Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Khotbah Kristen: The Perfect Peace (Kol. 3:15 bnd. Kol. 3:5-17)

 

Dalam suratnya Paulus terkenal dengan sebuah pola, di mana Paulus menjelaskan bagian doktrin (yang harus dipercayai), dan dilanjutkan dengan nasehat (bagaimana harus bertindak). Hal ini dilakukan untuk melawan ajaran yang tidak sehat yang ada di jemaat Kolose.

Paulus menekankan sifat agung dari ke-Tuhanan Yesus Kristus serta maknanya bagi orang-orang yang telah dipersatukan dengan Tuhan Yesus. Sebagai Tuhan atas ciptaan, Yesus merupakan wujud Tuhan yang sempurna; selaku Kepala Gereja dan Pendamai umat-Nya.

Apabila melihat struktur dari pasal 3:5-17 berisi nasehat untuk bertindak dalam kehidupan orang Kristen. Pasal 3-4 ini biasa disebut bagian aplikasi. Ayat 5 ini diawali dengan kata “karena itu” yang diambil dari kata οὖν (oun) yang berarti: “karena itu, oleh karena itu, untuk alasan itu”. Kata ini muncul sebagai akibat adanya pasal 1 dan 2 yang menjelaskan identitas baru dan kekuatan baru di dalam Kristus. Dalam konteks langsung kata “karena itu” menunjuk pada Kolose 3: 1-4, di mana Paulus merangkum dua pasal pertama, mengulangi identifikasi orang percaya dengan Kristus yang bangkit dan bertakhta. Inilah yang disampaikan Paulus:

ITB  Colossians 3:1-4 “Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. 2Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. 3Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. 4Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.”

Sesungguhnya orang percaya hidup dengan kuasa kebangkitan Kristus dan menyatakan kemuliaan Kristus, bukan sebaliknya. Kristuslah yang menjadi pusat dalam segala hal yang kita perbuat. Oleh sebab itu, “matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi”. Secara harafiah diterjemahkan: “bunuhlah dalam dirimu segala sesuatu yang berhubungan dengan warga duniawi”. Menurut Wyclife frase “matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi” adalah berbagai sikap dan tindakan jasmaniah yang merupakan ungkapan “manusia lama” (bnd. Rm 7:23; 8:13), bukan organ-organ tubuh secara harfiah. Apabila dilihat dalam teks asli, kata “matikanlah” diambil dari kata Νεκρώσατε (nexrosate) verb imperative aorist active 2nd person plural from νεκρόω (nexroo) yang berarti: “letakkanlah untuk dibunuh, bunuhlah sama sekali (tanpa tersisa) dengan implikasi membuang bagian perbuatan manusia lama yang tidak berguna (sia-sia). Selain itu, penggunaan kata νεκρόω  (nekroo) dalam ayat ini adalah kiasan, yang berarti mencabut benda yang terbunuh dari kekuatannya dan untuk menghancurkan kekuatannya. Hal ini menunjukkan adanya upaya yang sangat keras untuk menghentikan penggunaan anggota tubuh dan fungsinya dari tindakan yang tidak bermoral. 

Paulus juga menekankan bahwa orang percaya bukanlah warga dunia ini. Hal ini dilihat dari teks asli Νεκρώσατε οὖν τὰ μέλη τὰ ἐπὶ τῆς γῆς, (nekrosate oun ta mele tae pi tes ges). Perhatikan kata μέλη (mele) yang berarti: “member, anggota, warga”. Hal ini selaras dengan penyampaian Yohanes bahwa: “Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.” (Yoh. 15:19). Oleh sebab itu, jauhilah perbuatan-perbuatan duniawi, di mana persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah (Yak. 4:4).

Dalam hal ini perbuatan duniawi adalah percabulan (prostitusi atau hubungan sexual yang tidak sah, porno), kenajisan (immoraliy, kekejaman), hawa nafsu (terkhusus hasrat sexual yang keliru, nafsu birahi), hawa nafsu jahat, keserakahan (ketamakan). Semua perbuatan di atas adalah setara dengan penyembahan berhala. Dan perbuatan di atas mendatangkan murka Allah (ay. 6).

Paulus menunjukkan bahwa jemaat Kolose dahulu hidup dalam perbuatan duniawi (ay. 7). Hal ini terlihat dari latar belakang kehidupan jemaat Kolose, di mana banyak dipengaruhi dari jemaat Efesus. Kota Kolese dan Efesus hanya berjarak 100 mil. Kota Efesus banyak memberikan pengaruh terhadap jemaat Kolese, terkhusus tentang penyembahan berhala disertai prostitusi. Bukti ini menunjukkan bahwa jemaat yang dahulu hidup dalam manusia lama (keinginan duniawi), harus mengenakan manusia baru, sebagai wujud imannya kepada Tuhan Yesus.

Paulus mengingatkan jemaat Kolose terkait menanggalkan manusia lama, dan mengenakan manusia baru:

8Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. 9Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, (Kol. 3:8-9).

Ayat di atas menekankan bahwa seorang percaya harus membuang semua perbuatan marah, geram, kejahatan, fitnah, kata-kata kotor, dan perkataan dusta. Frase “buanglah semua” diambil dari kata ἀπόθεσθε verb imperative aorist middle 2nd person plural from ἀποτίθημι (hapotithemi) yang berarti: bunuhlah di dalam dirimu, lepaskanlah di dalam dirimu, letakkanlah di luar. Kata ini merupkan perintah untuk dirinya sendiri (imperative aorist middle).  Kata ini memberikan implikasi bahwa seseorang harus memrintahkan dirinya sendiri untuk membuang atau melepaskan perbuatan jahat di dalam dirinya. Hal ini tidak lepas dari akibat seseorang menanggalkan manusia lama dan kelakuannya. Kata “menanggalkan” diambil dari kata ἀπεκδυσάμενοι (apekdusamenoi), mengacu kepada saat pertobatan, mengandung arti melepaskan, seperti melepas gaun, dan menghukum manusia lama, yaitu dengan mengidentifikasikan diri dengan Kristus dalam kematian-Nya (bnd. Kol 2:15).  Apabila dilihat dalam terjemahan BIS: “..sebab hidup yang lama dengan segala sifatnya sudah kalian lepaskan.” (Kol. 3:9 BIS). NAS memberikan terjemahan: “since you laid aside the old self with its evil practices, (..sejak kamu menyingkirkan manusia lama dengan praktik jahatnya) (Kol. 3: 9 NAS). NLT dengan tegas menjelaskan: “..kamu telah menanggalkan sifat berdosa lamamu dan semua perbuatan jahatnya. (Kol 3: 9 NLT).

Proses menanggalkan manusia lama juga bersamaan dengan proses mengenakan manusia baru (ay. 10). Proses mengenakan manusia baru akan terus-menerus diperbaharui. Hal ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khalik-Nya. Kata “pengetahuan yang benar” diambil dari kata Kata “pengetahuan” diambil dari kata ἐπίγνωσις (epignosis) yang berarti: recognition, knowledge. Kata ἐπίγνωσις (epignosis) juga mengacu lengkap, menyeluruh, akurat, pengetahuan pengalaman, bukan hanya abstrak, intelektual, pengetahuan dan bahkan fakta-fakta tentang suatu obyek (Anak Allah). Kata ἐπίγνωσις (epignosis) juga menyampaikan ide hubungan intim dan pribadi. Penjalsan di atas menunjukkan bahwa mengenakan manusia baru akan terus-menerus dibaharui untuk memperoleh atau mendapatkan pengetahuan yang lengkap, utuh dan asli tentang gambar Sang Pencipta (Allah Semesta Alam).

Gambaran yang lengkap ini digambarkan atau dipresentasikan melalui kehidupan Tuhan Yesus (ay. 11). Oleh sebab itu, tidak ada lagi, perbedaan baik, orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu. Dalam bagian ini Paulus ingin menunjukkan bahwa Kristuslah yang menjadi pusat dari segalanya (Kristosentris), di mana Kristuslah yang memberikan karya yang besar, di mana melalui kematian dan kebangkitan-Nya, membawa setiap orang percaya hidup mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui. Frase “terus-menerus diperbaharui” yang diambil dari kata ἀνακαινούμενον verb participle present passive accusative masculine singular from ἀνακαινόω (hanokainoo) yang berarti: sedang mengembalikan terus-menerus, sedang memperbaharui terus-menerus dengan implikasi menjadi superior. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan bersama “di dalam Kristus” makin teraktualisasikan di dalam diri individu Kristen (bnd. 2 Kor. 3:18). Dengan demikian, gambar Allah, yang gagal direalisasikan oleh Adam pertama, kini sedang digenapi di dalam putra-putra Adam kedua (bnd. Kej. 1:26; Ibr. 2:5; Rm. 8:29; 1 Kor. 15:45). Konsep ini berarti menjelaskan bahwa orang-orang percaya bukan saja telah mengenakan sifat-sifat yang baru namun sedang mengalami suatu perubahan pola pikir yang baru. Hal ini juga dipaparkan Paulus dalam surat-Nya kepada jemaat Korintus: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Kor. 5:17).

Paulus menegaskan kembali bahwa setiap orang yang menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru adalah orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi (ay. 12). Kata pilihan (“exlektoi” ἐκλεκτοὶ) yang berarti selektif. Hal ini menunjukan bahwa Allah telah menyeleksi setiap jemaat Tuhan dan memilih mereka untuk dikuduskan (dipisahkan) dan dikasihi. Oleh sebab itu, orang percaya harus mengenakan belas kasihan, kemurahan (murah hati), kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran (sabar menghadapi penderitaan).

Paulus juga menekankan tentang: “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. (Kol. 3:13). Dalam bagian ini Paulus mengatakan bahwa segala hal yang baik di atas harus diikat dengan kasih. Kata “kasih” diambil dari kata kata avgapa,w (agapao), kata ini memiliki arti harafiah cinta kasih yang tulus ikhlas. Kasih yang dimaksudkan bukanlah kasih pernikahan biasa, tetapi kasih sukarela yang bersumber pada kasih Allah dan mencerminkan kasih-Nya. Kata avgapa,w (agapao) juga berarti merencanakan, menghendaki, dan melakukan sesuatu untuk membahagiakan dan menyenangkan yang dikasihi. Kasih ini adalah kasih yang harus didemonstrasikan kepada semua orang. Oleh sebab itu, kasih ini berbeda dengan keinginan seksual normal yang biasanya bersifat mementingkan diri, kasih ini tidak mementingkan diri.

Kasih adalah pengikat yang menyempurnakan. Kata “pengikat” diambil dari kata σύνδεσμος  (sundesmos) yang berarti: pengikat, perekat, borgol, belenggu, dan pemersatu. Kasih adalah borgol atau belenggu yang membuat setiap orang bersama-sama bersatu. Hal ini selaras dengan ayat selanjutnya (ay. 15), di mana orang percaya dipanggil untuk menjadi satu tubuh di dalam Kristus. Kesatuan di dalam tubuh Kristus ini terwujud melalui “kasih”. Kasih Tuhan Yesus yang memberikan hidupnya sebagai ganti dosa kita, sehingga melalui kasih-Nya manusia dipersatukan kembali dengan Allah.

Paulus melanjutkan perkataannya kepada jemaat Kolose: “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.” (Kol. 3:15). Tanda seseorang hidup dalam kesatuan adalah memiliki “damai sejahtera Kristus”. 

Dalam teks asli: καὶ ἡ εἰρήνη τοῦ Χριστοῦ βραβευέτω ἐν ταῖς καρδίαις ὑμῶν, (kai he eirene tou christou brabeueto en tais kardiais umon). Secara harafiah berarti: “dan damai sejahtera Kristus menjadi hakim di dalam hatimu”. NLT: “Dan biarkan damai yang datang dari Kristus berkuasa di dalam hatimu.” NET: “Dan biarkalah damai sejahtera Kristus mengontrol (menguasai) di dalam hidupmu”.

Frase “damai sejahtera Kristus”, sebuah ungkapan yang pada dasarnya tidak berbeda dalam arti, “damai sejahtera Allah”. Damai sejahtera diberikan oleh Kristus, atau diproduksi dan diabadikan oleh Roh-Nya merupakan warisan dari Tuhan Yesus. Yohanes 14:27, “Damai sejahtera ku berikan kepadamu; Jangan biarkan hatimu terganggu, jangan biarkan mereka cemas”. “Kristus telah mengamankan kedamaian ini di dalam darah-Nya sebagai Pengantara, dan Tuhan Yesus memiliki hak untuk mengeluarkannya sebagai hasil rekonsiliasi atau penebusan dosa. Dan ketenangan seperti itu, yang dalam aspek tertinggi adalah kebahagiaan Kristen, tidak hanya berada di dalam hati mereka, tapi juga untuk “memerintah” dan “berkuasa” di dalam setiap hati.

Kata “memerintah” diambil dari kata βραβευέτω (brabeueto)  yang berarti: penguasa, wasit dalam sebuah pertandingan. Kata ini βραβευέτω (brabeueto) merupakan gambaran sebuah wasit yang memutuskan hasil sebuah kontes atletik. Wasit akan memimpin pertandingan atletik yang sangat populer di budaya Yunani Dan membagikan hadiah yang didambakan kepada pemenangnya. Wyclife juga menyatakan damai sejahtera tersebut memerintah dalam arti menjadi wasit manakala di dalam tubuh Kristus timbul berbagai perbedaan pendapat.

Dalam konteks sekarang, βραβευέτω (brabeueto) digunakan secara kiasan untuk menggambarkan kedamaian Kristus yang memutuskan, memutuskan argumen, dan dengan demikian menahan nafsu kodrat manusia yang mungkin mengancam untuk mengganggu kedamaian dalam tubuh. Kedamaian Kristus akan menyelesaikan setiap gesekan dan perselisihan sehingga orang-orang percaya dapat tetap kuat dan bersatu.

Sementara kata “damai sejahtera” diambil dari kata εἰρήνη (eirene) yang berarti: damai sejahtera; ketenteraman; sebagai ucapan atau perpisahan yang sesuai dengan kata Ibrani shalom: kesehatan, kesejahteraan, kedamaian (kepada Anda); sebagai disposisi religius yang ditandai oleh ketenangan batin dan keharmonisan damai, bebas dari kecemasan (Rm. 15.13); sebagai keadaan rekonsiliasi dengan Tuhan (Gal. 5.22). Damai sejahtera yang Kristus berikan merupakan damai sejahtera dengan ukuran yang lengkap dan penuh totalitas, di mana Kristuslah damai sejahtera itu sendiri. Dapat disimpulkan stiap orang memiliki Kristus dan tinggal di dalam Kristus pasti memiliki damai sejahtera dengan utuh, lengkap dan asli. Sebab damai sejahtera yang Kristus berikan akan menjadi hakim dalam menghadapi setiap persoalan.

Dapat dipastikan bahwa tanpa damai Kristus tidak mungkin ada kesejahteraan, yang ada hanyalah kekacauan dan keributan. Tyndale Concise Bible Commentary menulis bahwa: “aturan damai Kristus menarik orang-orang percaya bersama-sama dalam kesatuan (Kol. 1:15-18). Sementara hati menjadi rumah dari “damai” itu sendiri. Kata “hati” diambil dari kata καρδίαι (kardia). Dalam konteks ini kata “hati” menggambarkan rumah dan takhta kedamaian Kristus. Hati manusia seperti “pusat kendali”, tempat yang baik untuk memiliki kedamaian Kristus yang memerintah.

Selain “damai sejahtera” perkataan Kristus yang diam di antara orang percaya, yakni ajaran-Nya, berpengaruh sebagai pengubah kehidupan orang percaya. Frase “perkataan Kristus” atau yang disebut “firman Kristus” harus tinggal setiap hari di dalam hidup orang percaya.  kata “diam” diambil dari kata ἐνοικείτω (enoikeito) verb imperative present active 3rd person singular from ἐνοικέω  (enoikeo) yang berarti: tinggal, hidup, menetap. Kata ini memiliki bentuk imperative present active, di mana kata ini memiliki pengertian bahwa: “biarlah Firman Kristus it uterus-menerus hidup dan tinggal menetap di dalam kehidupan orang percaya. Karena Firman Kristus dan segala kekayaan-Nya akan mengubah kehidupan orang percaya. Di dalam Roma 1: 16-17 mengatakan:

“Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman.””

Firman Kristus berpengaruh terhadap segala tindakan, sikap dan perkataan orang percaya. Semakin orang percaya tinggal di dalam Firman Kristus (ajaran Kristus, Injil Kristus), maka orang percaya akan memperoleh segala hikmat untuk mengajar dan menegur seorang akan yang lain, dan  menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Dan segala sesuatu yang orang percaya lakukan (dengan perkataan atau perbuatan), semuanya itu dilakukan dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah Bapa.

Posting Komentar untuk "Khotbah Kristen: The Perfect Peace (Kol. 3:15 bnd. Kol. 3:5-17)"