Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Manusia Duniawi vs Manusia Rohani

Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi? Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?

Dalam pasal ini Paulus hendak menyampaikan tegurannya kepada jemaat Korintus. Paulus menunjukkan bahwa sikap jemaat Korintus yang bertikai dan berselisih tidak sesuai dengan orang yang sudah menerima Roh Kudus (1 Kor. 2:12). Sebagian jemaat Korintus lebih mengidolakan pemimpin lain dibandingkan Paulus, bahkan jemaat Korintus menganggap Paulus kurang berhikmat (1 Kor. 2:1-5). Jemaat Korintus juga mengkritik dan memandang rendah apa yang disampaikan Paulus sebagai berita yang terlalu sederhana dan kurang berbobot (1 Kor 3:1-2). Jemaat menuntut Paulus untuk memberikan sesuatu yang lebih. Kesombongan intelektual inilah yang merupakan kelemahan jemaat Korintus (bnd. 1 Kor. 8:1).

Oleh sebab itu Paulus memberikan pembelaannya yang dimulai dari ayat 1-4. Paulus memakai kata ganti “aku”, di mana hal ini menekankan reaksi Paulus terhadap tuduhan yang diberikan kepadanya. Sekalipun Paulus sedang membela dirinya, namun sikap ini tidak menunjukkan arogansi Paulus. Paulus tetap menyebut jemaat Korintus sebagai “saudara”. Kata ini diambil dari kata ἀδελφοί (adelphoi) yang berarti saudara seiman, saudara kandung. Hal ini merupakan kelembuatan hati Paulus bukan sekedar saudara seiman di dalam Kristus. Sapaan ini merupakan wujud relasi Bapa dengan anak (1 Kor. 4:15). Oleh sebab itu Paulus berani menegur jemaat Korintus yang sedang mengalami perpecahan. 

Paulus menegur dengan ungkapan “Aku tidak dapat berbicara dengan kamu seperti manusia rohani”. Hal ini menyiratkan bahwa jemaat tidak bisa dikatakan sebagai orang rohani. Dengan kata lain, tingkah lakunya tidak mencerminkan orang-orang rohani, melainkan manusia duniawi yang belum dewasa dalam Kristus. Kata “duniawi” diambil dari kata σαρκικοῖς (sarkikois) yang berarti daging, atau diturunkan dari daging. Dalam terjemahan lain NRSV “dengan manusia daging”; TEV “seolah-olah kamu adalah milik dunia ini”; sedangkan NJB “seperti orang yang masih hidup dengan kecenderungan alamimu”. Dalam konteks ini Paulus hendak menjunjukkan bahwa jemaat Korintus adalah jemaat yang belum dewasa dalam iman. Mereka mengklaim Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat tetapi mereka tidak hidup sesuai dengan iman percaya mereka. Dalam hal ini jemaat Korintus disebut sebagai “bayi rohani”. 

Baca juga: Hidup bijaksana.

Sebagai “bayi rohani” susulah yang diberikan Paulus, bukan “makanan Keras”. Hal ini adalah suatu kelanjutan metafora dari orang Kristen baru sebagai makhluk yang baru yang dicirikan sebagai anak (bnd. Ibr 5:12-14; 1 Pet 2:2). Tertullian dan Hippolytus mengatakan kepada kita bahwa gereja mula-mula memberikan segelas susu untuk para petobat baru di komunitas pertama mereka sebagai suatu simbol dari kebenaran yang sama ini. 

Teguran Paulus yang menyatakan bahwa jemaat Korintus adalah “bayi rohani” merupakan ironi. Karena jemaat Korintus menganggap dirinya telah rohani. Jemaat telah memiliki hikmat yang tinggi, sehingga mereka merasa sebagai orang rohani. 

“Orang yang memiliki pengetahuan tentang Tuhan belum tentu mengenal Tuhan dengan benar. Tetapi orang yang mengenal Tuhan dapat dipastikan memiliki pengetahuan tentang Tuhan. Berbicara dengan Tuhan berbeda dengan berbicara tentang Tuhan. Orang yang terlalu bayak berbicara tentang Tuhan tetapi tidak berbicara dengan Tuhan adalah tukang gosipnya Tuhan. Karena orang tersebut berbicara tanpa mengalami Tuhan secara pribadi. Inilah yang dialami oleh jemaat Korintus.”

Hikmat yang dimiliki jemaat Korintus tidak membuat kerohanian mereka meningkat, tetapi justru membuat jelas bahwa mereka masih duniawi. Keadaan “stagnan” atau “mandek” dapat terlihat dari ayat 2 “sebab kamu dahulu belum dapat menerimanya. Dan sekarang pun belum dapat menerimanya”. Hal ini menunjukkan stangansi dan tidak adanya pertumbuhan iman di dalam kehidupan jemaat Korintus. Mereka memang dipenuhi dengan karunia Roh dan pengetahuan (1 Kor. 1:5) , tetapi mereka masih memiliki iri hati, berselisih, dan saling mengkotak-kotakkan kelompok (ay. 3-4). Perselisihan yang ada karena timbulnya iri hati dan akibatnya mereka mengelompokkan diri masing-masing atau menciptakan golongan yang memicu perdebatan.  

Sekalipun mereka sudah Kristen dan percaya Yesus, tetapi dalam tindakan nyata mereka telah jauh dari iman kepada Yesus. Mereka masih hidup di dalam keduniawian. Oleh sebab itu Paulus menegur mereka untuk bertumbuh di dalam Tuhan dan jangan menjadi bayi rohani terus. 

Kesimpulan

  • Manusia rohani adalah orang yang mengerti kebenaran dan melakukannya bahkan mengenakannya dalam kehidupan sehari-hari.
  • Manusia duniawi adalah orang yang mengerti kebenaran dan mengetahui segala hikmat pengetahuan, namun tidak melakukannya dalam hidup sehari-hari. Sebab orang yang mengenal Tuhan berbeda dengan orang yang mengetahui pengetahuan tentang Tuhan.
  • Akibat kesombongan adalah iri hati dan akibat iri hati adalah perselisihan dan akibat perselisihan adalah perpecahan (mengkotak-kotakan atau membuat golongan).
  • Jangan menjadi pribadi yang stagnan, tetapi bertumbuhlah dalam pengenalan akan Kristus Yesus. 

Posting Komentar untuk "Manusia Duniawi vs Manusia Rohani"