Khotbah Kristen: Hidup Dalam Kesatuan (Eksposisi Filipi 2:1-5)
Ayat 2 menyatakan: “karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,”. Paulus bersukacita dengan sempurna apabila jemaat Filipi bersatu. Inilah sukacita seorang yang saleh, di mana emosi terdalamnya seirama dengan rencana dan kehendak Tuhan. Sukacita melihat saudara seiman hidup dalam kesatuan. Kesatuan ini meliputi beberapa hal. Pertama, kesehatian. Kristen seharusnya memiliki arah hati yang sama yaitu kepada Tuhan, dalam segala sesuatu memuliakan dan menyenangkan Tuhan saja. Kedua, sepikir. Pikiran harus dikuasai oleh kebenaran yang sama, yaitu firman Tuhan. Ketiga, satu kasih. Kristus mengasihi kita dan mempersatukan kita dengan Bapa yang di sorga. Waktu kita mengasihi, kita sedang membawa orang ke dalam kesatuan tubuh Kristus dengan satu tujuan, yaitu hidup bagi Tuhan dengan meneladani kehidupan Kristus.
Kesatuan juga tidak mencari kepentingan sendiri dan puji-pujian yang sia-sia (ay 3a). Alkitab NIV: “do nothing out of selfish ambition or vain conceit” yang berarti: “jangan melakukan apapun yang ditimbulkan oleh ambisi yang egois atau kesombongan yang sia-sia”. Adanya keinginan untuk meninggikan diri sendiri, selalu menyebabkan timbulnya persaingan, dan persaingan lalu menimbulkan ketidaksenangan permusuhan. Selain itu, kesatuan tercapai apabila ada rendah hati dan menganggap orang lain lebih baik dari diri kita sendiri (ay 3b). Dalam Alkitab LAI menterjemahkan “lebih utama”, NASB / NET: “more important” (lebih penting), sementara YLT: “more excellent” (lebih sempurna), sedangkan KJV / NIV: “better” (lebih baik).
Bersifat rendah hati berarti bahwa kita menyadari kelemahan-kelemahan kita dan dengan lekas akan menghormati Allah dan orang lain atas hal-hal yang kita kerjakan (Yoh 3:27; 5:19; 14:10;Yak 4:6). Sebagai manusia kita harus rendah hati karena kita adalah makhluk hina (Kej 18:27) dan berdosa, terlepas dari Kristus, (Luk 18:9-14) dan tak dapat membanggakan apa pun (Rom 7:18; Gal 6:3) kecuali bermegah di dalam Tuhan (2 Kor 10:17).
Baca Juga: Bersatu untuk Bertumbuh Dewasa.
Orang percaya harus menyadari bahwa ia tidak dapat melakukan apa-apa yang baik tanpa pertolongan Allah dan bantuan orang lain (Mazm 8:5-6; Yoh 15:1-16). Allah juga tinggal bersama orang yang hidup dengan rendah hati (Yes 57:15; Mi 6:8). Allah memberi kasih karunia lebih besar kepada orang yang rendah hati, tetapi menentang orang sombong (Yak 4:6; 1 Pet 5:5).
Sebagai orang percaya kita harus hidup dengan rendah hati terhadap orang lain, dan menganggap mereka lebih penting daripada diri kita sendiri (bnd. Rm. 12:3). Lawannya kerendahan hati adalah kesombongan, suatu perasaan yang berlebih-lebihan tentang kepentingan diri dan harga diri di dalam seseorang yang percaya akan kebaikan, keunggulan, dan prestasinya sendiri. Kecenderungan sifat manusia dan dunia adalah ke arah kesombongan bukan kerendahan hati (1 Yoh 2:16; bnd. Yes 14:13-14; Yeh 28:17; 1Tim 6:17). Belajar untuk melihat diri sendiri sebagai yang terakhir, di mana inilah cara kita menonjolkan kasih Kristus.
Sifat untuk tidak mementingkan diri sendiri juga dipertegas dalam ayat 4, di mana ayat tersebut mengatakan: “dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga”. Alkitab RSV / NIV / NASB menjelaskan kata kepentingan dengan kata “interests” (kepentingan), sedangkan KJV: “things” (hal-hal). Mendahulukan kepentingan orang lain adalah sifat rendah hati yang harus dibangun oleh orang percaya. Dengan demikian, kita akan mengalami kesatuan di dalam tubuh Kristus.
Sifat rendah hati dan mengutamakan orang lain, bahkan tidak mengindahkan kepentingan pribadi untuk tujuan atau kepentingan orang lain. Hal ini terlihat dari teladan kehidupan Tuhan Yesus, sehingga kita harus “meneladani Yesus Kristus” sebagai roll model manusia yang sempurna (ay. 5). Ayat 5 menyatakan: “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus”. Dalam teks Yunani tertulis: Τοῦτο γὰρ φρονείσθω ἐν ὑμῖν ὃ καὶ ἐν χριστῷ Ἰησοῦ (touto gar phroneizo en humin o kai en Kristo Iesou). Kata Τοῦτο (touto) dapat diterjemahkan “ini”. Kata tauto memiliki kasus atau keterangan “demonstrative accusative neuter singular”, kata yang memberikan makna tekanan pada kalimat yang mengikutinya. Hal ini menunjukkan bahwa perintah ini berkaitan pada apa yang baru saja diinstruksikan Paulus dalam bagian sebelumnya Filipi 2: 3-4. Kata ini mengisyaratkan untuk memperhatikan dengan seksama atau dengan teliti nasihat yang hendak dikemukakan. Sementara kata γὰρ (gar) dapat diterjemahkankarena atau kemudian. Dua kata touto gar ini diterjemahkan let (ijinkanlah, biarkanlah), di mana dalam Alkitab LAI diterjemahkan dengan “hendaklah”.
Panggilan untuk meneladani Kristus adalah untuk hidup bersama-sama dalam kesatuan dan hidup rendah hati dengan mengutamakan orang lain dibanding diri sendiri. Jadi kata “hendaklah” menunjukkan bahwa kita harus meneladani gaya hidup Tuhan Yesus (bnd. Ay. 1-4). Orang Kristen harus menunjukkan bahwa di manapun ia berada, ia harus mendatangkan keuntungan bagi orang lain.
Kata φρονείσθω (phroneiztho) memiliki kasus verb imperative present passive 3 rd person singular, dari akar kata φρονέω (phroneo). Kata ini menunjuk sebuah perintah atau ajakan yang sifatnya terus-menerus kepada obyek yang jamak. Dalam Alkitab LAI diterjemahkan “pikiran” (kata benda), tetapi sebenarnya kata ini lebih tepat diterjemahkan “berpikirlah”. Kata φρονέω (phroneo) juga memiliki pengertian menetapkan pikiran atau hati seseorang pada sesuatu, untuk memiliki pemahaman, untuk menjadi bijaksana, mengarahkan pikiran seseorang ke sesuatu, untuk mencari atau berusaha. Idenya adalah tidak hanya memberikan pemikiran biasa terhadap sesuatu tetapi pemikiran yang melibatkan rasa sayang dan kemauan serta alasannya.
Kata φρονέω (phroneo) juga mengacu pada orientasi dasar, membungkuk, dan pola pikir pikiran seseorang, bukan pada kecerdasan itu sendiri. Paulus mengumumkan ini dalam bentuk waktu sekarang yang menyerukan tindakan berkelanjutan, gaya hidup. Dengan demikian, kata proneo berbicara mengenai pola piker (mind set). Hal ini menunjukkan adanya suatu perintah atau ajakan untuk mimiliki pola pikir atau paradigma Krsitus dan mengenakan gaya hidup Kristus.
Anak kalimat ἐν χριστῷ Ἰησοῦ (en Kristo Iesou), berarti di dalam Kristus Yesus, yaitu pola berpikir yang dimiliki Yesus Kristus. Dapat disimpulkan bahwa ayat 5 memuat nasihat atau perintah agar orang percaya berpikir seperti Yesus Kristus berpikir, atau memiliki pola berpikir atau paradigma seperti Yesus Krisus. Oleh sebab itu, pola pikir seseorang akan menentukan pola tindak seseorang, maka kita harus berpikir seperti Yesus Kristus dan memiliki pola tindak seperti Yesus Kristus. Teks ini secara langsung menunjukkan panggilan orang percaya untuk mengikuti jejak Yesus Kristus.
Paulus memaparkan Yesus sebagai contoh kerendahan hati yang luar biasa. Paulus mendorong kerendahan hati pada orang Filipi sebagai satu-satunya cara untuk menjamin persatuan. Oleh sebab itu segala sesuatu yang kita ucapkan dan lakukan harus berpusat kepad Tuhan Yesus Kristus (Christocentris).
Posting Komentar untuk "Khotbah Kristen: Hidup Dalam Kesatuan (Eksposisi Filipi 2:1-5)"