Khotbah Kristen: Satu Tubuh di Dalam Kristus 1 Kor. 12:27
ITB 1 Corinthians 12:27 Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya.
Pendahuluan
“Bhineka Tunggal Ika” merupakan semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Semboyan ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sekalipun terdiri dari beragam agama, bahasa, budaya dan suku bangsa. Selain itu, semboyan “Bhineka Tunggal Ika” menunjukkan “identitas” dari bangsa kita. Demikian pula, Paulus mengungkapkan keragaman untuk menunjukkan “identitas” orang percaya yakni satu tubuh di dalam Kristus. Paulus smenggambarkan kesatuan gereja-Nya dengan gambaran kesatuan tubuh dengan banyak anggota
Frase “kamu semua adalah tubuh Kristus..” menunjukkan bahwa Allah telah memberikan identitas baru orang percaya dengan status “tubuh Kristus”. Paulus mengatakan dalam 1 Corinthians 12:12-13 “12 Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. 13 Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.” Ayat ini jelas memberikan penjelasan bahwa kesatuan tubuh Kristus merupakan karya dari Roh Kudus. Sehingga tidak ada pemisah di antara sesama anggota tubuh Kristus, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, budak maupun orang merdeka, orang kaya ataupun miskin, kulit hitam ataupun putih, rambut keriting ataupun lurus, hidung pesek ataupun mancung, kita semua adalah satu tubuh di dalam Kristus.
Dalam konteks di jemaat Korintus Paulus menjelaskan pentingnya identitas “tubuh Kristus” yang dikaitkan dengan tindakan konkrit. Misalnya, jemaat secara kolektif adalah bait Roh Kudus (1 Kor. 3:16-17). Implikasinya? Siapa saja yang berusaha membinasakan jemaat, ia tidak akan lepas dari hukuman Allah (1 Kor. 3:17)! Secara individual, setiap orang Kristen juga adalah bait Roh Kudus (1 Kor. 6:19-20). Implikasinya? Kita tidak seharusnya menggunakan tubuh kita untuk melayani dosa (1 Kor, 6:12-18)! Hal ini menunjukkan bahwa identitas itu menentukan perilaku. Dengan demikian, kita harus memiliki gaya hidup yang sesuai dengan identitas kita sebagai anggota “tubuh Kristus”.
Apa yang harus kita lakukan sebagai kesatuan anggota “tubuh Kristus?
1. Saling Berfungsi (ay. 14-20)
Diakui bahwa tubuh kita terdiri dari bagian-bagian yang unik, khas, berbeda bentuk dan fungsinya (ay. 18). Peranan dan fungsi masing-masing anggota tubuh itu baru bisa dirasakan apabila ditempatkan dalam kesatuan tubuh. Di luar kesatuan itu masing- masing anggota tidak bisa berfungsi dan berperan sebagaimana mereka dibentuk. Paulus menggambarkan kesatuan ini dengan sangat jelas.
Paulus membandingkan kesatuan gereja yang digambarkan sebagai tubuh dengan tradisi penyembahan kepada dewa Asklepius, dewa kesembuhan Yunani-Romawi kuno, yang sedang marak di kota Korintus. Dalam ritual kepada dewa ini orang-orang biasanya meletakkan imitasi dari bagian-bagian tubuh tertentu yang sakit di dekat patung atau di kuil Asklepius. Tujuan Paulus membandingkan keduanya adalah untuk menunjukkan kepada jemaat Korintus bahwa “sekalipun bagian-bagian tubuh itu beragam, tetapi mati, karena tidak saling terkait satu dengan yang lainnya”. Berbeda halnya denga napa yang ditekankan Paulus kepada jemaat tentang kesatuan tubuh Kristus. Jemaat Kristen di Korintus adalah gambaran tentang keadaan tubuh Kristus yang sebenarnya. Melalui penjelasan tersebut Paulus mengarahkan bagaimana jemaat Tuhan seharusnya hidup.
Ada orang-orang yang diberikan fungsi khusus dalam rangka kesatuan jemaat. Fungsi dalam teks ini menunjuk pada karunia yang berbeda-beda. Tetapi tidak dapat dikatakan bahwa karunia yang satu lebih bernilai dibandingkan karunia lainnya, meskipun satu sama lainnya berbeda. Tetapi, Paulus mengingatkan bahwa mereka bisa berfungsi sebagai tubuh Kristus hanya bila mereka menyadari kebergantungan dan kesatuan dengan bagian tubuh lainnya.
“Efektifitas pelayanan dalam kesatuan tubuh Kristus, ditentukan dari seberapa besar kerjasama yang dilakukan di tengah keragaman karunia”
2. Saling Memperhatikan (ay. 21-25)
Jemaat Korintus adalah jemaat yang kaya akan karunia-karunia Rohani. Seharusnya karunia-karunia yang berbeda-beda ini digunakan untuk saling memperhatikan, memperlengkapi jemaat satu sama lain. Tetapi karunia yang berbeda-beda ini justru membuat jemaat Korintus mengalami perselisihan dan perpecahan. Sebenarnya tujuan Allah membuat perbedaan bukanlah untuk menimbulkan perselisihan atau perpecahan, tetapi untuk saling memperhatikan antara satu dengan yang lain. Perhatian ini akan menghindarkan satu anggota dari perpecahan (ay. 25). Sama halnya dengan bagian-bagian tubuh yang tampaknya lemah atau dianggap kurang terhormat sebenarnya sangat penting dan selalu diberi perhatian yang khusus. Sedangkan anggota-anggota tubuh kita yang dianggap lebih terhormat tidak memerlukan perhatian khusus. Dengan begitu Allah sudah mempersatukan tubuh, supaya anggota-anggota yang dianggap lemah dan kurang terhormat diberikan perhatian dan penghargaan khusus, sehingga tubuh tidak terpecah-pecah, tetapi setiap anggota saling memperhatikan dan saling peduli satu sama lain.
Demikian pula, kita sebagai sesama anggota tubuh Kristus, pasti ada yang memiliki kelebihan dan ada pula yang memiliki kelemahan atau kekurangan. Setiap anggota juga memiliki keunikannya masing-masing. Oleh sebab itu, kita harus belajar menghargai keunikan tiap orang. Sebagai anggota tubuh Kristus, kita harus menilai kemampuan masing-masing anggota dalam perspektif kebersamaan tubuh Kristus. Jadi tidak ada yang superior atau merasa paling hebat tanpa yang lain. Karena superioritas akan menimbulkan masalah dalam tubuh Kristus. Maka dari itu kita perlu saling memperhatikan antara satu dengan yang lain, saling peduli, supaya tidak ada perpecahan dan perselisihan.
“Kepedulian
dan perhatian itulah yang menimbulkan keharmonisan dan kesatuan dalam sebuah
pelayanan. Jangan bermimpi harmoni apabila tidak ada peduli.
3. Saling Solider (ay. 26)
Penderitaan dan kehormatan seorang anggota adalah penderitaan dan kehormatan bersama seluruh tubuh. Solidaritas dalam penderitaan tidak terlalu sulit untuk dilakukan. Kesatuan tubuh Kristus yang digambarkan begitu solid, ketika gigi kita yang berlubang terasa nyeri maka kepala kita juga ikut pusing dan, pada akhirnya, seluruh anggota tubuh terganggu aktivitasnya (ay. 26). Demikian pula kita secara umum tidak menghadapi kesulitan untuk berdukacita bersama orang lain yang menderita. Jika sebuah anggota tubuh terhina, seluruh tubuh akan merasa terhina.
Solidaritas dalam kehormatan jelas lebih sulit untuk dilakukan. Pujian untuk sebuah anggota bisa menimbulkan keirihatian bagi anggota yang lain. Dengan menyadari bahwa sebuah tubuh tidak mungkin dapat berfungsi tanpa keragaman dan ketergantungan antar satu bagian dengan bagian lain. Oleh sebab itu, dukunglah orang lain supaya keberhasilan orang itu menjadi keberhasilan kita juga.
“Milikilah solidaritas dalam sebuah komunitas, sehingga kita akan terus progress bukan regress”.
Posting Komentar untuk "Khotbah Kristen: Satu Tubuh di Dalam Kristus 1 Kor. 12:27"