Bahan Khotbah Kristen | Makna Yesus Berkata "Akulah Kebangkitan dan Hidup" (Yoh. 11:25-26)
Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" (Yoh.. 11:25-26)
Pendahuluan
Di dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) kita temukan keterangan tanggal kelahiran. Namun kita tidak akan pernah menemukan keterangan kematian di dalam KTP. Pertanyaan untuk kita semua adalah “Di mana kita bisa menemukan keterangan tanggal lahir dan kematian? Jawabanya adalah di ukiran batu nisan. Dengan kecanggihan teknologi kita bisa mengatur tanggal kelahiran, namun dalam keadaan normal kita tidak dapat mengatur tanggal kematian (kecuali bunuh diri). Inilah mengapa kematian tidak bisa dikendalikan oleh manusia. Pengkhotbah 8:8 berkata: “Tidak seorang pun berkuasa menahan angina dan tidak seorang pun berkuasa atas hari kematian”. Dalam bahasa puisi Ayub mengatakan bahwa ketika hari kematian tiba, manusia “diseret dari dari kemahnya, tempat ia merasa aman, dan dibawa kepada raja kengerian” (Ayb. 18:14).
Realitanya bahwa kehidupan ini bisa berakhir setiap saat. Ayub mengeluh bahwa: “Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan. Seperti bunga ia berkembang, lalu layu, seperti baying-bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan” (Ayb. 14:1-2). Yakobus juga menegaskan bahwa “hidup itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap” (Yak. 4:14). Bahkan sebelumnya telah dijelaskan oleh Musa bahwa usia manusia “berisi tujuh puluh tahun dan jika kuat, delapan puluh tahun, namun kebanggaan hanyalah kesukaran dan penderitaan, sebab berlalunya buru-buru dan melayang lenyap” (Mzm. 90:10).
Tidak ada yang bisa kita banggakan atau sombongkan apabila kematian menjemput kita manusia. Ayub berseru: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku kembali kedalamnya” (Ayb. 1:21). Paulus mencatat: “sebab kita tidak akan membawa apa-apa ke dalam dunia, dan kita pun tidak akan dapat mengambil apa-apa darinya” (1 Tim. 6:7). Tragisnya ada banyak orang menghabiskan seluruh hidupnya untuk mengumpulkan harta benda, tetapi kematian merenggut mereka dalam sekejap.
Bagi orang percaya, kematian bukanlah hal yang menakutkan, sebab Kristus telah mengalahkan maut. Kristus menyatakan bahwa “Akulah kebangkitan dan hidup”, di mana pernyataan ini menandai awal dari kehidupan sejati dalam kesempurnaan dan pemuliaan, serta persekutuan yang sempurna dengan Kristus. Pertanyaannya adalah Bagaimana cara kita mengalami kebangkitan dan hidup di dalam Kristus? Jawabannya adalah “percaya kepada Kristus”
Kronologi Mujizat Kebangkitan Lazarus
Peristiwa kebangkitan Lazarus dalam teks Yohanes 11 ini dibagi menjadi empat adegan. Ayat 1–16 mencatat penyakit Lazarus dan pesan saudara perempuannya kepada Yesus, ayat 17–36 menggambarkan kedatangan Yesus di Betania, ayat 37–44 menceritakan mukjizat itu sendiri, dan ayat 45–57 menceritakan akibatnya.
Sebelum Yesus melakukan mujizat dengan membangkitkan Lazarus dari kematian, ada cerita menarik dibalik peristiwa mujizat itu. Yang menarik adalah pada saat Yesus mendengar bahwa Lazarus sakit, yang Yesus lakukan bukan segera datang ke Betania dan menyembuhkan penyakit Lazarus, tetapi justru Ia berkata: “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan” (Yoh. 11:4) dan setelah mengatakan pernyataan itu, Yesus pergi kembali ke Yudea. Perhatikan bahwa Yesus tidak segera ke Betania tempat Lazarus sakit, tetapi Ia mengajak murid-murid-Nya bertolak ke Yudea. Dalam hal ini, Yesus sengaja membiarkan Lazarus mengalami kematian yang diakibatkan karena penyakitnya, padahal sebelumhya Yesus telah mendengar dari Maria dan Marta bahwa Lazarus sakit.
Yesus tidak menunjukkan rasa sedih akibat kematian Lazarus, padahal Lazarus adalah sahabat Yesus dan Yesus sangat mengasihi Lazarus. Perhatikan Lazarus disebut sebagai “.. dia yang Engkau kasihi..” (Yoh. 11:3). Yesus juga menyatakan bahwa Ia memang mengasihi Lazarus (Yoh. 11:5). Kata “kasih” dalam ayat 3 memakai kata phileo atau mengasihi sebagai seorang saudara, tetapi ayat 5 kata “mengasihi” memakai kata agape yang menunjuk pada kasih yang tanpa syarat, kasih yang paling tinggi nilainya. Hal ini menunjukkan bahwa Yesus mengasihi Lazarus tidak sekedar mengasihi sebagai saudara, tetapi lebih dari itu Kristus mengasihi Lazarus dengan kasih yang paling tinggi yakni kasih yang tanpa syarat. Dengan kasih yang sedemikian Yesus tidak merasa sedih ketika Lazarus mati, justru ia berkata: “..tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu,..” (Yoh. 11:15). Bukannya sedih, tetapi bersyukur atas kematian orang yang dikasihi yakni Lazarus. Rasa syukur ini bukanlah ucapan syukur karena Yesus senang melihat orang lain susah, tetapi ada tujuan lain dibalik ucapan syukur Yesus yakni: “supaya kamu dapat belajar percaya” (Yoh. 11:15). Jadi sebenarnya Yesus membiarkan Lazarus mati dan tidak menyembuhkannya serta bersyukur atas kematian Lazarus karena Yesus hendak membangkitkan Lazarus dari kematian, supaya murid-murid-Nya percaya kepad Kristus bahwa Yesus adalah kebangkitan dan hidup.
Makna Percaya
Selanjutnya Yesus benar-benar mendemontrasikan kuasa-Nya untuk membangkitkan Lazarus yang telah mengalami kematian fisik selama 4 hari. Peristiwa mujizat kebangkitan Lazarus yang dilakukan oleh Yesus menunjukkan bahwa Kristus berkuasa dan sanggup menakklukkan kematian (Luk 7:11-15; 8:52-56). Peristiwa mujizat kebangkitan Lazarus menjadi tempat kuasa Yesus didemontrasikan kepada banyak orang, sehingga iman para murid menjadi semakin kuat (Yoh. 11:15). Mujizat kebangkitan Lazarus juga memberikan bukti yang tidak terbantahkan kepada umat Israel bahwa perkataan Yesus benar dan tidak ada dusta di dalam mulut-Nya. Hal ini juga memberikan kepercayaan pada pernyataan Yesus yang berulang-ulang tentang kebangkitan-Nya dari kematian (lih. 2:19; Mar 8:31; 9:31; Luk 24:7).
Yohanes 11:25-26 dengan jelas menyatakan bahwa cara kita mengalami kebangkitan dan hidup adalah “Percaya”. Ada tiga kali kata percaya dalam kedua ayat tersebut, di mana pengulangan kata “percaya” menegaskan bahwa satu-satunya cara atau jalan untuk kita mengalami kebangkitan dan hidup adalah “percaya kepada Kristus”. Bagi orang yang percaya kepada Kristus, ia akan mengalami kebangkitan pada hari terakhir (Yoh. 6:39-40, 44), dan ia akan hidup selamanya di dalam hadirat Allah.
Dalam terjemahan Yunani di depan kata percaya itu ada kata eis yang diterjemahkan “ke dalam”. Hal ini memberikan pengertian bahwa iman yang sejati kepada Kristus dalam arti membawa orang “ke dalam” Kristus, sehingga menjadi satu dengan Kristus. (Ungkapan yang sama ini ditemukan dalam 3:16, 18, 36; 6:35; 7:38; 12:44, 46; 14:12; 1 Yohanes 5:10). Hal ini menegaskan bahwa percaya dalam ayat ini lebih sekadar pengakuan intelektual atas fakta-fakta tertentu. Hal ini mencakup lebih daripada sekadar kepercayaan kepada Yesus atau keyakinan di dalam Dia; hal itu merupakan satu penerimaan terhadap Yesus dan klaim-Nya serta suatu dedikasi dari hidup seseorang kepada Dia. Ini menyangkut komitmen total bukan sesuatu yang bersifat emosional, tetapi menyangkut suatu kesediaan untuk memberi respons kepada tuntutan-tuntutan Allah seperti yang disampaikan di dalam dan oleh Yesus. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa percaya berarti komitmen seutuhnya dan persatuan pribadi antara orang percaya dan Kristus jelas terlihat dari terminology lain yang setara dengan iman. Percaya berarti menerima Dia (1:12; 5:43; 13:20), menerima kesaksian (3:11), menerima kata-kata Yesus (12:48; 17:8). Selanjutnya ada dua hal yang dialami oleh orang percaya yakni mengalami “kebangkitan” dan “hidup”. Ini dipertegas dengan penjelasan Tuhan Yesus yang mengatakan: “ia akan hidup walaupun ia sudah mati”; “ia tidak akan mati selama-lamanya”.
Implikasi Praktis
Adegan ini memberikan kita pelajaran bahwa terkadang Tuhan diam bahkan seolah-olah tidak peduli dengan pergumulan yang sedang kita alami. Kadang hal ini membuat kita berespons negative dan berkata: “Tuhan tidak mengasihi aku”. Tuhan sangat mengasihi kita. Bukan berarti Tuhan tidak mengasihi kita ketika kita mengalami suatu keadaan yang kadang kita anggap sebagai Tuhan diam, Tuhan tidak peduli, Tuhan tidak menolong, tetapi justru Tuhan menolong dengan cara yang tidak akan pernah kita lupakan seumur hidup. Yesus memberikan jauh lebih besar dari apa yang kita bayangkan. Ini juga mengajar supaya kita memiliki iman yang kokoh (dewasa).
Posting Komentar untuk "Bahan Khotbah Kristen | Makna Yesus Berkata "Akulah Kebangkitan dan Hidup" (Yoh. 11:25-26)"