Dosa-Dosa Pribadi Dalam Pandangan Kristen
Masalah dosa pribadi tampaknya juga merupakan salah satu pokok bahasan yang sangat penting apabila orang berfikir mengenai dosa. Tentu saja, orang berkata bahwa dosa itu nyata karena manusia berdosa. Tetapi, dosa juga merupakan suatu kenyataan karena kita mewarisi tabiat dosa dan dosa Adam dipertalikan kepada kita. Meskipun demikian, memang benar bahwa dosa-dosa kita secara pribadi menyadarkan kenyataan akan dosa.
Bukti Alkitabiah
Roma 3:9-18, Paulus menjelaskan soal penghukuman atas semua orang karena dosa-dosa yang mereka lakukan sendiri. Hukuman itu berlaku umum dan didasarkan atas perbuatan jahat, baik lewat perkataan maupun lewat perbuatan. Manusia sedang dalam keadaan rusak, menipu, tidak berbelas kasihan, menghina Tuhan, membunuh, suka berkelahi, dan tidak beriman.
Banyak bagian dalam Alkitab menunjukkan dosa-dosa khusus ini. Misalnya, berdusta seperti di dalam 1 Yoh. 1:6; pembedaan atau pemecahan dalam Yak. 2:4; keduniawian dalam 1 Kor. 3:1-4; dan daftar Dalam Gal. 5:5:19-21 yang meliputi penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, dan kepentingan diri sendiri.
Sifat Dosa Pribadi
1. Universalitas
Semua orang melakukan dosa secara pribadi, kecuali bayi. Yakobus menegaskan hal ini ketika ia mengatakan bahwa kita semua bersalah dalam banyak hal (Yak. 3:2). Sebelumnya Paulus juga menderetkan sejumlah dosa dalam Roma pasal 3, ketika ia mengatakan bahwa semua orang, baik orang Yahudi maupun non-Yahudi, berada di bawah kuasa dosa (ayat 9). Kemudian ia menegaskan kembali fakta itu dalam ayat 23 bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.
2. Tindakan Yang Jelas Jahat
Dosa-dosa pribadi tidak saja meliputi hal-hal yang kita perbuat secara terang-terangan, tetapi juga hal-hal yang kita pikirkan. Perbuatan tidak susila, kecemburuan, ketamakan, dan penyembahan berhala adalah contoh dosa-dosa yang terjadi di dalam pikiran kita (Mat. 5:27-28; 2 Kor. 10:5; Kol. 3:5-6). Selain tindakan di atas, kelalaian juga termasuk dalam dosa yang setara dengan dosa perbuatan.
3. Penggolongannya
Perjanjian Lama membedakan antara dosa-dosa kebodohan dengan dosa-dosa pemberontakan atau pembangkangan. Dosa-dosa pemberontakan atau pembangkangan, secara harafiah merupakan dosa tingkat tinggi, karena asal dosa itu adalah pemberontakan terhadap Allah dan perintah-Nya. Terhadap dosa semacam itu tidak ada korban penghapus dosa yang dapat diterima (Bil. 15:30-31). Dosa ini dapat dicontohkan oleh perbuatan seorang yang mengumpulkan atau mencari kayu pada hari Sabat. Perbuatan ini jelas merupakan pemberontakan terhadap perintah Allah. sebaliknya, ada korban penghapus dosa kebodohan (ketidaktahuan) yang dapat dipersembahkan, karena dosa ini terjadi sebagai akibat kelemahan dan ketidaktaatan kita secara tidak sengaja (Im. 4:2).
Perjanjian baru juga menyadari penggolongan dosa seperti yang pernah terdapat dalam Perjanjian Lama. Misalnya dalam Luk. 12:47-48 dikemukakan adanya tanggungan hukuman dosa yang lebih ringan atau lebih berat. Ada dosa yang tidak dapat diampuni (Mat. 12:31-32) dan dosa yang mendatangkan maut (1 Yoh. 5:16).
Gereja Roma Katolik membedaka antara dosa-dosa ringan yang dapat diampuni dengan dosa-dosa kekal yang membawa kepada kematian. Seseorang melakukan dosa ringan apabila ia melanggar hukum Allah mengenai suatu perkara yang kurang penting. Dosa yang demikian dapat diampuni dengan mudah, bahkan tanpa pengakuan. Hanya dengan sakramen penebusan dosa, maka dosa yang kekal itu dapat diampuni. Pengajaran ini kurang Alkitabiah.
Dengan pemahaman yang hampir sama, mereka yang percaya bahwa orang Kristen dapat kehilangan keselamatannya juga membedakan antara dosa-dosa yang tidak terlalu jahat dan yang biasa dilakukan orang namun tidak menyebabkan keselamtan hilang, dengan dosa-dosa yang sangat jahat yang menyebabkan hilangnya keselamatan. Dosa apa saja yang tergolong kepada setiap kategori ini biasanya ditetapkan secara subjektif sekali.
Penularan Dosa-Dosa Pribadi
Terus terang, dosa-dosa pribadi tidak ditularkan dari satu orang atau generasi kepada yang lainnya. Setiap orang melakukan dosanya sendiri. Memang, akibat dosa-dosa pribadi dapat juga menular dalam arti menimbulkan pengaruh bagi orang lain. Akan tetapi, setiap orang pasti menderita akibat dosanya sendiri.
Akibat Dosa-Dosa Pribadi
Salah satu akibat penting dari dosa pribadi yaitu hilangnya persekutuan yang harmonis. Orang yang tidak beriman tidak memiliki persekutuan dengan Allah karena dosa-dosanya; dan apabila orang percaya berdosa, ia kehilangan sukacita dalam persekutuannya dengan keluarga Allah. Ia tidak langsung terbuang dari keluarga Allah meskipun ia dapat kehilangan beberapa hak istimewanya. Bila ia mengakui dosa-dosanya dan diampuni, maka persekutuannya dipulihkan kembali.
Penawar Bagi Dosa-Dosa Pribadi
Penawar bagi dosa-dosa pribadi adalah pengampunan. Bagi orang yang tadinya belum percaya lalu menerima Kristus, pengampunan itu menutupi segala kesalahan dan dosanya (Ef. 1:7). Bagi orang percaya, pengampunan itu memulihkan sukacita persekutuan dalam keluarga Allah (1 Yoh. 1:9). Atau dengan kata lain, pengampunan secara juridis membawa orang yang sebelumnya tidak percaya itu ke dalam keluarga Allah, sedangkan pengampunan bagi orang percaya memulihkan hubungan yang terputus untuk sementara waktu di dalam keluarga Allah.
Posting Komentar untuk "Dosa-Dosa Pribadi Dalam Pandangan Kristen"