Eskatologi: Tinjauan Alkitabiah Doktrin Postmillenialisme
Eskatologi adalah teologi yang mempelajari tentang akhir zaman. Dewasa ini banyak orang Kristen kurang memahami tentang doktrin eskatologi atau tentang nubuatan di masa yang akan datang, tentang apa yang terjadi terhadap Gereja dan Israel. Bagi banyak manusia modern, eskatologi adalah studi dalam keputus-asaan, sebab semua hal akan berakhir dalam kematian-kematian individu dan kehidupan kekal. Bagi beberapa orang doktrin eskatologi adalah pengajaran tentang keputus-asaan, namun bagi orang Kristen doktrin eskatologi adalah doktrin yang menghibur (1 Tes. 4:18).
Eskatologi adalah doktrin yang sukar untuk dijelaskan, di mana banyak para teolog memiliki banyak argumentasi berkenaan dengan doktrin eskatologi. Banyak orang Kristen memperdebatkan berkenaan dengan doktrin eskatologi. Doktrin yang berkembang berkenaan eskatologi adalah paham premelianisme, amilenialisme, dan postmillenialisme. Ketiga paham tersebut banyak menghiasi pemahaman di gereja-gereja di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Kesukaran dan perdebatan doctrinal ini, membuat orang percaya kurang antusias belajar akan doktrin eskatologi, bahkan menganggap doktrin ini tidak penting dibandingkan doktrin yang lain.
Menurut penulis doktrin eskatologi adalah sangat penting, karena doktrin ini berhubungan erat dengan pengharapan orang Kristen akan Kedatangan Kristus Kedua Kali (KKKK). Dalam hal ini penulis akan memberikan kerangka berfikir dari penganut pandangan postmillenialisme dan berusaha menjelaskan dengan gamblang tentang pandangan postmillenialisme.
PEMBAHASAN POSTMILLENIALISME
Penulis adalah seorang penganut Premillenium Dispensational, namun penulis berusaha untuk menjelaskan pandangan Postmillenialisme secara objektif. Penulis dalam hal ini akan menjelaskan tentang pengertian postmillenialisme, sejarah postmillenialisme, ciri-ciri doktrin postmillenialisme, dan dukungan ayat Alkitab tentang postmillenialisme.
A. Pengertian Postmillenialisme
Dalam bukunya yang berjudul Teologi Sistematika Louis Berkhof mengemukakan bahwa kaum postmilenialisme percaya bahwa kedatangan Kristus akan mengikuti millennium, yang diharapakn terjadi selama dan akhir dispensasi Injil. Segera sesudahnya, Kristus akan datang untuk membawa segala sesuatu kepada susunan kekal. Christ Marantika mendefinisikan pandangan postmillenialisme sebagai golongan yang percaya bahwa kedatangan Kristus Kedua Kali adalah sesudah Kerajaan Seribu Tahun (millennial kingdom). Pandangan ini menolak adanya Kerajaan Milenium yang ditandai dengan masa penuh kemakmuran dan kedamaian di bumi. Postmillenium memahami seribu tahun secara alegoris, yakni sebagai symbol bagi masa gereja. Masa penuh kedamaian dan kemakmuran itu nantinya merupakan hasil perjuangan gereja yang bekerja keras memberitakan Injil kerajaan Allah ke seluruh dunia agar setiap orang orang mengalami karya keselematan dari Roh Kudus. Pada akhirnya dunia akan dikristenkan, dan kedatangan Kristus menjadi penutup akhir dari periode millennium gereja. Pengertian yang sama juga dikemukaan oleh Loraine Boettner memberikan penjelasan bahwa Postmillenialisme adalah pandangan yang berhubungan dengan masa akhir zaman (akan datang) yang percaya bahwa Kerajaan Allah sekarang sedang meluas di dalam dunia melalui pemberitaan Injil dan karya penyelamatan dari Roh Kudus pada setiap individu yang percaya, bahwa dunia akhirnya dikristenkan, dan bahwa kedatangan Kristus terjadi pada akhir dari suatu periode Panjang yang penuh dengan kebenaran dan damai, biasanya disebut “seribu tahun” (Millenim). Carol Smith menambahkan bahwa tidak ada yang dapat menghentikan para pengikut Kristus menjalankan misi mereka untuk mengabarkan Injil ke seluruh dunia.
Dapat dikatakan pandangan ini mempercayai bahwa Kerajaan Allah sekarang ini sedang terus diperluas melalui pemberitaan Injil dan pekerjaan Roh Kudus di dalam hati orang-orang, sehingga seluruh dunia pada akhirnya akan dikristenkan, dan setelah itu Kristus akan kembali di penutupan masa penuh kebenaran dan damai yang panjang, yang disebut sebagai “Milenium”. Menurut prinsip-prinsip postmilenialisme, kedatangan Kristus yang kedua kali akan segera diikuti dengan kebangkitan dan penghakiman atas selurnh umat manusia, serta penyataan sorga dan neraka secara penuh.
Teolog yang bernama Charles Hodge juga mengajarkan bahwa kedatangan Kristus kedua akan didahului oleh penyebaran Injil yang bersifat universal, pertobatan orang Yahudi, dan kedatangan Antikristus. Ketika Yesus datang, akan ada kebangkitan umum dan penghakiman untuk seluruh umat manusia. A.H.Strong menggambarkan millenium sebagai “suatu masa akan datang dari gereja militant, ketika di bawah pengaruh khusus dari Roh Kudus, semangat orang-orang yang mati syahid akan muncul kembali, agama yang benar akan diperbaharui, dan setiap anggota gereja Kristus menjadi sedemikian kuat dalam Kristus dan mereka akan menang atas kuasa setan, baik di dalam ataupun diluar. Secara ringkas kaum postmilinealisme percaya bahwa kerajaan seribu tahun akan dibangun oleh upaya-upaya orang-orang Kristen, dan Kristus kembali ke dunia setelah masa pemerintahan seribu tahun.
B. Sejarah Singkat Postmillenium
Joachim dari Flore (1135-1202), sebagai seorang penganut postmillenialisme, yang menjelaskan sejarah sebagai keberadaan trinitas, yaitu zaman I adalah Bapa ketika manusia hidup di bawah Torat Perjanjian Lama; zaman II adalah Anak, ketika masa anugrah di Perjanjian Baru; dan zaman III adalah Roh Kudus yang mulai sekitar 1260M, di mana dunia akan bertobat. Whitby, seorang rohaniawan terpelajar, menulis 39 karya, termasuk Treatise of the True Millenim (London: W. Bowyer, 1700). Ia berpikir bahwa sesudah dunia bertobat orang-orang Yahudi akan dikembalikan ke Tanah Suci, Paus dan orang-orang Turki dikalahkan, dunia akan menikmati masa damai dan kebenaran selama 1000 tahun. Pada akhir Kerajaan Seribu Tahun Kristus akan datang sendiri ke dunia, membangkitkan orang mati dan menghakimi semua orang. Pandangan Whitby sangat popular dan dianut oleh banyak pengkhotbah dan penafsir abad 18-19.
Sesungguhnya pandangan Whitby tentang postmillenium adalah pandangan yang berorientasi dari kehidupan orang Yahudi. Ia menjelaskan pandangan bahwa Kerajaan Seribu Tahun sebagai pemerintahan para petobat Yahudi dan non-Yahudi. Semua berkat-berkat rohani pada masa itu akan dilimpahkan kepada orang-orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain. Senada dengan pernyataan di atas Paul Enns menambahkan bahwa postmillenialisme yakin tentang kemajuan gereja masa kini akan memberikan dampak positif bagi perkembangan ekonomi, budaya, social, ilmu pengetahuan, agama dan politik.
Paham postmillenialisme sesudah Perang Dunia II dipengaruhi secara umum oleh corak liberal. Hal-hal yang besar sudah dicapai melalui usaha manusia memberikan kredibilitas pada konsep ini. Akan tetapi yang menarik kita pada abad ini adalah fenomena yang sudah berkembang. Beberapa pelopor Amillenialisme sudah menjadi postmillenialisme sebab kepercayaan mereka pada teonomi.
Teonomi adalah suatu keadaan yang diperintah oleh Allah. Para penganut Teotomi berusaha menaklukkan dunia dengan ilmu pengetahuan, Pendidikan, dan seni dan segala usaha pencarian lainnya dengan maksud untuk menyatakan kekuatan Allah atas semuanya. Untuk beberapa orang, hal ini dipahami sebagai pemaksaan hukum Perjanjian Lama, untuk hidup sekarang, bukan saja soal moral tetapi juga pemerintahan, finansial dan lain-lainnya. Tentu saja bila hal-hal ini terjadi, maka kondisi di dunia akan berkembang dan kita akan menikmati hukum Allah mengatasi kehidupan di dalam dunia. Jadi beberapa teolog reformasi yang secara kuat mendukung penggunaan Taurat, dan Amillenials sudah pindah ke postmillenialisme. Sebagai sasaran program teonomistik mereka.
Sebagai suatu kesimpulan: orang-orang liberal menggembar-gemborkan sasaran postmillenialisme malalui humanism. Postmillenialisme Alkitabiah mengembangkannya melalui khotbah Alkitab di gereja. orang-orang teonomi mengembangkannya melalui Injil dan pembebanan Taurat Perjanjian Lama.
C. Ciri-ciri Doktrin Postmillenialisme
1. Pandangan Mengenai Alkitab
Pengamat paham postnillenium Alkitabiah mempercayai otoritas Alkitab dalam kehidupan manusia. Tentu saja, orang-orang liberal, yang mengharapkan suatu masa keemasan pada masa yang akan datang melalui usaha manusia, mempunyai suatu pandangan postmillenium yang ada dalam sejarah meskipun hal ini tidak bersifat Alkitabiah. Kenneth L. Gentry menuliskan tentang pendapat seorang tokoh postmilenialisme, bernama Robert B. Strimple yang menganggap bahwa masa keemas an penuh damai yang dinubuatkan dalam Yesaya 2:2-4 sudah dan sedang digenapi.Strimple juga berpendapat bahwa permulaan dan penggenapan nubuat Mazmur pasal 2 terjadi pada abad pertama. Segala sesuatu dalam tulisan tersebut adalah pemulihan dan penebuasan secara total, pemberian warisan kepada bangsa-bangsa dan penghancuran terhadap musuh dan penghakiman yang dilakukan Kristus, sudah dan terlaksana pada masa sekarang (Mzm. 2:8-11) demikian pula, pemerintahan dan pengadilan Kristus atas musuh-Nya yang dinubuatkan dalam 1 Korintus 15:25 sudah dan sedang digenapi pada saat ini.
Baca juga: Perumpamaan tentang talenta dalam Matius.
2. Pandangan Mengenai Kuasa Allah dan Geraja.
Keyainan akan kuasa Allah menyebabkan mereka percaya bahwa Amanat Agung akan digenapi dan hampir seluruh dunia akan diselamatkan. Kalau tidak percaya akan menjadikan Amanat Agung itu tidak efektif dan kuasa Allah tidak bekerja. Para penganut paham postmilenialisme percaya bahwa walaupun Tuhan Yesus berada di Surga, Yesus pada saat ini memerintah sebagai Tuhan atas segala ciptaan (Kis. 2:32-36; Ef. 1:20-22). Karena semua kuasa dan otoritas diberikan kepada Yesus dan karena Yesus berjanji bahwa Ia menyertai pengikut-Nya sampai kepada akhir zaman (Mat. 28:18-20).
Boetter menafsirkan bahwa Amanat ini bukanlah sekedar pemberitahuan bahwa Injil akan disebarluaskan, tetapi sebuah janji bahwa penginjilan kepada segala bangsa akan digenapi sebelum kristus kembali. Boetter juga menyembutkan bahwa Matius16:18, yaitu bagian yang mencatat janji Tuhan Yesus bahwa alam maut tidak akan berkuasa atas gereja. Ia menafsirkan bagian ini sebagai nubuat bahwa gereja akan menerangi dunia dengan injil, sehingga pada akhirnya gereja akan meluas di seluruh dunia dan tidak sesuatupun yang sanggup untuk menghentikan laju perluasan ini. Smith menambahkan bahwa Gereja saat ini secara bertahap mengubah masyarakat dengan cara yang sama dengan ragi yang secara perlahan membuat adonan roti mengembang seluruhnya (Mat. 13:13). Sheperd menafsirkan perumpamaan ragi adalah pendukung adanya kerajaan ilahi yang bersifat universal. Grenz mengajarkan pula bahwa orang percaya harus membawa pengaruh besar secara progresif bagi pemulihan dunia. Dapat disimpulkan bahwa Gereja akan memenuhi Amanat Agung, dan menjadi alat untuk membawa dan menghadirkan Kerajaan Seribu Tahun di bumi ini.
Baca juga: Tinjauan Teologia Dispensational terhadap Eskatologi.
3. Pandangan Mengenai Kedatangan Kristus
Penganut postmillenium percaya kedatangan Kristus pada akhir Kerajaan Seribu Tahun. Kedatangan-Nya akan diikuti dengan segera oleh kebangkitan dan penghakiman secara umum. Postmillenialisme percaya bahwa kedamaian dan kesempurnaan yang akan terjadi di bumi kelak secara langsung bukan merupakan karya Kristus sebagai Raja Damai melainkan usaha gereja dan manusia. Dengan kata lain, kedatangan kristus yang kedua bukan untuk memulihkan dan memperdamaikan dunia atau mendirikan Kerajaan Damai yang sempurna di bumi, tetapi sekadar hadir dalam dunia yang sudah damai dan penuh dengan kebenaran dan kesempurnaan.
4. Pandangan Mengenai Kerajaan Seribu Tahun
Menurut beberapa pendapat dari penganut paham postmillenium Kerajaan Seribu Tahun akan berlangsung dalam waktu atau masa yang sedemikian panjang, tidak harus tepat seribu tahun. Hal ini dapat berarti bahwa waktunya bisa lebih dari seribu tahun. Dalam permulaannya beberapa orang berpendapat bahwa Kerajaan Seribu Tahun akan dimulai secara berangsur-angsur, sedangkan pandangan lainnya melihat permulaan yang tiba-tiba pada penyebaran kebenaran di seluruh dunia.
Menurut pandangan penganut postmillenium Kerajaan Seribu Tahun akan menjadi saat damai, kemakmuran, kehidupan rohani yang baik di bumi. Akan tetapi tidak semua akan diselamatkan, juga tidak semua dosa akan dihapuskan. Namun prinsip kekristenan akan menjadi dasar atau aturan, tidak ada pengecualian dan dosa kan dikurangi sampai hilang sama sekali. Beberapa tokoh paham posmillenium mengizinkan satu masa kemurtadan yang singkat pada akhir millennium sebelum kedatangan Kristus.
5. Pandangan Mengenai Setan.
Penganut postmillenium berpendapat bahwa setan diikat sepanjang waktu dan setan selalu di bawah penguasaan Allah. Akan tetapi setan akan diikat pada permulaan seribu tahun secara khusus menurut Wahyu 20. Namun hal ini belum terjadi sebab kita belum berada di millennium tetapi kita pada saat ini membuat fondasi untuk millennium.
KESIMPULAN
Peristiwa Kedatangan Kristus Kedua Kali merupakan peristiwa tunggal, tidak ada perbedaan antara pengangkatan dan Kedatangan Kedua kali, dan Kristus datang kembali sesudah Millenium. Kebangkitan umum orang percaya dan orang tidak percaya pada Kedatangan Kristus Kedua Kali, disertai dengan penghakiman umum atas semua manusia.
Sementara pandangan millenium kaum postmillenialisme adalah kerajaan seribu tahun tidak secara harafiah memiliki masa 1000 tahun, melainkan dalam jangka waktu atau durasi yang lama. Zaman ini adalah zaman yang sudah berpadu dengan millennium yang disebabkan oleh kemajuan Injil yang begitu pesat. Postmillenium juga berpendapat bahwa gereja adalah Israel baru dan tidak ada perbedaan yang mencolok antara Gereja dan Israel.
BIBLIOGRAFI
______.The Zondervan Pictorial Encyclopedia of the Bible, ed. Merrill C. Tenney (Grand Rapids: Zondervan, 1975), IV, 822-823.
_______.The Westminster Theological Journal. XXXVII 1 Fall.1974.
Berkhof, Louis. Teologi Sistematika. Surabaya: Momentum. 2015.
Boettner, Loraine. The Millenium. Nutly, N.J.: Presbyterian dan Reformed. 1957..
Clouse, Robert G. The Meaning of the Millennium, ed. Downers Grove: Inter-Varsity Press. 1977.
Enns, Paul. The Moody Handbook of Theology. Chicago: Moody Press. 1989.
Grenz, Stanley J. The Millenial Maze. Downers Grove: Inter-Varsity Press. 1992.
Hodge, Charles. Systematic Theologi. New York: Scribners. 1887.
Marantika, Christ. Eskatologi. Yogyakarta: Iman Press. 2007.
Padensolang, Welly. Eskatologi Biblika. Yogyakarta: Andi Offset. 2004.
Ryrie, Charles C. Teologi Dasar 2. Yogyakarta: ANDI Offset. 2010.
Smith, Carol. Bible prophecy Handbook. Yogyakarta: Andi Offset. 2011.
Strong, A.H. Systematic Theologi. Philadelphia: Judson Prss. 1907.
Posting Komentar untuk "Eskatologi: Tinjauan Alkitabiah Doktrin Postmillenialisme "