Khotbah Kristen: 3 Prinsip Dasar Persekutuan Gereja Yang Benar (Kis. 2:42-47)
Kis. 2:42-47
Acts 2:42-47 42 Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. 43 Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. 44 Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, 45 dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. 46 Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, 47 sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
Hari Raya Pentakosta merupakan hari Besar bagi orang Yahudi. Ini adalah waktu ziarah bagi orang-orang Yahudi dari seluruh dunia. Hari raya ini jatuh pada hari 50 setelah Paskah (Paskah dalam Perjanjian Lama merayakan kasih Allah pada waktu melepaskan bangsa Israel dari Mesir, lih. Kel. 12:29-51). Itulah sebabnya disebut Pentakosta (Pentēkostē dalam bahasa Yunani berarti “kelimapuluh”). Hari raya Pentakosta merupakan satu dari tiga hari raya terpenting Israel (Ul. 16:16). Pada hari raya ini, orang-orang Israel memperingati kebaikan Tuhan dalam akhir masa panen dan juga mengucap syukur atas kesuburan lahan pertanian. Jadi ada banyak orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain datang ke Yerusalem untuk merayakan Pentakosta.
Perhatikan orang-orang Yahudi yang sudah menyebar ke belahan dunia itu datang semua untuk merayakan peristiwa Pentakosta. Tetapi dalam perayaan tersebut ada peristiwa yang begitu menggemparkan, sebab Roh Kudus datang dan memenuhi para murid-murid, sehingga murid-murid berbicara dalam berbagai bahasa. Adapun mereka berbicara dalam bahasa Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Pontus, Asia, Frigia, Pamfilia, Mesir, Libya di sekitar Kirene, dan ada pengunjung dari Roma. Semua pendatang begitu takjub, tetapi tidak sedikit dari mereka juga mencibir dan mengatakan bahwa mereka sedang mabuk Anggur Manis (Kis. 2:13). Petrus gagah berani memberitakan Injil dan tiga ribu orang bertobat, menyerahkan diri untuk percaya kepada Yesus dan dibaptis (Kis. 2:41). Dalam hitungan hari setelah itu, semakin banyak orang yang bertobat, setiap hari gereja melihat orang-orang bertambah. Namun yang perlu dipelajari dari kehidupan jemaat mula-mula adalah prinsip-prinsip dalam kehidupan persekutuan.
Apa prinsip-prinsip dari kehidupan persekutuan orang Kristen ?
1. Berbagi Kebenaran (Ay. 42-43; 46a)
42 Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. 43 Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Bnd. 46a Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah.
Prinsip yang sejati dari persekutuan yang benar adalah kehidupan yang sepenuhnya menghidupi kebenaran dan membagikan kebenaran. Kehidupan yang saling membagikan kebenaran ditandai dengan “ketekunan dalam pengajaran rasul-rasul…” (ay. 42). Jemaat yang telah ditebus terus menerus mengabdikan diri pada ajaran para rasul. Mereka terus menerus belajarm belajar dan belajar. Mereka memiliki rasa haus dan lapar akan kebenaran dan senantiasa duduk dibawah kaki para rasul untuk mendengarkan pengajaran para rasul. Hal ini menunjukkan bahwa dalam persekutuan yang sehat ada pengajaran yang digemari dan dibagikan ke semua orang percaya.
Kebenaran Allah juga diberitakan melalui “memecahkan roti” (ay. 42). Memecahkan roti ini merupakan sakramen perjamuan kudus, di mana perintah ini disampaikan oleh Yesus untuk dilakukan oleh para murid. Tugas ini bukanlah pilihan, karena Tuhan kita memerintahkannya kepada setiap orang percaya (bdk. 1 Kor 11:24-29). Dalam Perjamuan Kudus, semua orang percaya bertemu di tempat yang sama di kaki salib (Ef. 2:16; Kol. 1:20), karena semua adalah orang berdosa yang diselamatkan oleh kasih karunia Allah di dalam Kristus. Perjamuan Kudus mengakui karya ajaib Tuhan Yesus di kayu salib. Perjamuan Kudus menyerukan pemeriksaan diri dan pembersihan dosa, dengan demikian memurnikan gereja. Tidak ada hal yang lebih penting dari kehidupan manusia berdosa selain merenung untuk mengingat salib Kristus.
Kristus itu pusat pemberitaan kebenaran dalam persekutuan orang-orang percaya. Inilah yang disebut dengan pemberitaan Injil dalam persekutuan orang Kristen. Gereja harus berpusat pada pemeberitaan Injil. Sebab, tanpa Injil diberitakan, maka persekutuan tersebut tidak dapat secara efektif membawa orang-orang berdosa diselamatkan. Namun, ironisnya sebagian besar gereja dirancang untuk membuat orang nyaman, yakni dengan motivasi-motivasi yang hanya memodifikasi perilaku-perilaku luar, namun tidak bisa membaharui bagian inti dari kehidupan manusia, yakni hati. Hanya kebenaran Injil yang dapat mengubah dan mentransformasi hati manusia, sehingga manusia menghasilkan perilaku yang mulia. Selain itu, Doa yang menjadi nafas dari kehidupan dalam sebuah persekutuan Kristen. Setiap orang percaya harus terlibat dalam doa dan menghidupi kehidupan doa. Melalui doa kuasa mujizat Allah dinyatakan, sehingga hal ini meneguhkan pemberitaan kebenaran Injil kepada semua orang.
2. Berbagi Kasih (Ay. 44-45)
44 Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, 45 dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
Persekutuan yang dibangun semakin erat dan semakin kuat, jika di dalamnya terdapat kehidupan yang mengasihi. Ayat 44 menyatakan bahwa mereka tidak lagi berjalan sendiri-sendiri, melainkan menjadi satu dalam ikatan kasih Kristus, bahkan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama dan selalu ada di antara mereka yang menjual harta miliknya dan membagi-bagikan kepada semua orang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Ini menunjukkan bahwa persekutuan yang sehat adalah persekutuan yang di dalamnya terdapat dorongan dan teladan dalam berbuat kasih. Prinsip kebersamaan ada di dalam kehidupan persekutuan yang sehat. Hal ini juga menandakan bahwa mereka berdiri bukan sebagai pemilik, tetapi sebagai pelayan. Dan semua yang mereka miliki, setiap sumber daya, setiap kepemilikan adalah milik orang lain jika mereka membutuhkannya. Mereka menangguhkan hak kepemilikan mereka, dan segalanya menjadi tersedia bagi semua orang, apa pun yang perlu mereka lakukan; mungkin makanan, mungkin perumahan, dsb.
Mungkin kita berkata, “Apakah hal-hal di atas adalah kebutuhan rohani?” Ya, jika kita tidak makan dan tidak punya tempat tinggal, itu akan menjadi masalah rohani yang serius. Sebab kebutuhan jasmani yang tidak terpenuhi akan mengakibatkan sakit fisik dan rohani juga. Dari jemaat mula-mula kita belajar dengan berbagi kasih, di mulai dari memenuhi kebutuhan yang paling sederhana.
Di dalam ayat 45 dikatakan bahwa mereka bahkan menjual harta mereka. Mereka semua tidak menjualnya sekaligus. Bentuk kata kerja di sini menunjukkan bahwa ada proses evaluasi kebutuhan yang berkelanjutan. Artinya menjual dan membagikan ini dilihat dari kebutuhan dan situasi yang sedang dialami. Itulah hal-hal yang muncul dari persekutuan sejati. Ada kebersamaan, semua orang saling terlibat dalam kehidupan setiap orang, semua orang menangguhkan hak atas semua yang mereka miliki dan berkata, “Semuanya tersedia untuk siapa pun yang membutuhkannya, karena saya ingin memenuhi kebutuhan.” Mereka bukan penuntut, mereka adalah penerima yang berterima kasih. Mereka tidak menginginkan apa pun. Mereka sangat bersyukur atas apa yang Tuhan berikan kepada mereka, mereka hanya ingin memenuhi kebutuhan orang-orang yang mereka cintai, inilah kasih jenis baru yakni kasih yang rela berkorban.
3. Berbagi Kesaksian (Ay. 46b-47)
46b Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, 47 sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
Prinsip yang terakhir dari persekutuan adalah adanya kesaksian. Kesaksian ini terlihat jelas dari kehidupan jemaat mula-mula yang memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir. Artinya setiap anggota persekutuan memiliki relasi dan saling membagikan kisah hidup mereka bersama dengan Tuhan. Mereka membuka rumah mereka untuk tempat memberitakan Injil, menyembah Tuhan, dan berdoa. Mereka bersaksi tentang kehidupan yang diubahkan oleh Kristus.
Pemberitaan Injil yang diteguhkan melalui perbuatan iman merupakan kesaksian yang efektif untuk membawa setiap orang diselamatkan. Kehidupan yang benar dan kudus terus bermunculan dalam persekutuan yang benar. Frase “mereka disukai semua orang” menunjukkan bahwa kehidupan persekutuan tersebut menjadi dampak yang luar biasa bagi lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat. Inilah Gereja yang menjadi saksi Kristus, di mana perbuatannya selaras dengan imannya. Sehingga, Tuhan menambahkan orang yang diselamatkan dalam tiap harinya.
Posting Komentar untuk "Khotbah Kristen: 3 Prinsip Dasar Persekutuan Gereja Yang Benar (Kis. 2:42-47)"