Hubungan Suami-Istri Kristen Dalam Efesus 5:22-33
ITB 22 Hai isteri, tunduklah
kepada suamimu seperti kepada Tuhan, GNT 22 ai`
gunai/kej toi/j ivdi,oij avndra,sin w`j tw/| kuri,w|( (ai gumaikes idiois andrasin hosto
kurio) (Terjemahan: isteri, kepada suamimu, seperti kepada Tuhan)
Konteks yang lebih besar dari kalimat ini membahas
keprihatinan Paulus bahwa orang beriman, sebagai masyarakat dan individu, akan
dikuatkan oleh Roh Kristus (Ef. 3:16-17), sehingga rnereka akan tumbuh menuju
kedewasaan penuh (Ef. 4:11-16). Kedewasaan ini akan datang apabila mereka
(jemaat Efesus) ramah dan penuh kasih mesra satu terhadap yang lain (Ef. 4:32),
menjalani kehidupan yang penuh kasih seperti Allah, yang diteladankan dalam
pelayanan Kristus yang penuh pengorbanan dan penyerahan diri (Ef. 5:1-2). Dan
konteks ayat ini adalah tentang hidup di dalam persekutuan manusia secara umum,
sebagai wujud peneladanan terhadap kasih Kristus.
Apabila melhat ayat 22, tidak bisa dilepaskan dari ayat
21, di mana ayat ini menunjukkan salah satu ciri orang yang
dipenuhi Roh Kudus, yaitu “tunduk seorang kepada yang lain”. Dalam ayat bahasa
Yunani, arti hurufiahnya adalah, “Hai, isteri, kepada suamimu seperti kepada
Tuhan”. Kata kerja “tunduk” tidak ada dan hanya dapat dimasukkan ke dalam
kalimat karena hubungan yang dekat antara kedua ayat. Oleh sebab itu, ayat 21
merupakan kalirnat peralihan, yang menjadi bagian dari apa yang mendahuluinya
dan ikut menentukan apa yang akan terjadi selanjutnya. Dapat disimpulkan bahwa
sikap merendahkan diri seorang kepada yang lain (Ef. 5:21), yang membuktikan
kepenuhan Roh Kudus (Ef. 5:18), di mana kepenuhan Roh Kudus berhubungan dengan
implikasi dari kehidupan suami istri (Ef. 5:22-23).
Kata
“tunduklah” di dalam bahasa Yunani adalah ~Upotasso,menoi (hupotassomenoi) verb participle
(imperative sense) present passive nominative masculine 2nd person plural dari
akar kata u`pota,ssw (hupotasso). Apabila
dilihat dari arti katanya u`pota,ssw (hupotasso) memiliki pengertian “meletakkan diri di bawah sesuatu”.
Dalam pengertian sesungguhnya kata u`pota,ssw (hupotasso) adalah istilah militer yang berarti bahwa divisi pasukan harus
diatur dengan cara militer di bawah komando pemimpin. Dalam keadaan
subordinasi ini mereka sekarang tunduk pada perintah komandan mereka. Jadi,
ini berbicara tentang penundukan satu individu di bawah yang lain.
Kata u`pota,ssw (hupotasso) juga digunakan untuk
menggambarkan pengaturan peralatan militer di medan perang agar bisa melakukan
peperangan yang efektif. Dalam konteks ini mencakup sikap ketaatan (seperti
jemaat tunduk dan taat kepada Kristus), namun ide utama yang ditekankan adalah
sikap hati dan pikiran, bukan tindakan eksternal.
Apabila dilihat dari bentuk kata kerja u`pota,ssw (hupotasso) bukanlah suatu perintah langsung,
tetapi sebuah present middle atau passive participle. Oleh sebab itu,
ayat ini memiliki dua pengertian, apabila participle
middle, ini menekankan partisipasi sukarela isteri dalam penyerahan diri
dalam perkawinan secara terus-menerus untuk manfaat yang dihasilkan dari
seorang pasangan yang mempercayai, mengasihi, dan penuh damai. Namun, apabila participle passive, ini menunjukkan
perlunya istri untuk membiarkan Roh Kudus melakukan pekerjaan-Nya di dalam
hatinya (lih. Ef. 5:18) yang mempengaruhi baik suami dan anak-anak, serta juga
budak keluarga.
Paulus menekankan bahwa ketundukkan tidak hanya kepada
suami saja, tetapi Paulus juga menekankan sikap tunduk atau saling menghormati kepada
sesama orang Kristen (Ef. 5:21) dan tunduk kepada Tuhan (Ef. 5:22). Frase
“seperti kepada Tuhan” merupakan penjelasan Paulus bahwa ketundukan isteri
bukan hanya sekedar tuntutan budaya, sosial maupun paksaan suami. Motivasi
ketundukan tersebut bersifat teologis, yaitu “seperti kepada Tuhan” (ayat 22b)
atau “karena suami adalah kepala istri” (ayat 23-24). Ketundukkan seorang isteri
kepada suami merupakan bagian dari ketundukkannya kepada Tuhan, di mana suami
adalah otoritas yang tertinggi, tetapi bahwa isteri harus menghormati suami
mereka karena hubungan mereka sendiri kepada Kristus.
Oleh sebab itu, Roh yang memenuhi orang-orang percaya harus terus-menerus menempatkan diri mereka di bawah otoritas satu sama lain. Dengan kata lain, Roh yang memenuhi orang-orang percaya adalah satu-satunya yang benar-benar memiliki keinginan supranatural dan kuasa untuk tunduk. Isteri harus tunduk satu sama lain tanpa harus karena pasangannya secara pribadi pantas menerima pengajuan tersebut, namun karena dengan tunduk kepada suami, isteri mematuhi Firman Tuhan dan dengan demikian menghormati Tuhan.
Ayat 23
ITB 23 karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus
adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. GNT 23 o[ti avnh,r
evstin kefalh. th/j gunaiko.j w`j kai. o` Cristo.j kefalh. th/j evkklhsi,aj(
auvto.j swth.r tou/ sw,matoj\ (Terjemahan: Karena
suami adalah kepala isteri, sama seperti Kristus juga adalah kepala jemaat, Ia
sendiri adalah Juruselamat tubuh)
Paulus menjelaskan mengapa isteri harus tunduk pada
suaminya sendiri seperti untuk Tuhan. Paulus juga menjelaskan bahwa suami
adalah kepala istrinya, sama seperti Kristus (Mempelai Pria) adalah kepala
Gereja (MempelaiNya). Kata “kepala” diambil dari kata kefalh. (kephale) yang
berarti kepala. Kata “kepala” di dalam PL setara dengan kata rosh ((rosh) yang berarti kepala, pimpinan, awal, dan jumlah utuh.[1] Kata
ini memiliki pengertian figurative yaitu seseorang yang memiliki status
tertinggi atau paling tinggi dalam pandangan otoritas untuk memerintahkan atau
memerintah, seorang kepala, orang yang lebih unggul dari pemimpin tertinggi.
Namun dalam Efesus 4:15-16 kata Yunani kefalh (kephale) juga
digunakan dengan arti kiasan “sumber”. Kristus adalah “kepala” (sumber),
daripadanya seluruh tubuh bertumbuh dan membangun dirinya dalam kasih. Secara fisiologi
jaman itu, kepala diyakini memberikan kehidupan kepada seluruh tubuh. Galatia
3:28), mengingatkan bahwa menurut rancangan Allah, laki-Iaki merupakan sumber
keberadaan perempuan; mereka diciptakan seorang untuk yang lainnya dan
merupakan satu kesatuan, seperti ditegaskan dalam Efesus 5:31 yang mengutip
Kejadian 2:24.
Demikian pula (analogi suami dan isteri dengan Kristus
dan jemaat), Kristus adalah kefalh. (kephale) atau sumber jemaat atau gereja (Ef. 5:23).
Hubungannya dengan jemaat tidak diungkapkan dengan bahasa “kekuasaan”,
melainkan “bahasa sumber”. Kristus adalah Juruselamat atau penyelamat gereja
karena Kristus telah menyerahkan nyawa-Nya bagi gereja. Kristus menyelamatkan
gereja dari yang jahat, dan untuk memenuhinya dengan semua yang baik. Oleh
sebab itu, suami harus memberikan dirinya menjadi tempat perlindungan dan
penghiburan bagi pasangannya. Dan itulah sebabnya mengapa isteri harus
menundukkan diri dan menyerahkan hidupnya dengan sukarela kepada suaminya.
Inilah yang disebut kesatuan di dalam tubuh Kristus, di mana Kristus adalah
kepala gereja, dan suami adalah kepala isteri.
Kristus juga disebut juruselamat (“Ia yang menyelamatkan tubuh”). Kata “menyelamatkan” dari kata swth.r (soter) yang berarti agen keselamatan atau pembebasan, orang yang menyelamatkan, membebaskan, menyelamatkan dan mempertahankan. Kata swth.r (soter) digunakan oleh Allah sebagai sumber keselamatan (Penyelenggara, Pelindung, Pelindung, Penyembuh, Pribadi yang menyelamatkan manusia dari bahaya dan keadaan kemakmuran dan kebahagiaan. swth.r (soter) digunakan Yesus Kristus untuk membawa pembebasan kepada manusia berdosa.
Ayat 24
ITB 24 Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus,
demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. GNT 24 avlla. w`j h` evkklhsi,a u`pota,ssetai tw/|
Cristw/|( ou[twj kai. ai` gunai/kej toi/j avndra,sin evn panti,Å (Terjemahan: Karena gereja tunduk kepada Kristus, maka
biarlah istri juga tunduk pada segala hal kepada suami mereka)
Ayat ini menjelaskan bahwa ketundukkan isteri kepada
suami harus sama dengan ketundukkannya gereja dengan Kristus. Kata u`pota,ssetai (hupotassetai) verb indicative
present passive 3rd person singular dari akar kata u`pota,ssw (hupotasso) yang memiliki pengertian tunduk dengan penuh
sukacita, dengan kesetiaan, dan dengan kerendahan hati. Ayat 24 memiliki tense yang berbeda dengan ayat 21-22.
Kata kerja indicative present passive menunjukkan
bahwa sikap tunduk gereja kepada Kristus harus berlangsung dengan
sungguh-sungguh dan terus-menerus dikerjakan, di mana Roh Kuduslah yang
memberikan kekuatan dan menolong gereja untuk bersikap tunduk kepada Kristus.
Jadi kerja kuasa Roh Kuduslah yang membuat gereja menundukkan diri kepada
Kristus. Hal ini ditandai dengan kata kerja present
passive.
Demikian pula isteri harus menundukkan diri kepada suaminya, di mana seorang isteri harus terus-menerus tunduk kepada suaminya, tentunya dengan pertolongan Roh kudus. Ketundukkan isteri kepada suami adalah “dalam segala sesuatu”. Frase ini menjelaskan bahwa isteri perlu tunduk dalam segala segi atau dalam segala bidang kehidupan (bnd. 1 Pet. 3:12).
Ayat 25
ITB 25 Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah
mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya. GNT 25 Oi` a;ndrej( avgapa/te ta.j gunai/kaj( kaqw.j
kai. o` Cristo.j hvga,phsen th.n evkklhsi,an kai. e`auto.n pare,dwken u`pe.r
auvth/j( (Terjemahan: Suami, cintai istri Anda, seperti Kristus
mengasihi gereja dan menyerahkan diri untuk dia).
Kewajiban yang dikemukakan tidak hanya untuk satu pihak,
namun tanggung jawab suami sama mengikatnya dengan kewajiban isteri. Suami
mendapat perintah untuk mengasihi isteri. Kata “kasih” diambil dari kata avgapa/te (agapate) verb imperative present active 2nd person
plural dari akar kata avgapa,w (agapao), kata
ini memiliki arti hurufiah cinta kasih yang tulus ikhlas. Kasih yang
dimaksudkan bukanlah kasih pernikahan biasa, tetapi kasih sukarela yang
bersumber pada kasih Allah dan mencerminkan kasih-Nya.
Kata avgapa,w (agapao) juga berarti merencanakan, menghendaki, dan melakukan sesuatu
untuk membahagiakan dan menyenangkan yang dikasihi. Kasih ini adalah kasih yang
harus didemonstrasikan kepada semua orang. Oleh sebab itu, kasih ini berbeda
dengan keinginan seksual normal yang biasanya bersifat mementingkan diri, kasih
ini tidak mementingkan diri.
Kasih ini merupakan perintah yang harus dikerjakan secara
terus-menerus oleh suami kepada isteri. Kata “mengasihi” adalah present active imperative yang merupakan
satu-satunya imperative dalam
paragraph ini. Pernyataan ini adalah pernyataan yang secara radikal positif
dalam jamannya, tetapi di masa kini seluruh bagian ini tampaknya negatif karena
mencerminkan konsep teologis tentang kepemimpinan laki-laki di rumah (lih. Kej
3:16; I Kor 11:3; II Tim 2:13). Namun demikian, suami Kristen adalah pemimpin
hamba, bukan seorang tuan atau bos.
Kasih ini digeneralkan dengan kasih Kristus kepada gereja, di mana kasih-Nya digambarkan melalui penyerahan nyawa-Nya kepada gereja. Kata “menyerahkan” diambil dari kata pare,dwken (paredoken) verb indicative aorist active 3rd person singular from paradi,dwmi (paradidomi) yang berarti menyerahkan atau memberikan nyawa. Ayat ini mengimplikasikan bahwa Kristus telah secara nyata mengorbankan diri-Nya untuk orang yang dikasihi-Nya. Sebab tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yoh. 15:12). Oleh sebab itu, hendaklah suami mengasihi isteri juga tidak hanya berbicara di lidah saja, tetapi dengan sungguh-sungguh rela mengorbankan hidupnya untuk seseorang yang dikasihi yaitu isteri.
Ayat 26
ITB 26 untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan
memandikannya dengan air dan firman, GNT
26 i[na auvth.n
a`gia,sh| kaqari,saj tw/| loutrw/| tou/ u[datoj evn r`h,mati( (Terjemahan: Agar Dia menguduskannya, setelah membersihkannya dengan mencuci air
dengan Firman)
Tujuan dari penyerahan diri
Kristus adalah untuk menguduskan kehidupan gereja-Nya, yaitu dengan air
(baptisan tanda pertobatan) dan dengan Firman. Kata “menguduskan” diambil dari
kata a`gia,sh| (hagiaze) verb
subjunctive aorist active 3rd person singular from a`gia,zw (hagiazo), yang berarti menguduskan, membersihkan dan memisahkan. Gagasan dasar dari kata kerja ini “menguduskan atau
membuat kudus” adalah menetapkan seseorang terpisah dari Tuhan untuk
pelayanannya. Orang Kristen digambarkan sebagai orang-orang yang “dikuduskan
di dalam Kristus Yesus” (1 Kor. 1: 2), yang telah dipisahkan Allah untuk
dirinya sendiri dalam nama Tuhan Yesus Kristus (1 Kor 6:11). Efesus 5: 26
menekankan dimensi perusahaan dengan menyatakan bahwa itu adalah gereja yang
dikuduskan melalui kematian Kristus.
Dalam Efesus
5:26 Paulus berbicara terutama tentang pengudusan seperti yang oleh para teolog
merujuk sebagai pengudusan posisional (penyelamatan yang lampau, pada saat kita
dibenarkan atau dinyatakan benar saat kita menempatkan iman kita kepada
pengorbanan Kristus di kayu salib. Pengudusan
posisional adalah kejadian satu kali dan kontras dengan apa yang
disebut pengudusan progresif di
mana orang percaya yang dibenarkan setiap hari, semakin lama, secara bertahap
dipisahkan dari dunia dan Allah. Pengudusan progresif adalah gagasan yang
melekat pada ungkapan lain sehingga sesuai dengan citra Putra Allah (Ro 8: 29). Mood subjunctive menunjukkan
adanya ketergantungan satu sama lain, di mana gereja dikuduskan melalui dan
hanya tergantung Kristus. Sebagaimana gereja dengan Kristus demikian pula
isteri kepada suami.
Kata
“membersihkan” diambil dari kata kaqari,saj
(katharisas) verb
participle aorist active nominative masculine singular from kaqari,zw (katharizo), yang berarti bersih, murni, bebas dari campuran apa yang salah yang menyebabkan
sesuatu menjadi bersih. Dalam arti spiritual, itu berarti
menyucikan dari polusi dan kesalahan dosa. Pembersihan ini merupakan karya Tuhan Yesus di dalam kehidupan gereja di
masa lampau. Pembersihan ini adalah melalui air dan firman. Mungkin di sini air
dan firman dipakai dengan arti sinonim. Jelas yang dimaksudkan di sini bukan
baptisan atau kelahiran baru karena baptisan. Sebagaimana air membersihkan
tubuh, demikian pula Firman Allah membersihkan hati (bnd. Yeh. 36:27).
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa seperti darah Kristus yang membersihkan dan menguduskan satu sama lain untuk semua dari kesalahan dan hukuman dosa, demikianlah firman Allah terus-menerus membersihkan dan memurnikan dari kekotoran dan pencemaran dosa. Bagian ini mengajarkan bahwa gereja sedang mandi pada saat sekarang, bukan dengan air literal, namun dengan bahan pembersih dari firman Allah. Kata “firman” diambil dari kata r`h,mati (remati), di mana kata ini memiliki pengertian tentang suara yang pasti. Jadi Firman adalah suara yang pasti dapat memurnikan gereja dari keinginan dunia.
Ayat 27
ITB 27 supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan
diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi
supaya jemaat kudus dan tidak bercela. GNT 27 i[na parasth,sh| auvto.j e`autw/| e;ndoxon
th.n evkklhsi,an( mh. e;cousan spi,lon h' r`uti,da h; ti tw/n toiou,twn( avllV
i[na h=| a`gi,a kai. a;mwmojÅ (Terjemahan: Bahwa
Dia mungkin hadir gereja untuk diri-Nya dalam kemuliaan, tanpa cacat atau kerut
atau hal-hal seperti [bahwa ia mungkin menjadi kudus dan sempurna].
Supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan
diri-Nya. Kata “menempatkan” diambil dari kata parasth,sh| verb subjunctive aorist active 3rd person singular from pari,sthmi,
(paristemi) yang berarti (paristemi dari para = dekat, samping + histemi = tempat, mengatur)
secara harfiah berarti untuk menempatkan atau mengatur samping atau dekat dan
karenanya untuk menempatkan di pembuangan seseorang. Paristemi berarti untuk
menyajikan diri untuk layanan atau untuk menempatkan di pelayanan.
Kata “gereje” diaambil dari kata evkklhsi,a (ekklesia) yang berarti ekklesia dari ekkaléo =
memanggil keluar pada gilirannya dari ek = keluar + kaleo = call) secara
harfiah “disebut-out yang”. Orang Yunani menggunakan ekklesia untuk berkumpulnya
warga yang dipanggil untuk bertransaksi bisnis kota. Gereja adalah organisme
hidup, terdiri dari anggota hidup yang tergabung bersama.
Setiap orang yang telah
disimpan milik tubuh Kristus, gereja universal. Gereja universal
dimanifestasikan di dunia oleh gereja lokal masing-masing, yang masing-masing
menjadi mikrokosmos tubuh Kristus. Gereja berfungsi di bawah kepemimpinan Roh
Kudus, yang beroperasi di bawah pemerintahan kedaulatan-Nya. Yesus Kristus
adalah Pendiri dan Tuhan atas gereja-Nya dan yang telah menjamin kekekalan
gereja sampai Dia kembali. Jadi sasaran yang menjadi puncak tujuan adalah
menyajikan gereja layak dihadapannya. Kata kerja ini memiliki bentuk aorist active
subjunctive, di mana kata ini menyajikan unsur
ketergantungan. Hal ini tampaknya merujuk pada Perjamuan Kawin Anak Domba (Wah.
19:6-9). Sama seperti kasih Yesus yang merevolusi gereja, demikian juga, kasih
suami untuk isterinya harus menstabilkan dan memberkati keluarga Kristen.
Kristus ingin menyajikan gereja di hadapan diri-Nya dengan
cemerlang, di mana kata “cemerlang” diambil dari kata e;ndoxoj (endoxos) yang berarti cemerlang, indah, penuh kemuliaan, penuh keagungan,
dan terhormat. Kemuliaan gereja Nampak dari sifat “tanpa cacat”, atau “kerut”,
atau “kudus”, dan “tidak bercela”. Kata “tanpa cacat” diambil dari kata spi,los (spilos) yang awalnya
berarti batu atau tebing tetapi dalam bahasa Yunani kemudian mengacu bahwa yang
merupakan tempat yang tidak diinginkan atau noda pada sesuatu - noda, tempat
menodai atau cacat, cacat. Metaforis seperti yang digunakan dalam ayat ini
Spilos mengacu pada cacat moral atau aib.
Kata spi,los (spilos) digunakan dalam literatur Yunani di Hermas dalam
alegori bangunan menara, batu tertentu, yang mewakili orang-orang dengan
kesalahan yang serius. Moulton dan Milligan melaporkan penggunaan spi,los (spilos) dalam
ekspresi, “ampas kemanusiaan dari kota.” Dalam kamus bahasa Inggris tempat
adalah tanda kecil pada permukaan dan kiasan cacat moral atau noda pada karakter
seseorang atau reputasi. Kata spi,los (spilos) menunjukkan semburat mencolok dari sesuatu yang
menyinggung, seperti cacat, noda atau pengotor lainnya, yang membuat objek
tidak lagi murni atau murni melainkan terkontaminasi dalam beberapa cara.
Sebuah cacat adalah kelemahan, kekurangan atau ketidaksempurnaan yang merusak
layak atau utilitas. Apabila kata spi,los
(spilos) ditambahkan kata tanpa maka dapat disimpulkan
bahwa Kristus menyajikan gereja menjadi pribadi yang tak bernoda setitik-pun.
Kata “kerut” diambil dari kata r`uti,j (rhutis) yang berarti kisut, kerutan, dan
kerutan. Kata r`uti,j (rhutis) menjelaskan sesuatu
seperti kulit atau kain dengan garis atau lipatan. Dalam ayat ini rhutis
digunakan secara kiasan untuk menggambarkan beberapa jenis ketidaksempurnaan.
Dalam ayat rhutis ini digunakan untuk menggambarkan ketidaksempurnaan dalam persekutuan,
persatuan, atau kesaksian dari gereja. Dari penjelasan di atas sesungguhnya
Kristus ingin menyajikan gereja dengan sempurna di dalam persekutuan, persatuan
dan dalam kesaksian.
Kata “kudus” diambil dari kata a[gioj (hagios) secara harafiah berarti suci atau suatu keadaan terpisah. Kristus
memiliki tujuan dalam diri gereja untuk memisahkan mereka dari dosa dan memilih
mereka, sehingga menjadi milik-Nya. (Yoh. 17:14-19). Keterpisahan gereja dari
dosa disebut juga “pengudusan” dalam ayat 26.
Kata “tidak becela” diambil dari kata a;mwmoj (amomos) yang secara harafiah berarti tidak bercela atau bebas dari kesalahan. Perjanjian Lama mencatat bahwa setiap korban persembahan harus memiliki karakter a;mwmoj (amomos) atau bebas dari kesalahan. Dengan demikian, sebagai gereja, Kristus ingin mempersembahkan gereja sebagai persembahan yang tidak bernoda, sempurna, kudus (terpisah dari dosa), dan tanpa cela di hadapan Allah Bapa. Bobot kumulatif dari semua istilah ini adalah bahwa Tuhan menginginkan kesucian yang lengkap dari umat-Nya (Ef 1:4) dan menjadi serupa dengan Kristus (Rm. 8:28-29; Gal. 4:14).
Ayat 28
ITB 28 Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama
seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya
sendiri. GNT 28 ou[twj
ovfei,lousin Îkai.Ð oi` a;ndrej avgapa/n ta.j e`autw/n gunai/kaj w`j ta.
e`autw/n sw,mataÅ o` avgapw/n th.n e`autou/ gunai/ka e`auto.n avgapa/|Å (Terjemahan: Demikian juga suami harus mengasihi isterinya
seperti ia mengasihi tubuhnya sendiri. Orang yang mengasihi isterinya berarti
ia mengasihi dirinya sendiri)
Ayat ini menegaskan bahwa kasih suami kepada isteri harus
sama seperti kasih Kristus kepada gereja (bnd. Ef. 25b-27). Kata “Demikian
juga..” diambil dari kata ovfei,lousin
(opheilousin) verb indicative
present active 3rd person plural from ovfei,lw (opheilo) yang berarti keuntungan. Kata ini mengandung makna dasar
berhutang atau memiliki kewajiban yang kuat, dia terikat oleh kewajiban moral
dan kewajiban pribadi. ovfei,lw (opheilo) mengungkapkan perlunya atau paksaan yang timbul dari situasi
tertentu. Kalimat saat ini menunjukkan bahwa ini adalah tugas suami yang
terus-menerus. Tugas tersebut adalah mengasihi. Kata “kasih” di ayat 28 berbeda
dengan kata “kasih” di ayat 25. Kata “kasih” di ayat 28 avgapa/n (agapan) verb infinitive present active from avgapa,w (agapao). Mood
infinitive present menunjukkan tujuan ataupun hasil dari suatu tindakan.
Oleh sebab itu, mencintai isteri bukan hanya sebuah perintah yang harus
dilakukan, tetapi juga suatu tujuan yang harus dilakukan. Seorang suami Kristen
harus menjadikan “kasih” kepada isteri sebagai tujuan dalam kehidupannya setiap
hari. Hal ini harus dilakukan terus-menerus.
Frase “mengasihi seperti mengasihi tubuhnya sendiri”
merupakan penjelasan bahwa suami dan isteri di dalam Kristus adalah “satu
daging” (Kej 2:24). Isteri menjadi satu dengan suaminya (bukan secara daging,
tetapi secara hukum dan dalam hubungan), inilah alasan mengapa suami harus
mengasihi isterinya, sebagaimana ia mengasihi dirinya sendiri. Dalam bagian ini
tidak berarti bahwa suami harus mengasihi isteri seperti tubuhnya sendiri,
tetapi suami harus mengasihi isteri sebagai tubuhnya sendiri. Jadi, Kristus
mengasihi gereja karena gereja adalah tubuhNya, dan suami mengasihi isteri
karena isteri adalah tubuh suami.
Kesatuan Kristus dengan gereja inilah yang menjadi gambaran kesatuan suami dan isteri. “Satu daging” yang tidak terpisahkan. Inilah yang mendasari kasih yaitu barangsiapa berbuat baik kepada isterinya, berbuat baik pula kepada dirinya sendiri. Tetapi barangsiapa menyakiti isterinya, menyakiti dirinya sendiri.
Ayat 29
ITB 29 Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri,
tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, GNT 29 ouvdei.j ga,r pote th.n e`autou/ sa,rka
evmi,shsen avlla. evktre,fei kai. qa,lpei auvth,n( kaqw.j kai. o` Cristo.j th.n
evkklhsi,an( (Terjemahan: Karena tidak ada orang yang pernah membenci
dagingnya sendiri, namun memberi nutrisi dan dengan hati-hati melindungi dan
menghargai, seperti Kristus melakukan gereja,)
Kata “sebab” merupakan kata yang menunjukkan alasan dari
penjelasan ayat sebelumnya (ay. 28). Ayat 29 ini merupakan penjelasan mengapa
suami harus mengasihi isterinya seperti tubuhnya sendiri. Kata “Sebab” atau ga,r ( gar ) adalah
istilah strategis dari penjelasan, yang sebaiknya direnungkan. Dalam hal ini
“untuk” memperkenalkan penjelasan langsung Paulus tentang mengapa suami seharusnya
tidak memiliki kesulitan untuk mencintai isteri mereka, saat mereka mencintai
dirinya sendiri.
Frase “Tidak ada satu pun” atau ouvdei.j (oudeis) yang diambil
dari kata ou = negasi absolut + de = penanda hubungan aditif + heis = satu) dapat
diartikan “sama sekali tidak ada yang membenci tubuhnya sendiri (daging)”. Sebab
tidak pernah orang membenci sa,rx (sarx) atau daging atau tubuh sendiri. Jadi, tidak ada
orang yang berpikiran sehat akan membenci dirinya sendiri, betapa pun cacatnya,
atau betapa tidak sempurnanya seorang isteri.
Kontras dari kata membenci adalah mengasuh dan merawat.
Inilah tugas dari seoarang suami bukan membenci tetapi mengasuh dan merawat
sebagai implikasi dari mengasihi isteri. Kata “mengasuh” diambil dari kata evktre,fei (ektrephei) verb indicative present active 3rd person singular from evktre,fw (ektrepho) yang berarti menyediakan makan. Kata “mengasuh” juga memiliki
pengertian metafora “memberi makan hingga dewasa”, di mana kata mengasuh
digunakan untuk membesarkan anak-anak dalam aspek jasmani maupun rohani (Ef.
6:4). KJV dan NAS menyebut kata “mengasuh” dengan kata “nourish” (memelihara, member gizi). Dengan demikian, seorang suami
haruslah memelihara isterinya baik jasmani maupun rohani. Bentuk indicative present active menunjukkan
bahwa seorang suami haruslah memelihara, dan memberikan makan isterinya secara
terus-menerus. Pemeliharaan baik jasmani maupun rohani haruslah dilakukan
dengan sungguh-sungguh setiap hari.
Kata “merawat” diambil dari kata qa,lpei (thalpei) verb indicative present active 3rd person singular from qa,lpw (thalpo) yang berarti peduli, merawat, menjaga dengan
implikasi memperhatikan atau menghargai. Kata qa,lpw (thalpo) awalnya
dimaksudkan untuk menghangatkan, merenung, atau tetap hangat (seperti dengan
panas tubuh), untuk melembutkan oleh panas. Idenya adalah untuk menghargai dengan cinta dan
perhatian yang lembut.
Kata ini juga memiliki arti metafora dalam Septuaginta
(LXX) yaitu untuk menggambarkan burung yang sedang duduk di sarangnya, “untuk
menghangatkan”. Penggunaan Septuaginta (LXX) dari kata qa,lpw (thalpo) menunjukkan bahwa suami harus menyediakan isteri
mereka seperti sarang, yang menggambarkan tempat keamanan, tempat kehangatan,
dan tempat makanan. Dengan demikian, seorang suami harus dapat menghangatkan
dan memperhatikan isterinya dengan baik. Selain itu, seorang suami harus dengan
sungguh-sungguh menjaga dan menghargai isterinya terus-menerus.
“Nourishes and cherishes”, di mana kedua kata tersebut memiliki kandungan emosional dan mengungkapkan kelembutan dan perhatian. Dari kedua istilah di atas harus memotivasi tindakan setiap suami Kristen yang dewasa terhadap isterinya. Suami harus memperlakukan isterinya dengan penuh perhatian dan kelembutan, dan dengan rajin ia mencukupi isterinya dengan segala hal. Frase “sama seperti Kristus terhadap jemaat”, berarti sama seperti Tuhan mengasuh dan merawat jemaat-Nya, di mana kata “sama seperti” atau kaqw.j (kathos) berarti bahwa cara dan tingkat perawatan suami untuk isterinya berada dalam ukuran yang sama dengan Kristus bagi Mempelai Perempuan-Nya (gereja), di mana Kristus melengkapi dengan semua hal yang Ia pandang berguna atau baik bagi jemaat.
Ayat 30
ITB 30 karena kita adalah anggota tubuh-Nya. GNT 30 o[ti me,lh evsme.n tou/ sw,matoj auvtou/Å (Terjemahan: Karena kita adalah anggota (bagian) tubuhNya
)
Rasul Paulus menunjukkan bahwa “kita adalah anggota tubuh-Nya” sebagai alasan mengapa Kristus mengasuh dan merawat jemaat-Nya. KJV mengatakan bahwa “Ephesians 5:30 For we are members of his body, of his flesh, and of his bones” (kita adalah anggota tubuh-Nya, dari daging dan tulang-Nya). Kesatuan gereja dengan Kristus merupakan gambaran yang sempurna tentang suami dan isteri (Kristus dan mempelai-Nya). Selain itu, Gereja sebagai suatu tubuh fisik adalah salah satu metafora kebersamaan Paulus yang menekankan kesatuan di tengah-tengah keanekaragaman (1 Kor. 12:12-27). Kata “kita” menunjukkan bahwa gereja benar-benar bagian dari tubuh di mana Dia adalah Kepala, dan inilah alasan mengapa Kristus memelihara dan menghargai Gereja.
Ayat 31
ITB 31 Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. GNT 31 avnti. tou,tou katalei,yei a;nqrwpoj Îto.nÐ pate,ra kai. Îth.nÐ mhte,ra kai. proskollhqh,setai pro.j th.n gunai/ka auvtou/( kai. e;sontai oi` du,o eivj sa,rka mi,anÅ (Terjemahan: Untuk alasan ini seorang pria akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan akan bersatu dengan isterinya, dan keduanya akan menjadi satu daging ).
Paulus dalam ayat 31 mengutip kitab Kejadian 2:24 yang
mengatakan bahwa “Sebab itu seorang
laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,
sehingga keduanya menjadi satu daging”. Kata “sebab” menunjukkan bahwa hubungan
antara suami dan isteri lebih intim daripada yang lain, bahkan daripada orang
tua dan anak-anak. Hal ini disebut sebagai ikatan kesatuan yang tidak
terpisahkan antara suami (pria) dan isteri (wanita). Kutipan ini merujuk kepada
penciptaan di taman eden, di mana menjadi gambaran kesatuan Kristus dengan
gereja-Nya.
Kata “meninggalkan” merupakan suatu tindakan yang
dilakukan seorang suami (pria) di masa depan. Kata “meninggalkan” diambil dari
kata katalei,yei (kataleipei) verb indicative
future active 3rd person singular from katalei,pw (kataleipo) yang diambil dari “kata
= intensifies meaning + leipo = leave behind. yang berarti “untuk pergi atau meninggalkan, dengan
penekanan pada finalitas tindakan”. Kata ini berbicara tentang pergeseran
kesetiaan dan pengabdian suami dari orang tuanya kepada pasangannya.
Pria meninggalkan orang tuanya dan bersatu kepada isterinya. Tujuan seorang pria meninggalkan orang tuannya adalah untuk bersatu dengan isterinya. Kata “bersatu” diambil dari kata proskollhqh,setai (proskollephesetai) verb indicative future passive 3rd person singular from proskolla,w (proskollao) di mana kata ini diambil dari kata “prós = ke, ke arah, dalam senyawa prós menyiratkan gerak, arah + kollao = untuk lem, menempel) secara harfiah berarti merekatkan satu benda ke benda lain sehingga menempel. Kata ini digunakan secara metaforis dalam ayat ini untuk menggambarkan ikatan pernikahan, sehingga terjalin suatu jalinan yang erat, kesetiaan yang dikhususkan dalam hubungan pernikahan.
Kata proskolla,w (proskollao) adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan penyatuan luka. Kata kerja majemuk ini menunjukkan persatuan yang paling intim. Kata kerja ini tidak hanya menekankan keabadian, tetapi juga kesatuan dari keduanya yang telah “terpaku” bersama. Oleh sebab itu, apabila ada seseorang yang ingin melepaskan kesatuan ini, maka keduanya pasti akan meninggalkan bekas luka. Hughes menyatakan bahwa: “Ada persatuan yang luar biasa dalam pernikahan. Ikatan seksual mencakup kedalaman misterius dan sakral. Bahwa pria dan wanita menjadi “satu daging” menunjukkan pertukaran jiwa dan menunjukkan sesuatu dari kedalaman psikologis persatuan perkawinan. Pernikahan idealnya menghasilkan dua orang yang sama seperti dua orang. Orang Kristen dalam pernikahan memiliki Tuhan yang sama, keluarga yang sama, anak yang sama, masa depan (tujuan) yang sama, dan takdir yang sama”.[2]
Frase “keduanya itu menjadi satu daging”, menunjukkan bahwa ada kesatuan yang terjadi secara supranatural, namun nyata dan real terjadi dalam kehidupan pernikahan. Dalam konteks ayat sebelumnya Paulus memerintahkan bahwa suami harus mengasihi isterinya sebagaimana Kristus mengasihi MempelaiNya. Ayat ini sangat memiliki korelasi dengan ayat sebelumnya, di mana dengan jelas berbicara tentang kasih yang “tidak dapat dipecahkan”. Seoarang suami diminta untuk meninggalkan orang tua, egonya pribadi untuk bersatu bersama isteri. Suami tidak boleh egois dan mementingkan dirinya sendiri, melainkan diminta untuk mengesampingkannya.
Ayat 32
ITB 32 Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah
hubungan Kristus dan jemaat. GNT 32 to. musth,rion
tou/to me,ga evsti,n\ evgw. de. le,gw eivj Cristo.n kai. eivj th.n evkklhsi,anÅ
(Terjemahan: Rahasia ini sangat besar, tetapi aku berbicara
mengenai [hubungan] Kristus dan gereja. )
Paulus mengarahkan pikiran jemaat dari kesatuan pernikahan itu kepada kenyataan yang dilambangkan kesatuan antara Kristus dengan gereja. Kata “rahasia” menunjuk kepada hubungan Kristus dengan gereja, di mana dalam Perjanjian Lama rahasia ini belum dapat dibuka, namun dalam Perjanjian Baru rahasia ini dibuka melalui hubungan Kristus dengan gereja. Kata “rahasia” ini berasal dari bahasa Yunani musth,rion (musterion), yang sering dipakai untuk menunjuk kepada rahasia-rahasia dari sebuah organisasi atau perkumpulan tertutup yang hanya diberitahukan kepada orang yang telah diinisiasi atau diterima secara sah sebagai anggota perkumpulan tersebut. Artinya, kebenaran ilahi ini hanya terbuka bagi mereka yang memang siap menerima kebenaran ini. Vincent mendefinisikan kata musth,rion (musterion): “Yang disimpan tersembunyi dari dunia sampai diwahyukan pada waktu yang ditentukan, dan yang merupakan rahasia biasa, namun diketahui oleh wahyu ilahi”.[3]
Dapat diambil kesimpulan bahwa pernikahan itu seperti metafora atau perumpamaan, di mana pernikahan lebih dari sekedar pria dan wanita yang menjadi satu daging. Hal ini adalah singkatan dari hubungan antara Kristus dan gereja. Itulah makna pernikahan yang paling dalam. Inilah yang dimaksudkan untuk menjadi sebuah drama hidup tentang bagaimana Kristus dan gereja berhubungan satu sama lain. Kristus dan gereja yang hidup di dalam covenant, demikian juga pernikahan Kristus juga ada di dalam covenant untuk menjadi satu daging.
Ayat 33
ITB 33 Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku:
kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati
suaminya. GNT 33 plh.n kai. u`mei/j oi` kaqV e[na( e[kastoj
th.n e`autou/ gunai/ka ou[twj avgapa,tw w`j e`auto,n( h de. gunh. i[na fobh/tai
to.n a;ndraÅ (Terjemahan: demikian pula, bagi suami masing-masing:
kasihilah isterimu sebagai dirimu sendiri, dan isteri supaya menghormati
(menghargai) suami.)
Paulus berbicara kepada setiap suami secara individu untuk
mendorong (sebenarnya dia memerintahkan - memberikan perintah - sebagai
kebiasaan kita, praktik terus-menerus) masing-masing untuk terus mencintai isterinya
sebagai dirinya sendiri. Tentunya kasih yang didorong dari kasih Tuhan, di mana
kata kasih memakai kata avgapa,tw (agapato) verb
imperative present active 3rd person singular from avgapa,w (agapao). Kata ini menggambarkan cinta yang Tuhan berikan secara bebas,
berkorban dan tanpa syarat tanpa menghiraukan respons - cinta yang keluar tidak
hanya pada musuh yang dicintai, tetapi juga untuk orang lain atau yang tidak “layak
mendapatkannya”.
Kata avgapa,w (agapao) juga berbicara tentang cinta berdasarkan evaluasi dan pilihan,
masalah kehendak dan tindakan. Cinta ini tidak sentimental atau emosional tetapi
taat dan mencerminkan tindakan kehendak seseorang dengan keinginan tertinggi
untuk kebaikan tertinggi seseorang. Karena tidak bersyarat, cinta ini masih diberikan
jika tidak diterima atau dikembalikan.
Kasih agape diperintahkan kepada orang-orang percaya,
diberdayakan oleh Roh-Nya, yang diaktifkan oleh pilihan pribadi dari kehendak
seseorang, tidak berdasarkan perasaan seseorang terhadap objek cinta seseorang
dan dimanifestasikan oleh tindakan tertentu (1 Kor. 13:4-8). Kasih agape berbicara tentang cinta yang
dipanggil keluar dari hati seseorang dengan menghargai yang dicintai, cinta
yang mendorong seseorang untuk mengorbankan dirinya sendiri demi keuntungan
objek yang dicintai. Prototipe
kualitas cinta supranatural ini adalah kasih Bapa bagi orang berdosa yang
dimanifestasikan oleh pengorbanan Anak di kayu Salib. Inilah yang menjadi dasar
bagi setiap suami untuk mengasihi isterinya terus-menerus, dalam keadaan baik
maupun buruk.Selain perintah untuk mengasihi bagi setiap suami. Isteri juga
diminta untuk menghormati dan menghargai suaminya.
Kata “menghormati” diambil dari kata fobh/tai (phobetai) verb subjunctive present passive 3rd person singular from fobe,w (phobeo) yang berarti “menghormati, menghargai dan respek. Gagasan tentang fobe,w (phobeo) di sini adalah untuk memiliki ukuran
penghormatan yang mendalam terhadap suami. Suami diperintahkan untuk terus
mengasihi istrinya seperti dirinya sendiri (satu daging, ay 31) dan isteri
dipanggil untuk tunduk pada dan menghormati suami mereka, yang akan meningkatkan
dan memperkuat ikatan kasih di antara mereka.
Paulus telah menggunakan kata benda fobos (phobos) yang berhubungan dengan fobe,w (phobeo) di bagian ini, bertujuan mendesak kedua pasangan untuk tunduk satu sama lain dalam ketakutan akan Kristus (Ef. 5:21). Kata “menghormati” mengandung rasa kasih dan rasa hormat, yang menghasilkan keinginan untuk menyenangkan dan juga rasa takut, yang membangkitkan sebuah peringatan supaya jangan sampai menyakiti hati suami. Bahwa isteri menghormati suaminya merupakan kehendak Allah dan hukum dari hubungan suami dan isteri.
[1]__, Kamus Teologia
dan Eksegesis Perjanjian Lama (vol 3), 1015-1020.
[2]Hughes, RK:
Ephesians: The Mystery of the Body of Christ. Crossway Books.
[3]Vincent,
MR Word studies in the New Testament (Vol
4), 234- 235.
Posting Komentar untuk "Hubungan Suami-Istri Kristen Dalam Efesus 5:22-33 "