Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Khotbah Kristen: Hidup Yang Dipersiapkan Tuhan (Kej. 45:5-8)

Teks Kej. 45:5-8

5 Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. 6 Karena telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai. 7 Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. 8 Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir. (Gen. 45:5-8 ITB)

Pendahuluan

Perhatikan kata “menempatkan” dalam ayat 8, di mana ayat ini diambil dari kata שִׂים (siym) yang berarti: untuk menempatkan, meletakkan, mengatur, menunjuk, membuat. Yusuf percaya bahwa Allahlah yang telah mengatur dan menenmpatkannya menjadi penguasa atas Mesir setelah Firaun. Yusuf tetap menaruh pikiran dan sikap yang positif terhadap persoalannya. Sikap ini ditunjukkan melalui perkataannya: “sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu”. Yusuf menyadari rencana Allah di dalam hidupnya. Dia menyadari bahwa Allah telah mempersiapkan dirinya untuk menjadi penolong. Sebab Allah mengetahui bahwa akan ada kelaparan di mana-mana, sehingga Allah menyuruh Yusuf mendahului saudara-saudaranya untuk menjamin kelanjutan keturunan Israel di muka bumi. 

Proses yang dialami Yusuf membuat ia mengerti maksud dan tujuan Tuhan dalam hidupnya. Dimulai dari sebuah visi (mimpi), Yusuf berjalan dan menghidupi visi itu setiap hari. Sekalipun Yusuf mengalami penderitaan, aniaya, cobaan dan pengkhianatan, namun sikapnya menunjukkan bahwa ia mengenal Allah yang disembah akan menggenapi tujuan-Nya.

Allah memakai masalah untuk mempersiapkan kita di masa depan. Namun seringkali kita tidak sadar, bahkan menolak proses hidup yang menyakitkan, tanpa mengerti bahwa Allah sedang memakai masalah untuk mendatangkan kebaikan bagi anak-Nya. Allah sedang mempersiapkan hidup kita guna kepentingan Allah. Melalui proses hidup yang menyakitkan, Allah ingin menuntun kita kepada hasil akhir yang gilang gemilang. Karena itu kita harus memiliki sikap yang benar (right attitude), agar kita dapat menerima visi Tuhan dalam hidup kehidupan kita.

Bagaimana sikap seseorang yang dipersiapkan TUHAN???

1. Memiliki sikap yang benar atas penderitaan (Kej. 37)

Di dalam kehidupannya Yusuf sangat dibenci oleh saudara-saudaranya (ay. 4), bahkan saudara-saudaranya merasa iri karena Yusuf lebih dikasihi oleh Yakub. Yusuf pun mengalami buly dari saudara-saudaranya (diejek sebagai tukang mimpi). Penderitaan yang dialami Yusuf tidak berhenti sampai pembulian, bahkan ketika Yusuf diminta ayahnya untuk mengantarkan makanan kepada kakak-kakaknya di padang, di mana mereka menggembalakan kambing domba. Saudara-saudaranya bermufakat untuk membunuh Yusuf (ay. 18-19). Alkitab mengatakan: “18Dari jauh ia telah kelihatan kepada mereka. Tetapi sebelum ia dekat pada mereka, mereka telah bermufakat mencari daya upaya untuk membunuhnya. 19Kata mereka seorang kepada yang lain: "Lihat, tukang mimpi kita itu datang! 20Sekarang, marilah kita bunuh dia dan kita lemparkan ke dalam salah satu sumur ini, lalu kita katakan: seekor binatang buas telah menerkamnya. Dan kita akan lihat nanti, bagaimana jadinya mimpinya itu!”. Yusuf dibuang ke dalam sumur kosong yang tidak berair (ay. 24). Yusuf mengalami kesakitan yang luar biasa tidak hanya secara fisik, tetapi secara psikis, di mana ia dibuang ke dalam “Sumur kosong yang tidak berair”.   

Adapun Yehuda berinisiatif untuk tidak membunuh Yusuf, sebab itu Yehuda dan saudara-saudaranya bersepakat untuk menjual Yusuf kepada orang Midian sebagai budak, dengan harga 20 syikal perak.  Akhirnya Yusuf kembali dijual kepada Potifar seorang pegawai istana Firaun. Ditengah penderitaan, penganiayaan yang dialami Yusuf, ia memiliki sikap yang benar, sehingga dia mengerti apa tujuan Allah lewat proses hidupnya (Kej. 50:20). Ia memiliki sikap hati yang positif (positive attitude) atas penderitaan yang dialami. 

Saudara yang terkasih dalam Tuhan, Allah memakai setiap situasi untuk mengembangkan karakter kita. Mungkin Allah tidak mengubah situasi yang kita alami. Sebab Allah tertarik mengubah pribadi (karakter) kita, dibandingkan mengubah situasi. Tuhan memakai penderitaan untuk menarik kita lebih dekat kepada-Nya. Joni Eareckson Tada menulis: “Ketika hidup berbunga-bunga, kita dapat meluncur begitu saja dengan hanya mengetahui tentang Yesus, meniru-Nya, mengutip perkataan-Nya dan berbicara tentang Dia. Tetapi hanya dalam penderitaanlah kita akan mengenal Yesus. Di dalam penderitaan kita belajar tentang Tuhan, sebab pengalaman itulah yang membuat kita semakin mengenal Allah kita. 

Mungkin Tuhan tidak mengubah situasi yang di alami Yusuf. Yusuf tetap mengalami penderitaan, bahkan dijual sebagai budak ke tanah Mesir. Namun rencana Tuhan dalam kehidupannya tidak pernah gagal. Sikapnya menujukkan bahwa Allah yang berdaulat sanggup mengubah ratapan menjadi tari-tarian. Yusuf tidak sakit hati, bahkan mendendam terhadap saudara-saudaranya, karena ia mengetahui bahwa Allah sedang mempersiapkannya untuk memelihara sebuah bangsa yang besar (Kej. 45:-5-8). Oleh sebab itu, pada saat kita mengalami masalah atau penderitaan, jangan bertanya, “Mengapa aku?” tetapi bertanyalah “Apakah yang Engkau ingin aku pelajari?”. Mari kita lupakan segala pengalaman pahit, penderitaan yang kita alami, dan memfokuskan kepada tujuan Allah. Saudara dan saya akan menjadi lebih dewasa ketika kita mulai melihat tangan Tuhan dalam situasi-situasi hidup yang kacau, membingungkan dan kelihatannya tanpa arti. Karena Allah sedang mempersiapkan saudara dan saya untuk menjadi alat yang efektif bagi kemuliaan nama-Nya. Ingat bahwa “..Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi setiap orang yang mengasihi Dia..” (Rm. 8:28-29). 

Quote: “Api penderitaanlah yang menghasilkan emas dari kesalehan” oleh. Madame Guyon

Baca juga: 

2. Memiliki sikap yang benar atas pencobaan (Kej. 39)

Alkitab mengatakan: “12Berbahagialah orang yang tidak berbuat salah pada saat ia menghadapi cobaan, karena sebagai hadiahnya ia akan memperoleh mahkota kehidupan yang telah dijanjikan Allah kepada mereka yang mengasihi Dia” (Yak. 1:12 FAYH).  Inilah yang dialami Yusuf ketika ia berada di rumah Potifar. Di dalam rumah Potifar Yusuf mejadi penguasa atas rumah dan segala milik tuannya (Potifar). Hal ini karena Yusuf mendapat penyertaan TUHAN, sehingga TUHAN membuat segala pekerjaannya selalu berhasil, bahkan rumah Potifar mendapat berkat, oleh karena keberadaan Yusuf (ay. 2-6). 

Keberhasilan ini membuat isteri Potifar birahi kepada Yusuf, karena Yusuf manis sikapnya dan elok parasnya (ay. 6b). Di tengah keberhasilannya Yusuf mengalami godaan, di mana karakter Yusuf diuji dan dipertaruhkan. Dalam hal ini adalah godaan seks. Isteri Potifar berkata: "Marilah tidur dengan aku." 8Tetapi Yusuf menolak dan berkata kepada isteri tuannya itu: "Dengan bantuanku tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku, 9bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya dari padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain dari pada engkau, sebab engkau isterinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?" 10Walaupun dari hari ke hari perempuan itu membujuk Yusuf, Yusuf tidak mendengarkan bujukannya itu untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan dia. (Kej. 39:7b-10). 

Teks di atas menunjukkan kualitas karakter Yusuf, di mana ia menolak bujukan isteri Potifar. Alkitab mengatakan: “..Walaupun dari hari ke hari perempuan itu membujuk Yusuf,..”, di mana Yusuf memiliki pertahanan yang luar biasa. Frase “dari hari ke hari” menunjukkan bahwa isteri Potifar membujuknya lebih dari satu kali, bahkan berkali-kali, namun integritas Yusuf teruji dalam hal ini. Pada saat yang sama, di mana isteri Potifar membujuk kembali untuk tidur dengannya. Pada hal di rumah Potifar hanya ada Yusuf dan isteri Potifar. Kesempatan sangat terbuka lebar, tetapi Yusuf memilih untuk melarikan diri dan menghindar dari pencobaan itu (ay. 11-13). Sampai pada akhirnya Yusuf difitnah dan masuk ke dalam penjara.

Pada jalan menuju kedewasaan rohani, pencobaaan dapat menjadi batu loncatan, bukan batu sandungan. Pencobaan hanya menyediakan pilihan. Kita memilih untuk jatuh atau tidak itu pilihan kita. Apabila setan memakai pencobaan sebagai senjata untuk menghancurkan kita, maka Tuhan ingin memakainya untuk mengembangkan karakter kita. Tuhan mengembangkan buah Roh dalam kehidupan kita dengan mengizinkan kita mengalami situasi-situasi di mana kita diuji untuk mengekspresikan kualitas karakter kita. Sikap yang benar dalam mengahdapi pencobaan membuat kita semakin memiliki karakter Allah. 

Tuhan memakai situasi dari setiap buah untuk mengizinkan kita membuat pilihan. Sama seperti Yusuf memilih untuk jatuh dalam seks atau tidak??. Sebab kita tidak dapat menyatakan diri sebagai orang yang baik jika kita belum pernah dicobai untuk menjadi jahat. Kita tidak dapat menyatakan diri sebagai orang yang setia jika tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk tidak setia. Kita tidak dapat menyatakan diri kita suci jika kita tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk tidak suci (dalam teks di atas adalah soal seks). Dosa ada karena kesempatan dan kesucian terbukti karena kita mengalahkan godaan. Sebab setiap kali kita menglahkan suatu pencobaan, kita semakin menjadi serupa dengan gambaran Allah. Teladan dari sikap Yusuf adalah dia tidak mau mengkhianati tuanya dan mendukakan hati Allah. Ia memilih untuk melarikan diri. Bagaimana dengan kita pada saat kita diperhadapkan dengan godaan???

Quote: “Pencobaan-pencobaan yang kualami telah menjadi guruku dalam keilahian” oleh. Marthin Luther

Baca juga: kehidupan adalah sebuah ujian

3. Memiliki sikap yang benar atas pengkhianatan (Kej. 40)

Perjalanan kehidupan Yusuf tidak berhenti sampai di dalam penjara. Allah menyertai Yusuf dan membuat Yusuf menjadi kesayangan bagi kepala penjara dan kepala penjara mempercayakan semua tahanan kepada Yusuf (Kej. 39:21-22). Allah menyertai Yusuf dan membuat segala sesuatu yang ia kerjakan berhasil. Suatu kali ada seorang Juru Minuman dan Juru Roti yang masuk penjara dan mereka bermimpi. Dengan kuasa Allah Yusuf sanggup mengartikan mimpi kedua orang tersebut. Yusuf pun meminta kepada juru minuman itu untuk mengingatnya dan menolongnya setelah juru minuman keluar dari penjara. Namun sadisnya Yusuf tidak diingat oleh juru minuman itu, melainkan dilupakan (ay. 23). Yusuf mengalami pengkhianatan, di mana juru minuman telah ingkar janji kepadanya. Yusuf sudah menolong seorang juru minuman namun pertolongannya tidak mendapat balasan. Pengkhianatan juga dilakukan oleh saudara-saudaranya, di mana ia dijual sebagai budak (Kej. 37). 

Seringkali kita menjadi kecewa dan sakit hati ketika menerima balasan yang tidak sepantasnya saat kita berbuat baik kepada seseorang, tetapi ujung-ujungnya pengkhianatan. Alkitab mengatakan agar kita memiliki sikap yang benar dengan berbuat baik tanpa mengharapkan balasan apapun (Luk. 6:33-35). Di dalam Galatia 6:9-10 mengatakan: “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.” 

Sikap Yusuf adalah tetap berfikir positif dan mengampuni mereka yang telah mengkhianatinya. Sesungguhnya melalui pengkhianatan kita belajar untuk tidak sakit hati, dendam, kepahitan. Tuhan mengajar kita untuk mengampuni sekalipun terkhianati. Oleh sebab itu, milikilah sikap yang benar ketika seseorang mengkhianati kita. Sebab Allah sedang mempersiapkan kita untuk menjadi pribadi yang tangguh. 

Quote: “Kita bisa lebih banyak belajar dari derita daripada tawa”

Kesimpulan

Yusuf sudah belajar banyak hal mengatasi penderitaan, pencobaan (godaan), pengkhianatan, dan kini Yusuf dipersiapkan Allah untuk sesuatu yang istimewa. Dalam akhir perjalanan proses yang dialaminya, Yusuf berkata: “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” Allah tidak pernah gagal dalam menggenapi rencana-Nya. Allah sanggup memakai kepahitan hidup untuk mendatangkan kebaikan bagi setiap umat-Nya yang mengasihi Dia. 

Quote: “Allah menguji kesabaran kita untuk memperbesar iman kita”

Posting Komentar untuk " Khotbah Kristen: Hidup Yang Dipersiapkan Tuhan (Kej. 45:5-8)"