Teologi Kitab Pentateukh - Kitab Musa
Sangatlah tidak mungkin untuk merangkumkan semua teologi pentateukh/kitab Musa di dalam bagian ini. Teologi Pentateukh adalah sebuah kekayaan yang tidak ternilai dan tidak terselami! Tetapi beberapa teologi penting tergambar dari hal-hal berikut ini:
1. Allah
a. Allah sebagai pencipta
Pentateukh menyajikan bahwa Allahlah satu-satunya pencipta. Hal ini sangat nyata di dalam pembukaan Pentateukh “pada mulanya Allah menciptakan…” (Kej. 1:1). Kata kerja “menciptakan” (Ibr. Bara’) terdapat lima kali dalam Kejadian 1, dan selalu dihubungkan dengan Allah sendiri.
b. Allah sebagai penebus
Nama Allah ini sangat berhubungan erat dengan karya Allah yang menebus umatNya dari perbudakan di Mesir. Kata “menebus” (Ibr. Ga’al) dijelaskan dengan lengkap dalam Imamat 25. Selanjutnya, gelar ini dikembangkan oleh Nabi Yesaya di dalam tulisannya (Yes. 41:14 dan 63:16).
c. Sifat-sifat khas Allah
- Dia adalah Pribadi yang kudus. Umat yang mau berhubungan dengan Dia haruslah kudus juga (Im. 19:2).
- Allah adalah sumber kasih. Dia penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih dan kesetiaanNya (Kel. 34:6).
- Allah adalah hakim yang adil yang akan menghakimi segenap bumi (Kej. 18:25).
d. Nama-nama Allah
i. Elohim
Merupakan suatu kata umum untuk Allah yang sepadan dengan bahasa Ugarit el atau kata bahasa Akadi ilu. Kata ibrani Elohim sebenarnya berbentuk jamak, tetapi secara terus menerus dipakai bersama-sama dengan sebuah kata kerja tungal. Para sarjana sudah menjelaskan bahwa ini adalah bentuk jamak yang menunjukkan keagungan atau rasa hormat.
ii. Yahweh
Adalah nama pribadi untuk Allah, yang pengertiannya dijelaskan secara lengkap kepada Musa, adalah “Yahweh” yang lebih dikenal dengan nama “Yehovah.” Nama ini dapat diartikan sebagai Allah yang mengikatkan diri kepada Israel dan menjadi Allahnya Israel. Ungkapan “Akulah Aku” dalam Keluaran 3:14 adalah sebuah kata yang ejaannya hampir seperti “YHWH.” Pada waktu Yesus menegaskan namanya itu “Akulah Aku” di dalam Yohanes 8:58, secara jelas Ia menghubungkan diri-Nya dengan Allah dari Perjanjian Lama dan karena Ia berkata demikian, hampir saja Ia dilempari batu sebab orang Israel menganggap Yesus sedang menghujat Allah. Nama Yahweh ini dianggap kudus oleh orang Israel sehingga mereka tidak akan berani menyebut nama ini dengan sembarangan. Oleh orang Yahudi, kata Yahweh sering diucapkan dengan Adonai.
iii. Adonai
Merupakan nama lain untuk Tuhan. Adonai mengandung makna pokok “Tuhan” atau “tuan.” Di Ulangan 10:17, Yahweh disebut sebagai “Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan.”
iv. El-Elyon
Nama ini adalah nama gabungan Elohim (yang kemudian disingkat dengan El) yang ditambahkan dengan kata sifat atau kata benda elyon yang berarti” tinggi atau mahatinggi.” Secara harafiah nama ini berarti “Allah yang maha tinggi” dimana terdapat empat kali di Kejadian 14:18-22 dan satu kali di Bilangan 24:16 dan Ulangan 32:8.
v. El-Saddai
Adalah suatu nama yang paling umum untuk Allah di dalam kitab Ayub. Hal ini dibuktikan dengan kemunculannya sebanyak 31 kali di dalam kitab ini. El-saddai juga merupakan kata gabungan Elohim yang kemudian digabungkan dengan kata sifat saddai yang dapat diartikan “paling berkuasa.” Secara literal arti nama ini adalah “Allah yang Mahakuasa.” Arti lain yang diberikan adalah “Allah gunung” (yang dalam bahasa Akad “sadu” diterjemahkan sebagai gunung). Kuasa dan kekuatan gunung-gunung yang sudah berabad-abad itu adalah milik Allah.
vi. El-Olam
Merupakan nama untuk Allah yang diterjemahkan sebagai “Allah yang kekal.” Kata ini pertama kali muncul di dalam Kejadian 21:33. Walaupun nama “Allah yang Kekal” ini sendiri tidak terdapat di tempat lain dalam Pentateukh, konsep kekekalan Allah muncul paling kurang dua kali lagi. Keluaran 15:18 menyatakan bahwa “Tuhan memerintah kekal selama-lamanya,” dan Ulangan 33:27 berisi baris yang indah “Allah yang abadi adalah tempat perlindunganmu, dan di bawahmu ada lengan-lengan yang kekal.”
vii. Pahad Yishaq (Yang disegani oleh Ishak)
Nama Allah ini muncul di Kejadian 31:42 yang mungkin sekali adalah satu nama Allah yang cocok dengan nama “Yang Mahakuat Pelindung Yakub.” Terjemahan yang lebih baik dapat dinyatakan sebagai “Oknum yang dikagumi Ishak” (Kej. 31:53).
viii. Abir Ya’aqob (Yang Mahakuat Pelindung Yakub)
Ditemukan di dalam Kejadian 49:24. Kata penting dalam frase ini adalah abir yang dapat diartikan sebagai “kuat” ataupun “sangat kuat” yang digunakan untuk menggambarkan para pejuang (Yer. 46:15), banteng (Mzm. 22:13) dan kuda (Hak. 5:22).
ix. Gunung Batu
Ulangan pasal 32 berisikan sebuah nyanyian yang dibacakan Musa di hadapan seluruh umat Israel. Dalam nyanyian ini, beberapa kali nama “Gunung Batu” digunakan untuk menyapa Allah. “Gunung Batu” mempunyai arti yang sama dengan “Benteng” dalam Yesata 17:10 karena Allah laksana seperti sebuah benteng yang kokoh dan kuat yang tidak dapat dimasuki oleh musuh. Gunung batu seperti ini merupakan suatu tempat perlindungan (Ul. 32:37; Mzm. 18:3), sebuah kubu tang kokoh yang tidak dapat ditembus oleh siapapun. Karena Allah adalah Gunung Batu Israel, pasukan-pasukan mereka tidak dapat dikalahkan kecuali Allah meninggalkan mereka (Ul. 32:30). Tidak ada Allah yang memiliki kuasa yang lebih besar dibandingkan dengan Gunung Batu Israel (Ul. 32:31).
i. Bapa
Hanya satu kali dalam Pentateukh nama “Bapa” dipergunakan untuk mengacu kepada Alalh (Ul. 32:6), namun inilah satu konsep yang penting. Allah adalah “Bapa Israel,” sebab Ia adalah pencipta mereka, Oknum yang menjadikan dan membentuk mereka. Allah adalah Bapa Israel karena Ia memilih bangsa yang satu itu untuk menjadi umat khusus kepunyaanNya. Peristiwa keluarnya Israel dari Mesir adalah salah satu pertunjukkan kasih Allah bagi mereka (Kel. 6:6-7). Selama tahun-tahun bangsa itu mengembara di padang gurun, Allah mendukung mereka, “seperti seorang mendukung anaknya” (Ul. 1:31).
2. Manusia
a. Diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
Karena manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, maka ia diberi wewenang atas seluruh ciptaan sebagai wakil Allah di bumi ini. manusia dijadikan berkuasa atas ikan-ikan, burung-burung, dan binatang-binatang (Kej. 1:26) dan diperintahkan untuk menaklukkan bumi ini (Kej. 1:28).
b. Kejatuhan.
Kejatuhan manusia di dalam dosa membuat gambar dirinya rusak dan menyebabkan penghukuman Allah kepada dosa itu (Kej. 3).
c. Kebobrokan moral manusia.
Lambat laun manusia semakin bobrok dengan adanya pemberontakan manusia (Kej. 6), keinginan mereka untuk menyamai Allah (Kej. 11), tingkah laku homoseksual kaum pria di Sodom (Kej. 18-19), Lot melakukan hubungan seks dengan anak-anak gadisnya sendiri (Kej. 19:32-38). Di Gunung Sinai, umat Israel menyembah anak lembu emas dan ini adalah upaya untuk menentang Allah (Kel. 32). Ketidakpercayaan Isreal menyebabkan mereka harus mengembara 40 tahun di padang gurun (Bil. 14:34). Israel akan meninggalkan Tuhan lalu akan banyak mengalami bencana dan kesulitab (Ul. 31:14-18).
3. Keselamatan
Pentateukh menjelaskan bagaimana pendamaian dapat dilakukan oleh darah kurban sembelihan supaya dosa dapat diampuni. Pentingnya iman juga mendapatkan perhatian yang penuh (Kej. 15:6).
4. Sang Mesias
Perhatian kepada Sang Mesias baik dalam bentuk nubuatan maupun tipologi begitu kaya di dalam Pentateukh. Proto-evangelium menubuatkan kepada kemenangan Kristus atas Iblis (Kej. 3:15). Kata “keturunan” atau “benih” mempunyai pengertian mesianis lebih lanjut di dalam kitab Kejadian yang menunjuk kepada Kristus sendiri. Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda juga membuktikan adanya nubuatan mesianis (Kej. 49:10). “tongkat kerajaan” juga merupakan istilah yang penting bagi Sang Mesias (Bil. 24:17).
5. Iman
Iman yang benar adalah iman yang seperti dimiliki oleh Abraham (Kej. 15:6). Iman juga sangat berhubungan erat dengan sikap takut akan Allah (Kel. 14:31). Kesederhanaan dan keefektifan iman digambarkan dalam peristiwa ular-ular berbisa di padang gurun. Barangsiapa yang memandang ular tembaga, ia tidak akan mati dari pagutan ular berbisa itu (Bil. 21:4-9). Sungguh suatu gambaran yang indah mengenai seorang yang memandang dengan iman kepada Juruselamat yang tergantung di kayu salib (Yoh. 3:14-15)
6. Pendamaian
Korban dan persembahan menjadi bagian yang penting untuk terjadinya sebuah pendamaian. Karena begitu pentingnya bagian ini, Allah mewahyukan kitab Imamat sebagai kitab yang secara khusus membahas mengenai korban dan persembahan. Ketika orang Israel membawa kurban kabaran dan kurban penghapus dosa kepada Yahweh, tidak secara otomatis memiliki jaminan keselamatan. Kurban itu harus disertai dengan pertobatan yang sungguh-sungguh untuk tidak mendekati dosa dan suatu komitmen kepada Allah israel.
7. Perjanjian
Dari sekian banyak perjanjian yang ada di Pentateukh, Perjanjian Abraham dan Perjanjian Sinai menjadi bagian yang paling penting dalam Pentateukh ini. beberapa perjanjian yang ada di Pentateukh adalah sebagai berikut: a) Perjanjian Nuh; b) Perjanjian Abraham; c) Perjanjian Sinai; d) Perjanjian yang diperbaharui oleh Allah dengan generasi baru Israel yang hendak memasuki Tanah Perjanjian.
Posting Komentar untuk "Teologi Kitab Pentateukh - Kitab Musa"