Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keluarga Kristen: Mencintai Hingga Terluka (Hos. 3:1)

Kemudian TUHAN berkata lagi kepadaku, “Gomer mempunyai banyak kekasih, tetapi tetaplah cintai dia. Lakukanlah itu karena itulah satu contoh kasih TUHAN terhadap Israel. Ia tetap mengasihi mereka, tetapi mereka tetap beribadat kepada dewa-dewa lain, dan mereka suka makan kue kismis.” (Hos. 3:1 VMD); Berfirmanlah TUHAN kepadaku: "Pergilah lagi, cintailah perempuan yang suka bersundal dan berzinah, seperti TUHAN juga mencintai orang Israel, sekalipun mereka berpaling kepada allah-allah lain dan menyukai kue kismis." (Hos. 3:1 ITB)

Pernikahan adalah lembaga yang pertama didirikan oleh Allah. Pernikahan adalah rancangan Allah yang sempurna, di mana pernikahan bertujuan untuk saling menguduskan bukan untuk memuaskan salah satu pasangan. Ketika seseorang memutuskan menikah hanya untuk mencari kepuasan seks. Saya yakin dan percaya pasti berujung pertengkaran , bahkan perceraian.

Amsal katakan: Ams 21:9  Lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah dari pada diam serumah dengan perempuan yang suka bertengkar. Ams 21:19  Lebih baik tinggal di padang gurun dari pada tinggal dengan perempuan yang suka bertengkar dan pemarah. Ams 25:24  Lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah dari pada diam serumah dengan perempuan yang suka bertengkar. Ams 27:15  Seorang isteri yang suka bertengkar serupa dengan tiris yang tidak henti-hentinya menitik pada waktu hujan.

Menikah bukan hubungan yang sebentar, tetapi seumur hidup. Kalau gak cocok bisa ditukar tambah, atau di lem biru, (lempar beli yang baru). Pernikahan adalah seumur hidup “dari bangun pagi, sampai kita tidur kembali wajah yang kita lihat, itu-itu muluk…”.  Sampai kita mati pun akan tetap bersama dengan pasangan kita. Karena itu, pasangan kita menentukan masa depan kita, di bumi akan seperti di sorga, manakala kita menikah dengan orang yang tepat, tetapi neraka bagi mereka yang menikah dengan orang yang salah.

Pernikahan menuntut komitmen yang radikal untuk mencintai pasangan kita sebagaimana adanya ia, seraya terus mengharapkan mereka bertumbuh dan mencapai apa yang sekarang belum mereka capai.  Setiap pernikahan dapat membuat suami dan istri saling mengasah menjadi lebih baik atau membuat keduanya justru menjadi lebih buruk. Tujuan utama menikah adalah kekudusan Allah. Menikah sesungguhnya menolong kita untuk mencintai Tuhan, melalui pernikahan kita dapat mencerminkan karakter Kristus dengan lebih baik. Menikah juga untuk bertumbuh dalam pelayanan, ketaatan, karakter, kerinduan, dan cinta kita kepada Tuhan. Menikah adalah untuk menyenangkan hati Tuhan. Apabila pasangan suami istri bertujuan untuk menyenangkan hati Tuhan, maka mereka tidak akan bercerai.

Pokok Pembahasan
Pernikahan menciptakan situasi di mana cinta mengalami ujian terberat. Sama halnya yang dialami oleh Hosea. Hosea mengalami luka yang begitu berat, di mana ia harus mencintai kembali istrinya yang bersundal secara aktif. Kata “cintailah” perempuan yang “suka” bersundal dan berzinah, seperti Tuhan juga “mencintai” orang Israel, sekalipun mereka berpaling kepada ilah-ilah lain dan “menyukai” kue kismis. Seperti pasal 2 diberitaan tentang cinta kasih Allah yang tersinggung dan yang menderita.

Gomer telah pergi dengan pria lain dalam hubungan berzinah secara aktif. Sekalipun dosa Gomer telah mencapai puncak kedurhakaan, Hosea datang bertujuan untuk menunjukkan cintanya dan dengan taat mengambil kembali sebagai istrinya. Kata “lagi” dalam perintah Allah itu berarti luka lama harus dibuka kembali, dan apa yang sudah terjadi mungkin akan terjadi lagi. Tuhan juga mengingatkan Hosea bahwa perzinahan itu masih berlangsung: dan itu bukanlah penyelewengan yang berdiri sendiri, tetapi pengkhianatan yang menanmbahkan nista pada luka.

Apabila dilihat dari kisah Hosea dan Gomer, memang pernikahan mereka berakhir dengan suatu kegagalan. Tentang istrinya dikatakan: “yang suka bersundal dan berzinah”, yang memiliki arti secara literal “yang dicintai oleh orang lain dan yang bersundal”, diambil dari frase אֲהֻ֥בַת רֵ֖עַ וּמְנָאָ֑פֶת  (´áhùºbat rëª` ûmünä´äºpet). Terjemahan harafiah tersebut terdapat juga di pasal 2, di mana sikap sang istri cukup jelas, yakni berzinah, ketidaksetiaan, pelarian. Karena itu kasih yang dituntut dari Hosea adalah kasih yang gagah berani, kasih yang kekal dan memang itulah intinya, karena kasihnya itu adalah miniature kasih Allah.

Inilah yang disebut kasih Agape, yaitu mencintai hingga terluka. Walaupun sakit tetapi tetap mengasihi. Cintai itu bukan sekedar perasaan, tetapi sebuah keputusan atau tindakan (kata kerja). 
Sebelum kita terluka oleh karena pasangan kita, kita belum mengerti apa itu cinta yang sesungguhnya.
Kesimpulan
Pernikahan melatih penyangkalan diri secara terus-menerus… dari proses yang pahitnya melebihi daun  sambiroto, namun melalui hal ini kita bisa menghasilkan madu kekudusan hidup yang manis. Oleh sebab itu, milikilah tujuan menikah yaitu kekudusan Allah. Maka berkat-berkat Tuhan akan dicurahkan bagi keluarga yang akan dibangun. Tuhan akan memberikan keturunan yang takut akan Tuhan, dan pemeliharaan Tuhan pasti sempurna dalam keluarga kita semua.

 

Posting Komentar untuk "Keluarga Kristen: Mencintai Hingga Terluka (Hos. 3:1)"