Khotbah Kristen: Mengapa Orang Percaya Harus Memuji TUHAN?
“Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! 2Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya! (Mzm. 117:1-2 ITB)
Pendahuluan
C. S Lewis berkata: “Tujuan utama manusia adalah untuk menikmati dan memuji Allah”. Dalam PL dan PB dua-duanya memerintahkan untuk orang percaya mempersempahakan korban pujian kepada Allah. Fakta ini menunjukkan bahwa korban pujian adalah suatu tanggung jawab, dan mengikat. Korban pujian berarti suatu bentuk ibadah kepada Allah. Dalam Perjanjian Lama bangsa Israel wajib memuji Tuhan, dan pujian yang sungguh-sungguh itu adalah korban. Lebih jelas lagi korban yang harus dibayar.
Pemazmur mengawali mazmurnya dengan kata Halal dan mengakhiri dengan kata Haleluya. Kedua kata ini adalah dari akar kata yang sama dan memiliki pengertian “Pujilah”. Kata ini merupakan kata perintah yang menjadi sebuah seruan untuk setiap suku dan bangsa memuji Tuhan. Kata Haleluya juga merupakan panggilan bagi semua orang untuk memuji Tuhan. Bukan hanya terlihat dari itu saja, kata “megahkanlah” yang diambil dari kata sabach yang memiliki pengertian ("bibirku akan memuji engkau") dalam konteks pemujaan terhadap kuasa, kemuliaan, dan kesucian Tuhan. Kata ini dalam sebagian besar kasus digunakan untuk memuji Tuhan atas tindakan dan perbuatannya yang hebat, salah satunya ada dalam Mazmur 117 ini.
Namun pujian hari-hari ini mulai diabaikan oleh orang Kristen. Dalam ibadah seringkali pujian hanya merupakan sebuah paksaan atau bahkan ajang untuk menjadi pusat perhatian, ajang untuk terkenal, ajang untuk mencari sensasi (foto sedang doa akhirnya muncul di media sosial, saking canggihnya ini teknologi, doapun atau pas pujianpun siaran langsung looo… yang lain sungguh-sungguh berdoa, sementara yang lain sibuk dengan fans dan nitijen di media sosial). Alkitab katakan: kalau doa masuk rumah, kunci kamar.. gak usah tunjuk-tunjukkin ni ax rohani, ni ax loo hidup dalam pujian penyembahan. Pusat korban pujian adalah Tuhan, bukan kita. Jangan sampai kebalik. Kristus adalah pusat penyembahan kita. Sebab segala sesuatu dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia, bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya. Pujian itu sebuah korban. Butuh bayar harga dan sepi penghargaan dari orang. Pujian itu bersifat tulus dan spontan.
Mengapa kita harus memuji Allah???
1. Karena Kasih-Nya (Maz. 117:2)
Kasih Allah kepada kita menjadi alasan kita memuji Dia. Pemazmur mengatakan: “Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau , dan engkau akan memuliakan Aku.” Jadi ketika Allah memanggil kita untuk memuji-Nya, sesungguhnya Ia sedang memanggil kita untuk menikmati kebaikan-Nya.
Kata “kasih” ini dalam bahasa Ibrani memakai kata ds,x, (khesed) atau kepatuhan atau loyalitas yang diulurkan kepada umat perjanjian-Nya, baik sebagai jemaah maupun perorangan. Kata ini memiliki pengertian kasih setia dari superior (Yahweh) kepada inferior (manusia), di mana sesungguhnya manusia tersebut tidak layak menerimannya. Kata ds,x, (khesed), apabila digunakan dalam hubungannya dengan Allah, menunjukkan anugerah-kebaikan hati tanpa mempedulikan jasa; apabila digunakan dalam hubungannya dengan manusia, maka ds,x, (khesed) berarti kesalehan atau kesetiaan.
Kata ds,x, (khesed) juga berarti kemurahan, dalam konteks perjanjian, dan berkembang ke arah “pertanggungjawaban bersama kaum keluarga, sahabat, tuan dan hamba, atau hubungan saling memiliki lainnya; solidaritas”. Arti kata tersebut sering kali menunjukkan loyalitas atau kesetiaan, suatu kesatuan teguh yang tak terpisahkan (Kel. 34:6 dan Yes. 55:3), sedang tentu saja kesetiaan dan kesabaran Allah kepada Israel juga menyatakan kemurahan-Nya (Rat. 3:22-23)
Inilah alasan untuk kita memuji-Nya. Apabila kita tidak memuji Dia, maka itu adalah dosa. Jika Allah memberi “kebaikan-Nya” kepada seseorang, baik pemeliharaan secara financial, kesehatan, maupun kerohanian, Ia tidak bermaksud bahwa semua kebaikan itu akan ditimbun oleh seseorang tanpa dibagikan kepada orang lain, atau tanpa pujian diungkapkan. Sebaliknya, pemberian Allah itu seharusnya menjadi sarana untuk memberkati umat-Nya, dan untuk mendidik umat-Nya tentang kebesaran dan kasih karunia Tuhan. Allah pemilik segalanya dan karena kasih dan kebaikan-Nya, maka kita wajib memuji Dia. Tetapi apabila kita tidak memuji Allah karena kebaikan-Nya berarti kita adalah seorang perampok, sebab kita tidak memberikan apa yang seharusnya kita berikan pada Tuhan.
Kasih dan kebaikan-Nya adalah alasan kita untuk memuji Dia. Dia menerima kita apa adanya (Rm. 15:7). Bahkan menjadi korban bagi kita. Darah-Nya tercurah di atas kalvari hanya untuk menebus kita manusia berdosa. Tidak ada kata lain, selain engkau memuji Tuhan Yesus.
2. Karena Kesetiaan-Nya (Maz. 117:2)
Alasan kita memuji Tuhan adalah karena kesetiaan-Nya atas janji-janji-Nya. Janji kesetiaan Tuhan inilah yang menjadi kekuatan seorang memuji Tuhan di masa sulit. Dalam bahasa Ibrani yang menggambarkan kesetiaan Allah kepada umat-Nya Israel yaitu kata tmeaee (emeth) yang bersinonim juga hn"Wma/ (emunah) dan sering juga diterjemahkan dengan “iman”. Kata hn"Wma/ (emunah) itu sangat erat hubungannya dengan dua pengertian, yaitu “perjanjian” dan “kesetiaan”. Artinya mungkin dapat dirangkum sebagai “kasih yang mantap teguh atas dasar perjanjian yang telah dibuat”. Pengertian ini digunakan untuk menggambarkan baik sikap Allah terhadap umat-Nya maupun sikap umat Allah terhadap Dia.
Dalam penyataan kasih-Nya Allah telah mengokohkan janji-Nya atas keturunan Abraham, Ishak dan Yakub. Allah berjanji bahwa: “Dari keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat”. Hal ini telah tergenapai di dalam Kristus Yesus. Keselamatan tidak hanya menjadi milik suku Israel saja, tetapi bagi semua suku di dunia. Adapun kesetiaan janji Allah terbukti, dan nenek moyang kita atau para pahlawan iman, menjadi saksi hidup, betapa Allah yang berjanji adalah setia. Dia tidak pernah sedikitpun mengingkari janji-Nya. Tidak memuji Allah, berarti menganggap bahwa Allah adalah pendusta.
Kesimpulan
Dua ayat tersebut berisi satu pujian lengkap. Ayat pertama, dengan bentuk paralelisme kaku, mengemukakan panggilan bagi semua orang untuk memuji Tuhan. Ayat kedua, dengan bentuk yang sama, melengkapi seruan tersebut dengan mengemukakan’ alasan-alasan mengapa perlu memuji Tuhan. Benar-benar bersifat universal, seruan itu mencakup semua bangsa dan suku bangsa. Konsep tentang Allah dipilih untuk disebut, karena itu semulia kasih-Nya dan kesetiaan-Nya.
Posting Komentar untuk "Khotbah Kristen: Mengapa Orang Percaya Harus Memuji TUHAN?"