Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Eksposisi Kitab Ulangan: Berkat Ketaatan dan Kesetiaan (Ul. 28:1-14)

Perjanjian Lama yang mengikat bangsa Israel dengan Allah ada dalam hukum yang disebut Taurat, yang didasari oleh Sepuluh Firman atau Sepuluh Perintah Allah. Isi Sepuluh Firman itu adalah perintah untuk menyembah YHWH saja, larangan terhadap penyembahan berhala, pembunuhan, pencurian dan sebagainya (Kel. 20:1-17). Karena pentingnya perjanjian itu maka Sepuluh Perintah Allah tersebut ditulis oleh jari Allah sendiri di atas gunung Sinai. Mengapa sampai Tuhan sendiri yang menulis sepuluh perintah-Nya? Sebab sepuluh perintah itu mengikat diri-Nya dengan umat pilihan. Inilah bentuk keseriusan Allah untuk mengikatkan diri-Nya kepada umat-Nya (Israel). Apabila Allah sendiri yang menulisnya, umat tidak boleh main-main. 

Bangsa Israel diangkat menjadi umat Allah yang berhak menetap di tanah perjanjian – tanah yang di janjikan Tuhan kepada Abraham – dan menerima perlindungan serta pemeliharaan Tuhan yang sangat istimewa. Sepuluh Perintah Allah menjadi landasan atau sumber perundang-undangan bangsa Israel. Taurat atau undang-undang Israel terdiri dari 613 perintah atau mitswoth dan berdasarkan Ul. 4:45 terbagi atas: Mishpatim, yaitu undang-undang sipil; Edoth, yaitu peraturan ibadah, khususnya berkaitan dengan perayaan dan hari-hari raya; Khuqqim, yaitu peraturan ibadah lainnya, yang alasannya sulit dijelaskan secara logis.

Ketaatan kepada perjanjian dengan YHWH dibuktikan dengan ketaatan terhadap Taurat yaitu Mishpatim, Edoth dan Khuqqim. Dalam perjanjian yang ditetapkan Allah, ada berkat dan kutuk yang menyertainya. Jika bangsa itu taat kepada perjanjian itu, maka mereka akan mendiami negeri yang dijanjikan oleh Allah dalam berkat jasmani, berkelimpahan susu dan madu. Akan tetapi apabila mereka tidak taat dan justru memberontak terhadap Allah, maka mereka akan kena kutuk; hidupnya di negeri tempat tinggal mereka akan tidak tentram, dan akhirnya bahkan mereka dibuang ke negeri asing yang penuh kesulitan hidup. Di sana ancaman kematian dan pedang tidak akan menjauh dari mereka.

Konteks kitab Ulangan memperlihatkan bahwa umat Israel tidak lagi setia pada “Perjanjian Sinai”. Mereka hidup bersinkretisme dengan dewa-dewa Asyur atau Kanaan. Oleh sebab itu penulis kitab Ulangan mempeerbaharui kembali hukum-hukum yang terabaikan, kemudian diungkapkannya menurut caranya sendiri, supaya umat Israel mengingat kembali perjanjian dan kasih Allah yang membawa mereka keluar dari tanah Mesir, Allah yang memberkati dan menuntun mereka selama di padang gurun. Memelihara janji-Nya berarti berusaha mendengarkan kembali suara Yahweh yang memanggil umat-Nya keluar dari penyembahan berhala atau kutuk, kemudian masuk ke Bait-Nya untuk menikmati berkat-berkat-Nya sesuai dengan janji-Nya. Adalah tepat perkataan,

Perikop ini menunjukkan bahwa Musa hendak memberikan penjelasan kepada bangsa Israel tentang konsekuensi dari “ketaatan” dan “ketidaktaatan”. Upah dari ketaatan adalah berkat, dan upah dari ketidaktaatan adalah kutuk.  Musa hendak menunjukkan bahwa perjanjian yang Allah berikan kepada Israel adalah bentuk perjanjian yang bersyarat. Hal ini merupakan penegasan atau pengulangan dari janji Allah sebelumnya, di mana Allah memberikan jaminan bahwa Allah akan melakukan tiga hal apabila Israel mematuhi-Nya:“Menjadikan Israel sebagai milik-Nya yang berharga, membuat Israel menjadi kerajaan imam dan menjadi mediator berkat Allah bagi bangsa-bangsa dan Allah akan membuat Israel “bangsa yang kudus” apabila Israel mentaati-Nya”(Kel. 19:5-6).

Inilah tujuan Allah memberikan hukum (dekalog) adalah untuk mendidik dan membimbing bangsa Israel menjadi model bangsa yang dikehendaki Allah, di mana Israel menjadi saluran berkat dan contoh bangsa yang hidup dalam pemerintahan Allah (Kel. 19:5-6). Ayat kunci dari perikop ini terletak pada ayat 1, 9, 13-14. Ayat satu mengatakan: "Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi. (Deut. 28:1 ITB). Kata “jika” menunjukkan bahwa sebelum bangsa Israel Tuhan angkat atas segala bangsa di bumi, bangsa Israel harus menunjukkan ketaatannya kepada TUHAN Allah. Inilah syarat yang harus dipenuhi bangsa Israel yaitu “baik-baik mendengarkan suara Tuhan” dan “melakukan dengan setia perintah Tuhan”. 

Pertama, frase “baik-baik mendengarkan” yang diambil dari ‎  אִם־שָׁמ֤וֹעַ תִּשְׁמַע֙ (im shamoa tishema’) yang diambil dari kata dasar שָׁמַע (shama) yang merupakan infinitive absolute diikuti dengan kata kerja qal imperfect, di mana hal ini menunjukkan sebuah penekanan. Oleh sebab itu secara harafiah dapat diartikan sungguh-sungguh mendengar, sungguh-sungguh mengalami, sungguh-sungguh mentaati, sungguh-sungguh mengerti dan memahami. Kata mendengar di ayat satu bukanlah sebuah kata kerja yang pasif tetapi merupakan kata kerja aktif yang harus dilakukan dengan taat dan setia, bukan sekedar mendengarkan saja, melainkan mengerti, memahami, mentaati bahkan mengalami kehidupan yang senantiasa mendengarkan suara Tuhan Allah. 

Yang kedua, “melakukan dengan setia” frase ini diambil dari kata שָׁמַר (shamar) yang berarti menjaga, memproteksi atau melindungi dengan hati-hati. Bentuk qal infinitive menunjukkan penekanan bahwa seseorang harus melakukan segenap perintah Tuhan dengan hati-hati (tidak ceroboh) bahkan hidup dalam ketekunan. Selain itu, pengertian menjaga menunjukkan bahwa bangsa Israel harus melakukan setiap perintah Tuhan dengan dedikasi yang tinggi sehingga tidak menyimpang ke kanan dan ke kiri (Ul. 28:14).  

Dampak dari ketaatan terhadap perintah di atas adalah “Allah akan menempatkan Israel tinggi di atas segala bangsa di bumi”. Tujuan dari pengangkatan Israel adalah Allah ingin menarik dunia kepada-Nya melalui Israel (bnd. Kej 12: 3; 22: 18; Kel 19: 5-6). Segala berkat ini akan datang kepadamu dan “menjadi bagianmu”. Frase menjadi bagianmu menunjukkan bahwa berkat,yang mengejar dan menyusul Israel karena ketaatannya, demikian halnya kutuk, mengejar dan menyusul Israel karena ketidaktaatan (bnd. Ul. 28:15,45). Inilah berkat yang dijanjikan itu: 

“3Diberkatilah engkau di kota dan diberkatilah engkau di ladang. 4Diberkatilah buah kandunganmu, hasil bumimu dan hasil ternakmu, yakni anak lembu sapimu dan kandungan kambing dombamu. 5Diberkatilah bakulmu dan tempat adonanmu. 6Diberkatilah engkau pada waktu masuk dan diberkatilah engkau pada waktu keluar. 7TUHAN akan membiarkan musuhmu yang maju berperang melawan engkau, terpukul kalah olehmu. Bersatu jalan mereka akan menyerangi engkau, tetapi bertujuh jalan mereka akan lari dari depanmu. 8TUHAN akan memerintahkan berkat ke atasmu di dalam lumbungmu dan di dalam segala usahamu; Ia akan memberkati engkau di negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu. (Deut. 28:3-8 ITB)

“Tuhan akan menetapkan dan meneguhkan engkau sebagai umat-Nya yang kudus,..” salah satu janji yang diucapkan Tuhan kepada bangsa Israel pada waktu di gunung Sinai adalah menjadikan Israel bangsa yang kudus (Kel. 19:5-6). Kata “kudus” diambil dari kata  קָדוֹשׁ(qadosh) yang berarti dipisahkan, kudus, menjadi bersih dan suci, dihormati, diperlakukan dengan hormat.  Dari pengertian di atas menunjukkan bahwa Allah hendak memisahkan bangsa Israel dari bangsa lain untuk menjadi benar-benar suci atau kudus sesuai dengan rencana semula Allah. Allah yang memiliki karakter “Kudus” hendak memisahkan Israel untuk memiliki sifat dan karakter Tuhan Allah. Sehingga mereka boleh menjadi bangsa yang diperlakukan dengan penuh kehormatan. Hal ini adalah berkat yang begitu indah, yang melebihi segala kekayaan yang ada di dunia, di mana umat manusia (terkhusus bangsa Israel) diberikan kasih karunia untuk mengambil bagian dalam kekudusan Allah. Namun janji berkat ini akan terjadi apabila Israel “berpegang kepada perintah Tuhan” dan “hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya”.

Pertama, “berpegang kepada perintah Tuhan”, di mana frase ini memiliki pengertian yang sama dengan ayat satu yaitu “melakukan perintah Tuhan dengan setia”. Kata “berpegang” diambil dari kata שָׁמַר (shamar), kata ini memiliki pengertian untuk menjaga dengan hati-hati perintah Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa hidup dalam kekudusan Allah adalah dengan tidak mengabaikan segenap perintah Allah. 

Kedua, “ hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya”. Kata “jalan” dalam bahasa Ibrani memakai kata הָלַךְ (halak) yang sering diterjemahkan sebagai bentuk figurative atau gambaran tentang “cara hidup atau gaya hidup”, sedangkan kata “ditunjukkan-Nya” menunjuk kepada jalan Tuhan atau kehendak Tuhan yang diambil dari kata דֶּרֶךְ (derek). Pengertian di atas memberikan penjelasan bahwa seorang yang hidup menurut jalan Tuhan harus menaklukkan kehidupannya kepada kehendak Tuhan. Terjemahan NIV memberikan pengertian “..walk in obedience to him” atau “berjalan di dalam ketaatan atau ketundukkan kepada Tuhan”. Jalan Tuhan adalah sebuah ketaatan dan ketundukkan terhadap kehendak Tuhan. Dengan demikian maka segala bangsa di bumi akan melihat, bahwa nama TUHAN telah disebut atasmu, dan mereka akan takut kepadamu (ay. 10). Inilah tanda yang menunjukkan bahwa Israel adalah umat pilihan Tuhan yang telah dipisahkan untuk menjadi bangsa yang hidup dalam ketaatan dan ketundukan terhadap kehendak Tuhan dan Israel akan disegani atau diperlakukan dengan hormat oleh bangsa-bangsa lain. Inilah bentuk berkat itu: 

“11 Juga TUHAN akan melimpahi engkau dengan kebaikan dalam buah kandunganmu, dalam hasil ternakmu dan dalam hasil bumimu di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu untuk memberikannya kepadamu.12 TUHAN akan membuka bagimu perbendaharaan-Nya yang melimpah, yakni langit, untuk memberi hujan bagi tanahmu pada masanya dan memberkati segala pekerjaanmu, sehingga engkau memberi pinjaman kepada banyak bangsa, tetapi engkau sendiri tidak meminta pinjaman. (Deut. 28:11-12 ITB)” 

Selain itu, “Tuhan akan mengangkat Israel menjadi (sebagai) kepala dan bukan ekor”. Kata “kepala” dalam ayat ini diambil dari kata ראֹשׁ (ro’s) yang berarti kepala, puncak, penguasa, dan pemimpin. Secara figurative memiliki pengertian “pengaruh, panutan”. Dalam hal ini ayat ini sejajar dengan pengertian ayat satu, di mana Israel diangkat tinggi di atas segala bangsa-bangsa lain. Israel menjadi puncak penguasa atau leader yang menjadi pengaruh bagi banyak bangsa. Penjelasan ini selaras dengan janji Tuhan kepad Abraham di mana Israel akan menjadi saluran berkat bagi banyak bangsa. Melalui Abraham, secara universal, semua bangsa di muka bumi akan diberkati (Kej. 12:3). Allah menyediakan kebutuhan bagi semua keluarga di bumi melalui berkat dari keturuanan fisik Abraham (12:3; 22:18; 28:14). Bahkan juga tersedia berkat rohani yang kan dirasakan semua orang yaitu Yesus Kristus, keturunan Abraham, yang lahir dalam dunia untuk menebus manusia (bd. Mat. 25:31-46). Inilah yang menjadi bagian bangsa-bangsa”. 

Namun banyak pengertian yang kurang tepat di kalangan dewasa ini, banyak orang menafsirkan kata “kepala” dengan berlimpahnya berkat jasmani yang berujung kepada kemakmuran, menjadi bos, dan memiliki kedudukan yang tinggi tanpa mengetahui esensi yang sesungguhnya tentang rancangan Allah bagi Israel. Kata “kepala” merupakan sebuah “role model” bagi para pengikutnya. Kepala bukan berbicara soal posisi dan status melainkan lebih kepada fungsi yaitu menjadi pengaruh atau model dari bangsa yang diberkati melalui ketaatan dan ketundukkannya terhadap kehendak Allah. Sekali lagi, penulis mengingatkan bahwa berkat adalah dampak dari ketaatan atau konsekuensi dari ketaatan. Namun tujuan utama dari menjadi kepala adalah “menjadikan Israel sebagai role model manusia atau bangsa yang dikehendaki Allah melalui ketaatannya”, sehingga Israel menjadi bangsa yang disegani oleh banyak bangsa karena ada peran Allah Yahweh di balik setiap peristiwa yang terjadi di bangsa Israel. Role model manusia yang dikehendaki Allah ini telah digenapi oleh Tuhan Yesus Kristus, yang merupakan keturunan dari Abraham. Melalui Yesus semua bangsa telah beroleh berkat keselamatan. 

Seorang leader atau pemimpin pasti memberikan pengaruh dan panutan kepada pengikutnya. Pengikut di sini digambarkan seperti “ekor” yang terus di belakang, “,..engkau akan tetap naik dan bukan turun”. Inilah janji Allah namun semuanya hal ini ada syaratnya yaitu: “mendengarkan perintah Tuhan Allah”, “melakukan dengan setia” dan “tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri”.

Pertama, “mendengarkan perintah Tuhan Allah”, kata “mendengarkan” juga diambil dari kata שָׁמַר (shamar) yang berarti tidak hanya sekedar mendengar, melainkan mendengar dengan pengertian, sehingga mengakibatkan ketaatan. Dalam perikop ini sudah tiga kali kata “mendengar” telah dikatakan. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan Allah tidak sedang bermain-main dengan perjanjian-Nya kepada bangsa Israel. Apabila Israel sungguh-sungguh mendengarkan suara Tuhan, maka Allah akan menepati janji-Nya.  

Kedua, “melakukan dengan setia” melakukan dengan setia di sini memiliki dua pengertian yaitu “menjaga dengan hati-hati” dan melakukan segenap perintah Allah dengan terus-menerus (setia). Dalam perikop ini juga sudah terbilang sebanyak tiga kali tentang perintah “melakukan dengan setia”. Perintah yang diberikan berulang-ulang merupakan hal yang sangat penting, di mana bangsa Israel harus hidup dengan setia dalam melakukan perintah Tuhan. 

Ketiga, “tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri”. Frase ini menunjukkan sebuah perintah untuk tetap fokus dan memiliki ketetapan hati menyembah Allah Yahweh saja (bnd. Ul. 6:1-9). Satu-satunya Allah adalah YHWH, di mana Ia telah menampakkan diri kepada Musa dan bangsa Israel. Allah yang menuntun Israel dari tanah perbudakan Mesir menuju tanah yang berlimpah susu dan madu. Musa mengulangi perintah untuk menjaga persekutuan antara Israel dengan Tuhan Allah. Di mana sebelumnya Israel telah jatuh dalam penyembahan berhala dan mengabaikan Tuhan Allah yang telah menyelamatkan mereka dari tanah perbudakan. Maka dari itu Musa mengingatkan kembali untuk hanya menyembah Tuhan Allah saja bukan yang lain. 

Dari penjelasan di atas kitab Ulangan ini memeiliki hubungan dengan perjanjian Sinai, di mana perjanjian Sinai sangatlah menentukan bagi kehidupan umat Allah pada masa itu. Karena bangsa Israel adalah umat pilihan Allah, maka mereka wajib hidup sebagai umat pilihan. Yahwe telah berjanji bahwa Ia akan memelihara umat-Nya yang setia pada perjanjian-Nya “mendengarkan perintah Tuhan Allah”, “melakukan dengan setia” dan “tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri”. Dengan demikian hidup umat-Nya akan terjamin baik saat ini maupun di masa yang akan datang.

Kesimpulan 

Sesungguhnya ayat ini berlaku bagi orang yang taat seperti Yesus yang taat kepada kehendak Bapa. Ayat ini tidak boleh digunakan dengan murah, untuk menarik setiap jemaat Tuhan datang ke gereja. Sebagai pembicara kita tidak boleh asal menyebutkan “…saudara-saudara Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan ekor..”, tanpa mengetahui esensi dari pada ayat ini. Hanya orang yang hidup sama seperti Kristus Hidup yang layak di sebut “kepala”, di mana Kristus telah memberikan teladan dengan ketaatan-Nya, bahkan taat sampai mati di atas kayu salib (Fil. 2:7-8). 

Posting Komentar untuk "Eksposisi Kitab Ulangan: Berkat Ketaatan dan Kesetiaan (Ul. 28:1-14)"