan kasih dalam hal saling membantu. 

Keempat hal ini diperlukan untuk menghasilkan kesatuan yang utuh, tanpa karakter rendah hati, lemah lembut, sabar, dan saling mengasihi, maka setiap umat Kristen tidak mampu mencapai kesatuan sebagai tubuh Kristus.

Selain itu, kesatuan juga dilihat dari kesatuan Allah (ay. 3-6): 

  • Satu Roh (Roh Kudus), karena itu ada satu tubuh (ay 4).
  • Satu Tuhan (Tuhan Yesus), karena itu ada satu pengharapan, satu iman, dan satu baptisan (ay 4-5).
  • Satu Allah dan Bapa, karena itu hanya ada satu keluarga (ay 6; bnd. Ef 3:15).

Kesatuan inilah yang menjadi landasan gereja untuk bersatu. Oleh sebab itu, sebagai umat Kristen harus berusaha memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera. Kata “berusahalah” diambil dari kata σπουδάζοντες (spoudazontes) verb participle (imperative sense) present active nominative masculine 2nd person plural from σπουδάζω (spoudazo). Kata ini  berusahalah “make every ef¬fort” ada dalam bentuk Present, sehingga menunjukkan bahwa usaha itu harus dilakukan secara terus menerus. Usaha yang terus-menerus ini harus dikerjakan oleh masing-masing gereja Tuhan, untuk hidup dalam kesatuan kasih. 

Baca juga: Memahami Allah Tritunggal.

Kesatuan tubuh Kristus merupakan suatu perintah yang ditekankan Allah Bapa. Paulus berkata: “satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua” (ay. 6). Ayat ini menekankan kesatuan di dalam Allah, namun ayat 7, di mana Paulus berkata: “Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus”. Hal ini menunjukkan adanya suatu kontras, yang ditunjukkan dengan kata ”tetapi” dan menunjukkan suatu perbedaan “kita masing-masing”. Perbedaan ini semakin mencolok ketika Tuhan Yesus memberikan karunia yang berbeda-beda kepada setiap tubuh Kristus. Adapun karunia-karunia atau jabatan-jabatan (ay 11):

  • Rasul,  Orang yang dipilih atau diutus Kristus sendiri dan merupakan saksi kebangkitan Kristus.
  • Nabi, Orang yang menerima wahyu dari Allah dan lalu menyampaikannya. 
  • Pemberita-pemberita Injil. Kata ini hanya digunakan 3x dalam seluruh PB (Kis 21:8  Ef 4:11  2Tim 4:5). 
  • Gembala-gembala
  • Pengajar-pengajar.

Adanya macam-macam karunia-karunia tidak boleh menyebabkan umat Kristen iri, menghina atau sombong, tetapi bahkan harus menyebabkan kita bersatu dan bekerja sama. Inilah yang disebut persatuan di tengah perbedaan. Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, Paulus berkata bahwa setiap umat Tuhan memiliki tugas atau karunia yang beragam di dalam kesatuan tubuh Kristus. Keanekaragaman ini tidaklah membuat umat Tuhan terpecah belah. Justru di dalam keanekaragaman merupakan harus ada kesatuan yang terjalin.

Kesatuan yang terjalin dari perbedaan ini, terimplementasi melalui kelima karunia yaitu: Rasul, Nabi, Penginjil, Gembala, dan Pengajar, bertujuan untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus (ay. 12). Membangun tubuh Kristus adalah suatu upaya atau usaha yang dikerjakan bersama-sama. Sekalipun jemaat Tuhan, masing-masing memiliki peran dan tugas yang berbeda, tetapi tujuannya sama yaitu “memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus” (ay. 12). Kata “memperlengkapi” diambil dari kata καταρτισμός  (katartismos) yang berarti: complete furnishing, equipping (melengkapi perabotan, melengkapi, dan melatih). Friberg menjelaskan kata καταρτισμός  (katartismos): proses penyesuaian yang menghasilkan kesiapan lengkap, melengkapi, menyempurnakan, membuat memadai. Louw Nida Lexicon menjelaskan bahwa kata ini memeiliki pengertian untuk membuat seseorang benar-benar memadai atau cukup  atau untuk melengkapi sepenuhnya. Dapat disimpulkan bahwa kata memeperlengkapi merupakan satu proses untuk membuat jemaat Tuhan sempurna dan efektif di dalam pelayanan guna pembangunan tubuh Kristus (gereja Tuhan/Bait Kristus).

Paulus menjelaskan bahwa membangun tubuh Kristus harus melalui proses yang bertahap. Ayat 13 berkata: “sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,” (Ef. 4:13).

Inilah tujuan dan sekaligus pengharapan yang harus dicapai oleh jemaat Tuhan. Penulis dalam hal ini akan focus kepada ayat 13 ini, di mana ayat tersebut merupakan tujuan yang harus dicapai oleh jemaat Tuhan. Dengan kata lain, tujuan jemaat Tuhan adalah mencaai kedewasan penuh dalam kestuan sebagai dampak dari pengetahuan yang benar tentang Kristus, percaya dan bertumbuh dalam Kristus. 

Sesungguhnya kesatuan yang kita terima adalah anugerah (bnd. Ay. 8-10). Di mana Yesus yang menjelma sebagai manusia mendamaikan umat manusia dengan Allah Bapa, sehingga kita dipersatukan kembali dengan Allah Bapa.  

Perhatikanlah, sekalipun kesatuan jemaat dengan Allah sudah ada, hal ini harus dipelihara (ay. 3) dan dicapai (ay. 13). Tentu, sebagaimana kesatuan harus dipelihara secara nyata kelihatan, demikian pula kesatuan harus sepenuhnya dicapai, yaitu kedewasaan penuh. 

Kesatuan orang-orang percaya di dalam Kristus cenderung menghasilkan kesatuan iman dan pengetahuan. Paulus mengatakan: “sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,” (Ef. 4:13).

Kata “sampai” yang diambil dari kata μέχρι or μέχρις (mechri or mechris) merupakan kata keterangan yang menandai sebuah ujung dari tempat dan waktu. Disini mechri digunakan untuk mengenalkan tujuan melengkapi. Tujuan untuk melengkapi ini adalah bagi semua jemaat Tuhan. Frase “kita semua” bukanlah tujuan yang dicapai beberapa orang Kristen “elit” yang terpilih, namun oleh semua orang percaya, yang akan mencapai penyempurnaannya pada saat kembalinya Kristus, pada saat seluruh gereja tiba pada saat kedewasaan lengkap, atau dikenal sebagai pemuliaan.

Kata mechri juga dikuatkan dengan ayat 13 yang menjelaskan suatu capaian. Kata “mencapai” yang diambil dari kata καταντήσωμεν verb subjunctive aorist active 1st person plural from καταντάω (katantao) yang berarti sampai pada keadaan tertentu (attain). Dalam ayat ini καταντάω (katantao) menyampaikan pemikiran orang-orang percaya yang sampai pada “tujuan” mereka, yaitu “kesatuan iman” dan pengetahuan penuh tentang Kristus, dan akhirnya manusia dewasa. Tujuan untuk menjadi utuh ini adalah tujuan yang sangat vital, tidak main-main, dan butuh keseriusan untuk mencapai semuanya ini.

Tujuan yang sangat vital dalam rangka memperlengkapi tubuh Kristus adalah sebagai berikut:

1. Mencapai kesatuan iman dan Pengetahuan yang benar tentang Anak Allah (Tuhan Yesus). (ay. 13)

Wyclife menjelaskan bahwa “kesatuan iman” yang dimaksudkan adalah tubuh yang dikuasai kebenaran. Ketika jemaat Tuhan berpegang pada hal ini, maka pada gilirannya dipersatukan dengan yang lain. Ray Stedman menjelaskan bahwa “kesatuan iman” adalah pemahaman bersama, di dalam gereja, tentang kebenaran besar yang diwahyukan di dalam Kitab Suci. Dalam tulisannya Budi Asali menyatakan bahwa iman memang sudah satu (ay 5), tetapi “kesatuan” mempunyai tingkatan-tingkatan. Semakin mempunyai pengetahuan yang benar ten¬tang Anak Allah (Tuhan Yesus), makin bersatu iman. Hal ini juga disampaikan oleh John Stott bahwa kesatuan iman atau kesatuan penuh dapat dicapai karena iman penuh kepada Anak Allah dan pengetahuan yang benar akan Dia. Semakin banyak pengetahuan akan Anak Allah, makin teguh kepercayaan umat Tuhan Kristus, maka akan makin bertumbuh dalam kesatuan iman. 

Apabila dilihat dari kata “kesatuan” sebenarnya menggambarkan kesatuan atau kebulatan suara. Kata “kesatuan” diambil dari kata ἑνότης (henotes) yang berarti unity. Kata ini memberikan implikasi bahwa keesaan dan keharmonisan di antara orang-orang percaya hanya bisa terjadi apabila dibangun di atas pondasi kuat doktrin yang sehat (bnd. Ef. 4: 3). Sementara kata “iman” yang diambil dari kata πίστις (pistis) yang berarti kepercayaan dan kesetiaan terhadap suatu kepercayaan. Namun dalam konteks ini ungkapan “iman” tidak hanya menunjukkan sistem kepercayaan saja, tetapi kepercayaan yang sangat spesifik. Kepercayaan ini mengacu pada isi dari apa yang diyakini. Ini adalah tubuh kebenaran yang diwahyukan yang merupakan ajaran Kristen, yang secara khusus menampilkan isi Injil yang lengkap yaitu pengetahuan yang sesungguhnya tentang Anak Allah.

Kesatuan iman tidak bisa dilepaskan dengan pengetahuan tentang Anak Allah. Kata “pengetahuan” diambil dari kata ἐπίγνωσις (epignosis) yang berarti: recognition, knowledge. Kata ἐπίγνωσις (epignosis) juga mengacu lengkap, menyeluruh, akurat, pengetahuan pengalaman, bukan hanya abstrak, intelektual, pengetahuan dan bahkan fakta-fakta tentang suatu obyek (Anak Allah). Kata ἐπίγνωσις (epignosis) juga menyampaikan ide hubungan intim dan pribadi.

Kata ini memiliki pengertian 2 yaitu pengetahuan secara aktifitas, dan pengetahuan secara content (isi). Pengetahuan aktif merupakan kegiatan mencari informasi dengan ketelitian yang tinggi. Hal ini terlihat dari bagaimana cara jemaat menggali kebenaran Firman Tuhan. Sedangkan pengetahuan secara content (isi) merupakan isi atau pengetahuan penuh dari hasil mencari informasi (menggali Firman Tuhan). Secara harafiah untuk memiliki pengetahuan atau pemahaman yang lengkap dan teliti tentang Anak Allah, harus melalui proses belajar dan mendalami makna dari kebenaran Alkitabiah. Proses ini melibatkan seluruh aspek kehidupan jemaat Tuhan. Firman yang kita gali itu adalah logos (pengetahuan, pemahaman) dan menjelma di dalam daging jemaat Tuhan itu rhema (logos yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari). Jemaat yang seperti dijelaskan di atas, merupakan jemaat yang hidupnya dinikmati (ginosko) oleh Tuhan. Sungguh bahwa hidupnya menjadi persembahan yang harum dihadapan-Nya. 

Untuk mencapai kesatuan iman di dalam pengetahuan yang lengkap tentang Anak Allah, perlu melibatkan semua anggota jemaat yang tergabung dalam tubuh Kristus. Oleh sebab itu, ayat sebelumnya mengatakan butuh rasul, nabi, penginjil, gembala, dan pengajar untuk memperlengkapi tubuh Kristus (Bait Kristus).

2. Mencapai Kedewasaan Penuh. (ay. 13)

John Stott dalam bukunya “Efesus” menyatakan bahwa jemaat digambarkan seperti tubuh yang sedang bertumbuh menuju kedewasaan penuh. Dalam teks asli frase “kedewasaan penuh” εἰς ἄνδρα τέλειον (eis hanora teleion) yang berarti “untuk manusia sempurna”. Injil Matius 5:48 mengatakan: “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna”. Pencapaian untuk menjadi manusia sempurna tidaklah perkara yang mustahil. Hal ini mungkin bagi setiap jemaat Tuhan. Karena Kristus memberikan anugerah-Nya, melalui kematian-Nya yang mendamaikan umat manusia kepada Allah (bnd. Ef. 4:8-10). Di dalam Efesus 2:15 Paulus mengatakan: 

“sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera,”.

Paulus juga menekankan bahwa “satu manusia baru” yang sedang diciptakan Allah. Inilah yang disebut bahwa manusia ingin dikembalikan kepada rencana semula Allah, untuk menjadi rekan sekerja Allah, diciptakan menurut gambar dan Rupa Allah (Kej. 1:26). Kata Rupa menunjukkan suatu proses untuk memiliki kualitas dan karakter seperti Allah, sehingga manusia sepadan dengan Allah. Manusia memiliki pikiran, kehendak dan perasaan seperti Allah. Hal ini dapat terwujud melalui manusia Kristus (bnd. Fil. 2:5). 

Sesungguhnya manusia harus menjadi sempurna sehingga manusia mampu mengimbangi Allah. Frase “sempurna sama seperti Bapa adalah sempurna” selaras dengan “untuk manusia sempurna (dewasa) dalam ayat 13. Kata sempurna sendiri diambil dari kata τέλειον (teleion) yang berarti dewasa, penuh, sempurna. Secara harafiah sempurna disini berfokus kepada karakter atau tabiat. Dapat disimpulakan bahwa setiap jemaat Tuhan harus memiliki karakter Allah. Jemaat Tuhan harus hidup sempurna di dalam moral, karakter dan pola pikirnya. Proses ini memang tidak mudah, tetapi proses ini mungkin sebab Anugerah Allah memampukan setiap jemaat Tuhan untuk mencapai kedewasaan penuh. Sehingga, manusia mampu mengenakan karakter ilahi atau yang sering disebut mengenakan kodrat ilahi atau menjadi manusia Allah yang natural (tidak dibuat-buat) (bnd. Maz. 8:5-6). 

3. Mencapai pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. (ay. 13)

Di dalam Roma 8:29 Paulus mengatakan: “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.” 

Paulus menyatakan bahwa rencana utama Tuhan bagi kita (umat Tuhan) adalah bahwa kita menjadi “serupa dengan gambaran Anak-Nya”. Tujuan menyeluruh Allah adalah untuk menghasilkan pria dan wanita yang menunjukkan kualitas karakter Yesus Kristus. 

Frase “tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” sangat bertalian erat dengan frase “kedewasaan penuh”. Sebab pertumbuhan yang dikerjakan harus sesuai dengan standart Kristus (sesusi dengan kepenuhan Kristus). Kata “tingkat” diambil dari kata μέτρον (metron) yang berarti ukuran, kapasitas. Sesungguhnya setiap jemaat Tuhan dipatok untuk memiliki kapasitas seperti Kristus. Bertumbuh di dalam kepenuhan Kristus. Dalam teks aslinya kata “kepenuhan” diambil dari kata πλήρωμα (pleroma) yang berarti: penuh, lengkap, ukuran penuh dengan penekanan pada kelengkapan. Dapat disimpulkan bahwa Tuhan ingin setiap orang percaya mewujudkan kualitas Anak-Nya. 

Kesimpulan 

Hasil mencapai kesatuan iman dan Pengetahuan yang benar tentang Anak Allah (Tuhan Yesus), mencapai kedewasaan penuh, mencapai pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. (ay. 13) adalah

Tidak mudah disesatkan (ay. 14)

“sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan,” (Ef. 4:14).

Teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih (ay. 15).

“tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.” (Ef. 4:15).

Posting Komentar untuk "Eksposisi Kitab Efesus: Bersatu Untuk Bertumbuh Dewasa (Ef. 4:13)"