Renungan Kristen: Kehidupan Adalah Sebuah Ujian (1 Kor. 10:13)
Apabila kita memandang kehidupan ini, tentu masing-masing dari kita memiliki perspektif yang berbeda-beda, baik dalam menyikapi hidup maupun dalam menjalani hidup. Cara pandang kita dalam menyikapi hidup ini, akan mempengaruhi tindakan-tindakan kita. Setiap keputusan yang kita ambil sangat dipengaruhi dari filosofi hidup kita.
Ada yang menganggap hidup ini seperti roda yang berputar, kadang ada di bawah, kadang pula ada di atas, tidak menentulah. Cara pandang seperti ini akan sangat mempengaruhi kehidupan kita, sehingga pada saat kita berkekurangan kita menganggap bahwa saat ini kita sedang berada di bawah. Pada saat kita memiliki harta melimpah, sukses dalam segala bidang, kita menganggap kita sedang berada di atas. Cara pandang seperti ini terkadang membuat kita kurang memiliki jiwa petarung, kita mudah menyerah dengan keadaan dan cenderung menyalahkan takdir. Sedikit-sedikit kita berkata: “ahhh.. memang takdirku seperti ini…”.
Di sisi lain, ada banyak orang yang memiliki cara pandang bahwa hidup ini adalah sebuah medan pertempuran (kompetisi), sehingga orang tersebut selalu berusaha untuk menjadi seorang pemenang. Orang-orang seperti ini adalah seorang yang memiliki keinginan “..aku harus menang”, jangan sampai ada orang yang jauh lebih baik dari pada aku..”, pokoknya aku harus yang paling baik..”. Jeleknya orang seperti ini adalah orang yang suka nyinyir lihat orang lain lebih sukses daripada dirinya. Intinya orang seperti ini tidak mau kalah pamor, gengsinya selangit…”. Apabila kita memandang bahwa hidup ini adalah pesta, maka kita akan menganggap bahwa hidup ini hanyalah untuk bersenang-senang.
ITB 1 Corinthians 10:13 Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
Dalam teks ini Paulus memberikan pelajaran yang bermakna bagi jemaat Korintus yang masih seperti anak kecil. Jemaat di Korintus adalah jemaat yang kacau, di mana di dalam lingkungan gereja sendiri, masih ada yang iri hati, masih ada yang membeda-bedakan, masih suka gengs-gengs-an. Mereka berkumpul beribadah, namun tidak memiliki kasih. Mereka beribadah, tetapi percabulan masih tetap berjalan, bahkan bapak memperkosa anak, dan pelacuran merasuk dalam kehidupan jemaat ini.
Paulus dalam hal ini hendak memperingatkan jemaat Korintus bahwa setiap peristiwa dalam hidup kita adalah sebuah ujian. Melalui peristiwa-peristiwa bangsa Israel di masa lalu, Paulus memperingatkan jemaat Tuhan, di mana waktu itu Israel telah banyak mengalami kegagalan demi kegagalan dalam menghadapi ujian yang diberikan Tuhan.
Pertama, Israel menginginkan hal-hal yang jahat (bnd. Bil 11:4), lebih memilih makanan dari dunia, Mesir, ketimbang makanan dari Tuhan, manna (1 Kor. 10:6). Alkitab mengatakan: “Orang-orang bajingan yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus; dan orang Israelpun menangislah pula serta berkata: "Siapakah yang akan memberi kita makan daging?”. Israel ingin kembali kepada masa lalunya, dan menolak masa depan yang Allah sediakan bagi mereka. Ada ujian untuk menggenapi rencana Tuhan dalam hidup ini, namun seringkali ada satu titik, di mana kita sulit melupakan masa lalu kita. Kita masih menginginkan untuk hidup di masa lalu kita, ketimbang masa depan yang Tuhan sudah sediakan. Kita susah move on atau hati kita tidak mau berpindah dari dosa kepada kemuliaan yang dijanjikan Allah.
Kedua, Israel jatuh dalam penyembahan berhala (1 Kor. 10:7 bnd. Kel. 32:6). Menurut saya kegagalan ini sangat lucu, kerena pada saat mereka jatuh dalam penyembahan berhala, mereka sesungguhnya telah melihat tanda-tanda ajaib yang dilakukan Allah kepada bangsa Mesir. Israel telah melihat mujizat atau tulah yang dijatuhkan atas seluruh Mesir (kecuali daerah Israel yaitu Gosyen). Di saat mereka terhimpit oleh pasukan Firaun dan Laut Teberau, Allah membuat mujizat dengan membelah laut tersebut, sehingga Israel berjalan di tanah yang kering untuk melewati laut tersebut. Israel juga melihat dan merasakan sendiri, bagaimana Allah membuat mujizat di Mara dengan mengubah air yang pahit menjadi manis. Tidak berhenti begitu saja, Allah menurunkan Manna dari sorga menjadi makanan orang Israel. Bahkan Allah telah menampakkan diri-Nya kepada bangsa Israel dalam nyala api, di mana asapnya membubung seperti asap dari dapur (Kel. 19:18). Seluruh bangsa itu gemetar dan Allah memberikan 10 Hukum kepada bangsa Israel. Namun, segala mujizat dan pertemuannya dengan Allah tidak cukup membuat mereka bergantung sepenuhnya kepada Allah, tetapi malah membuat patung lembu emas untuk dijadikan sesembahan mereka. Alasan mereka membuat patung lembu emas, kerena tidak sabar menunggu Musa yang sedang bertemu dengan TUHAN di gunung sinai.
Ketiga, percabulan, menunjuk kepada peristiwa yang melibatkan Israel dengan para perempuan Moab (bnd. Bil 25:1-9). Israel jatuh dalam perzinahan dan percabulan dengan perempuan Moab. Percabulan adalah bagian atau akibat yang wajar dari penyembahan berhala (bnd. Mzm 115:8). Israel jatuh dalam percabulan sekaligus penyembahan Baal Peor. Paulus mengatakan bahwa 23.000 dalam satu hari tewas, sedangkan angka yang dikemukakan Musa adalah 24.000 termasuk orang-orang yang mati kemudian akibat dampak-dampaknya. (1 Kor. 10:8 bnd. Bil. 25:1-18).
Keempat, mencobai Tuhan (bnd. Bil 21:4-9; Mzm 78:19), mereka menantang Allah untuk melaksanakan apa yang dikatakan-Nya, akibatnya Allah memrintahkan ular tedung untuk memanggutnya (1 Kor. 10:9). Seorang yang berani melawan Allah adalah seorang pemberontah dan sombong, angkuh dan tidak tahu bersyukur. Posisi mereka memang pada waktu itu sedang capek dalam perjalanan. Mereka yang harusnya melintasi Edom, tetapi Edom tidak mengijinkan Israel melewati daerah mereka, sehingga Israel harus berputar arah. Lagi pula Israel juga mengalami kelelahan setelah berperang melawan Raja negeri Arad. Capek dan tidak sampai tujuan, marah dan akhirnya melawan Tuhan. Terkadang ketika kita letih menjalani hidup ini, banyak dari kita menyalahkan Tuhan dan cenderung kecewa dengan Tuhan.
Kelima, Bersungut-sungut (bnd. Bil 16:41-50). dan ini mungkin adalah sindiran halus dari Paulus kepada sikap jemaat Korintus terhadap para pemimpin rohani mereka di dalam masalah makanan yang dipersembahkan kepada berhala (1 Kor. 10:10). Perlu diperhatikan bahwa sungut-sungut inilah yang menjadi penyebab dari kegagalan Israel dalam menghadapi ujian dan pencobaan yang ada, karena sungut-sungut, mereka lebih ingin makanan mesir daripada manna dari Tuhan, kerena bersungut-sungut mereka memerintahkan Harun membuat patung lembu emas, karena bersungut-sungut mereka melakukan percabulan, karena bersungut-sungut mereka mencobai Tuhan.
Kelima dosa di atas adalah peringatan bagi kita semua dalam menghadapi ujian dan pencobaan. Apabila kita cermati baik-baik bahwa ujian dan pencobaan yang kita hadapi saat ini tidak jauh-jauh dari kelima topik yang kita bahas. Oleh sebab itu, karakter kita akan berkembang dan terlihat melalui ujian, dan seluruh kehidupan adalah ujian. Perhatikan baik-baik “Kita akan selalu diuji”. Tuhan akan terus-menerus mengamati respon kita terhadap perlakuan kita kepada orang lain, terhadap masalah yang ada, terhadap konflik, sakit, penyakit, kekecewaan dan bahkan keadaan situasi saat ini (covid-19). Bahkan Tuhan melihat hal-hal sederhana yang kita lakukan setiap harinya, ketika kita memungut sampa, atau ketika kita bersikap sopan dengan orang lain.
Tuhan akan menguji kita melalui janji yang tertunda, masalah yang mustahil diselesaikan, doa yang tak kunjung dijawab, nyinyiran orang lain ke kita, bahkan tragedy yang tidak masuk akal. Tuhan melihat respon kita, ketika kita merasa bahwa kita sedang jauh dari Tuhan. Kadang Tuhan membiarkan kita sendirian, kita merasa seolah-olah Tuhan jauh dari kita. Dalam hal inipun Tuhan sedang menguji karakter kita, untuk menyingkapkan kelemahan kita, dan mempersiapkan diri kita menjadi pribadi yang Tangguh dan bertanggung jawab.
Pada saat kita mengerti bahwa hidup ini adalah ujian, maka kita akan menyadari bahwa tidak ada yang tidak penting dalam kehidupan ini. Kejadian atau peristiwa-peristiwa kecil yang kita alami akan sangat berarti untuk mengembangkan karakter kita. Setiap hari, setiap detik dan waktu adalah suatu momentum atau kesempatan untuk memperdalam karakter kita, menunjukkan kasih kita kepada Tuhan dan sesame, dan ketergantungan kita kepada Tuhan.
Kabar baiknya adalah bahwa Tuhan menghendaki kita menang atau lulus dalam menghadapi ujian dan pencobaan. “Setiap pencobaan yang kalian masing-masing hadapi hanyalah pencobaan yang biasa dialami manusia. Allah setia kepada kita, jadi Dia tidak akan membiarkan kamu dicobai melebihi kemampuanmu. Dan pada saat kamu dicobai, Dia akan memberikan jalan keluar kepadamu, sehingga kamu bisa bertahan.” (1 Kor. 10:13TSI).
Perhatikan dengan baik bahwa setiap keberhasilan kita dalam menghadapi ujian, diperhitungkan oleh Tuhan. Tuhan memberikan upah dalam kekekalan. Yakobus berkata: “Berbahagialah orang yang tidak berbuat salah pada saat ia menghadapi cobaan, karena sebagai hadiahnya ia akan memperoleh mahkota kehidupan yang telah dijanjikan Allah kepada mereka yang mengasihi Dia.” (Yak. 1:12TSI).
☺☺☺Amen
BalasHapus