6 Kesalahan Dalam Memahami Kedewasaan Rohani Kristen
Topik mengenai pertumbuhan rohani akhi-akhir ini jarang kita mendengar. Banyak orang lebih tertarik dengan berbagai macam pengajaran yang menjanjikan kuasa, kekuatan spiritual dan kesuksesan, di mana hal-hal tersebut tidak menuntut adanya proses pertumbuhan menuju kedewasaan rohani. Orang Kristen teralihkan pengalaman spektakuler dan solusi-solusi instan bagi semua masalah rohani mereka. Pengalaman-pengalaman ini kebanyakan tidak berdaya guna untuk pertumbuhan rohani kita. Sebab Allah merancang agar kita mencapai kedewasaan melalui proses pertumbuhan yang berkesinambungan.
Pada saat gereja abai terhadap pertumbuhan rohani, buahnya justru sungguh pahit. Jutaan orang yang mengaku sebagai orang Kristen mengalami kemerosotan moral dan juga spiritual. Gereja-gereja dipenuhi oleh orang-orang yang tidak matang secara rohani, mudah diombang-ambingkan, rapuh, dan lemah. Kerohanian yang tidak bertumbuh kini telah menjadi hal yang biasa, bukan lagi masalah serius yang harus diselesaikan. Ribuan orang banyak mengalami stress, depresi yang mengakibatkan mereka kecanduan “terapi”. Mereka lebih suka mendengar nasihat dari orang lain, dari pada menjalani disiplin menjalani pemuridan dan proses dari Tuhan untuk bertumbuh dalam anugerah.
Degradasi moral dan spiritual ini merupakan ancaman yang sangat berbahaya bagi gereja. Ini menjadi tanda bahwa gereja tidak berada di jalan yang benar. Sesungguhnya pertumbuhan adalah tanda penting adanya kehidupan pertumbuhan baik secara jasmani maupun secara rohani. Jika tidak ada pertumbuhan, berarti tidak ada kehidupan. Apabila tidak pertumbuhan rohani maka patutlah dipertanyaakan apakah orang itu sudah mengalami kelahiran kembali/lahir baru.
Sudahkah saudara mengalami pertumbuhan rohani? Allah menghendkai setiap orang Kristen bertumbuh hingga mencapai kedewasaan rohani. Alkitab mengatakan: “Bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus” (2 Pet. 3:18). Ayat ini menunjukkan bahwa bertumbuh merupakan tanggung jawab dan sekaligus hak istimewa kita. Hari demi hari, waktu demi waktu, kita dapat bertumbuh secara rohani menuju pengenalan yang lebih utuh, intim, mendalam, dan nyata akan Allah dan Kristus. Tidak hanya sekedar mengenal firman-Nya, kita bahkan bisa mendekat kepada Allah yang telah berfirman dan mengenal Dia secara pribadi.
Kesalahan memahami tentang kedewasaan rohani akan mengakibatkan tidak ada pertumbuhan secara signifikan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai pertumbuhan rohani.
Pertumbuhan rohani sama sekali tidak berkaitan dengan posisi kita di dalam Kristus. Di dalam Anak-Nya, Allah sudah memandang kita sempurna. Kita telah menjadi penuh di dalam Dia (Kol. 2:10). Kita adalah ciptaan baru (2 Kor. 5:17). Secara posisi kita sudah sempurna di dalam Kristus, namun secara praktik terkadang kita masih gagal. Jadi pertumbuhan adalah proses di mana posisi kita yang sudah sempurna itu menjadi semakin selaras dengan keseharian kita. Antara status dan kelakuan kita semakin sama.
Pertumbuhan rohani sama sekali tidak mempengaruhi perkenanan Allah. Allah tidak akan bertambah mengasihi kita ketika kita semakin rohani. Dan mungkin kita pernah mengacam anak kita dengan perkataan: “Kalu kamu tidak mendaji anak yang baik, Tuhan tidak mungkin menyukaimu. Kasih Allah tidak bergantung pada perilaku kita. Bahkan Roma 5:6-10 mengatakan bahwa sewaktu kita masih “lemah”, “durhaka”, dan “seteru, Allah telah menyatakan kasih-Nya yang besar dengan mengutus Anak-Nya untuk mati bagi dosa-dosa kita. Allah tidak akan semakin mengasihi kita hanya karena kita bertumbuh secara rohani.
Pertumbuhhan rohani sama sekali tidak berhubungan dengan waktu. Kedewasaan rohani tidak diukur dengan kalender. Orang yang sudah lima puluh tahun menjadi orang Kristen bisa saja masih bayi rohani. Ada sebuah cerita seputar orang yang ditanya seputar Alkitab, dia adalah anak-anak SMP, SMA dan Mahasiswa. Hasil pertanyaan tersebut membuat kaget semua orang, karena mereka berkata bahwa Sodom dan Gomora adalah sepasang kekasih. Bahkan Injil itu ditulis oleh Matius, Markus, Luther dan Yohanes. Jangan kira kalau pengetahuan anak-anak ini memprihatinkan. Ada banyak orang yang sudah tua (kakek-kakek, nenek-nenek yang bahkan mungkin pengetahuannya jauh lebih parah.
Pertumbuhan rohani sama sekali tidak berkaitan dengan pengetahuan. Fakta, data, informasi, dan kecerdasan yang dimiliki seseorang tidak bisa disamakan dengan kedewasaan rohani. Seseorang mungkinn saja mendapat nilai sempurna dalam kuis Alkitab. Namun, jika pengetahuan itu tidak berdampak untuk mengubah seseorang serupa dengan Kristus, semuanya itu tidak ada artinya, tidak ada gunanya. Sesungguhnya, jika kebenaran tidak mengubahkan hidup dan perilaku seseorang, itu justru menjadi sangat berbahaya. Pengetahuan itu justru akan mengeraskan hati orang tersebut, bukan mendewasaakan.
Pertumbuhan rohani sama sekali tidak berhubungan dengan aktivitas. Sejumlah orang keliru beranggapan bahwa orang Kristen yang dewasa rohani adalah mereka yang paling sibuk. Akan tetapi, sibuk ini itu tidak berarti akan mendewasakan seseorang; tidak pula dapat dipandang sebagai tanda kedewasaan. Sebaliknya, aktivitas yang berlebihan justru bisa menghambat apa yang paling penting dalam kehidupan Kristiani. Injil Matius 7: 21-23 menggambarkan sekelompok orang yang berseru-seru memohon Kristus menerima mereka karena banyaknya perbuatan ajaib yang telah mereka lakukan. Namun Tuhan justru mengusir mereka. Kesibukan rohani tidak dapat membuat seseorang membuat seseorang meraih keselamatan atau kedewasaan rohani.
Pertumbuhan rohani sama sekali tidak berkaitan dengan kekayaan. Sebagian orang suka berkata, “Hei lihatlah betapa Tuhan memberkatiku. Saya memiliki uang banyak, rumah yang indah, mobil mewah, dan pekerjaan yang baik. semua ini adalah pemberian Tuhan karena saya memuliakan-Nya.” Jangan mudah percaya dengan perkataan-perkataan seperti ini. Memang ada kalanya Tuhan mengijinkan seseorang mengalami kemakmuran. Tetapi ini bukanlah tanda seseorang mengalami pertumbuhan rohani (Lihat 2 Kor. 12:7-10). Sebagian orang bahkan begitu bertekad mengejar kekayaan hingga melupakan segalanya. Itu bukanlah kedewasaan rohani, malah sebaliknya.
Ingat bahwa kedewasaan rohani adalah mengenai bagaimana menyelaraskan kelakuan hidup kita dengan posisi kita. Di dalam Kristus posisi kita adalah orang yang telah diselamatkan, mulia, berharga. Sebab Allah sudah membangkitkan kita dengan Dia dan menududukan kita bersama dengan Dia di tempat surgawi dalam Yesus Kristus” (Ef. 2:6). Ini adalah posisi yang paling mulia. Secara posisi, kita sudah diselamatkan (sempurna). Tetapi Allah menghendaki agar kesempurnaan tersebut terpancar, secara bertahap, melalui kehidupan kita. Itulah yang dimaksud dengan bertumbuh secara rohani.
Pertumbuhan rohani sangatlah penting
Kita bisa menyebutnya sebagai: 1) Mengejar kebenaran (1 Tim. 6:11); 2) Diubah (Rm. 12:2); 3) Menyempurnakan kekudusan (2 Kor. 7:1); 4) Terus maju kepada tujuan (Fil. 3:14); 5) Bertambah teguh di dalam iman (Kol. 2:7). Namun, tujuannya sama bagi setiap orang percaya, yaitu untuk: “…diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya (2 Kor. 3:18).”
Pertumbuhan rohani bukanlah sesuatu yang bersifat mistik, instan, psikologis. Kita dapat mengalami pertumbuhan rohanidengan memahami dan melakukan berbagai prinsip yang terkandung di dalam Firman Tuhan. Berkat-berkat-Nya yang tidak terbatas tersimpan di dalam peti harta karun ilahi, di mana hanya bisa kita buka melalui serangkaian kunci yang unik. Kunci-kunci inilah yang akan kita bahas dalam pendalaman Alkitan minggu-minggu depan. Bersiaplah menemukan kekayaan dan kelimpahan Allah di dalam Kristus Yesus. !
Posting Komentar untuk "6 Kesalahan Dalam Memahami Kedewasaan Rohani Kristen"