Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Khotbah Kristen: Tenang di Tengah Badai (Matius 14:22-33)

Dalam buku yang berjudul The Denial of Death (Penyangkalan Terhadap Kematian), penulis dan ahli antropologi, Ernest Becker berpendapat bahwa semua kekhawatiran dan ketakutan kita berakar dalam ketakutan kita akan kematian. Walaupun Becker bukan pengikut Kristus, studi ilmiahnya dapat menjadi catatan tambahan bagi kita, di mana ia berkata bahwa natur kita dipengaruhi oleh ketakutan akan kematian sepanjang hidup.

Pada saat seseorang merasa dihantui atau dikejar-kejar oleh kematian, kebanyakan orang cenderung cemas, gelisah dan tidak bisa tenang dalam hidupnya. Apalagi melihat keadaan dunia ini semakin hari semakin berbahaya: adanya ancaman teroris yang mengerikan, tingkat kejahatan yang menakutkan, bencana alam yang semakin meningkat, krisis energi yang semakin nyata, pandemic covid-19 yang sudah merenggut nyawa jutaan orang di dunia. Keadaan seperti ini membuat kita sulit merasakan ketenangan, sebab ancaman kematian telah ada di depan mata.

Namun hari ini kita akan kembali belajar dari kebenaran Firman Tuhan tentang “Tenang di tengah Badai”. Matius 14:22-33 berkata:

22Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang.23 Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ.24 Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal.25 Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air.26 Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: "Itu hantu!", lalu berteriak-teriak karena takut. 27 Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" 28 Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." 29 Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus.30 Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!" 31 Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" 32 Lalu mereka naik ke perahu dan anginpun redalah. 33 Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak Allah." (Matt. 14:22-33)

Pembahasan

Mengapa seseorang tidak mampu tenang di tengah badai?

1.      Besarnya Rasa Takut (ay. 25-27)

Setelah Yesus mengadakan banyak mujizat, orang sakit disembuhkan dan Yesus memberi makan lima ribu orang, Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk naik ke perahu dan mendahuli-Nya ke seberang. Murid-murid telah berada beberapa mil jauhnya dari pantai dan kapal mereka telah diombang-ambingkan oleh gelombang karena angin sakal. Gelombang yang begitu hebat sangat membuat murid-murid-Nya sangat ketakutan.

Ada pendapat bahwa orang Israel menganggap laut/danau sebagai teritorial kuasa jahat. Maka diombang-ambingkan badai ketika berada di danau saat malam gelap merupakan hal yang mengerikan. Murid-murid beranggapan bahwa mereka sedang berhadapan dengan si jahat.

Murid-murid amat sangat ketakutan, bahkan berteriak-teriak ketika mereka melihat sesosok tubuh berjalan di atas air mendatangi mereka pada jam tiga malam. Bayangkan air sedang bergejolak, tetapi ada orang yang berjalan dengan tenang di atasnya. Siapa yang tak akan takut? Tak heran bila para murid mengira sosok itu adalah hantu. Mereka tak mengira bahwa Yesus yang adalah Guru mereka, yang telah melakukan mukjizat penyembuhan dan memberi makan ribuan orang, ternyata bisa juga menunjukkan mukjizat berjalan di atas air yang dilanda badai. Maka begitu Yesus memberitahu siapa Dia: “Tenanglah Aku ini, jangan takut!”, perkataan Yesus seketika membuat para murid menjadi tenang (Mat. 14:27).

Hal ini menunjukkan bahwa pada saat pikiran murid-murid diisi dengan cerita dongeng dan hal-hal yang tidak baik, justru hal ini memicu murid-murid untuk takut. Ketakutan ini membuat murid-murid tidak bisa berfikir jernih di tengah persoalan yang dihadapi. Ketakutan yang menguasai pikiran mereka, membuat mereka sulit membedakan kebenaran dan keburukan. Pada hal mereka sebelumnya telah mengalami peristiwa yang sama, di mana Yesus meredakan angin taufan (bnd. Mat. 8:23-27), tetapi karena pikiran yang  sudah dikuasai ketakutan membuat mereka tidak dapat tenang. Mereka takut apabila gelombang yang dikarenakan angin sakal merenggut nyawa mereka.

Kadang pikiran kita juga diisi oleh ketakutan, curiga, gelisah (paranoid), amarah, sehingga ketika masalah datang kita tidak bisa berfikir dengan jernih. Karena pikiran kita tidak diisi oleh kebenaran Firman, sehingga ketika masalah datang kita salah mengambil keputusan. Pikiran kita memiliki peran penting dalam kehidupan kita. Apabila kita mengisi pikiran kita dengan keburukan, saya dapat pastikan rasa takut, gelisah, panik, amarah akan menguasai kehidupan saudara, sehingga bukan menyelesaikan masalah tetapi memperkeruh masalah. Tetapi ketika Yesus datang kepadamu, engkau akan mengalami ketenangan, sekalipun badai atau masalah itu masih engkau alami. Kehadiran Yesus yang membawa ketenangan akan membuat saudara mampu menghadapi masalah dengan bijaksana. Oleh sebab itu, ijinkan Yesus datang menghampirimu untuk memberikan ketenangan dalam hidupmu.

“Yang dibutuhkan seseorang ketika menghadapi badai hidup adalah ketenangan”

2.      Kecilnya Iman (ay. 28-31)

Pada saat gelombang yang dikarenakan angin sakal terus bergejolak, Petrus merespons dengan berkata: “Tuhan apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” (Mat. 14:28). Yesus pun berkata: “Datanglah!”. Yesus membiarkan Petrus berjalan di atas air. Namun di tengah langkahnya menghampiri Yesus, ia mulai tenggelam, karena fokus Petrus bergeser dari melihat kepada Yesus menjadi melihat kepada gelombang ganas yang ada di sekelilingnya. Syukur, di saat rasa takut mulai menguasai dirinya, ia berseru pada Sang Guru (Mat. 14:30) sehingga segera ditolong Yesus. Yesus pun berkata kepada Petrus: “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?”

Perkataan Yesus ini menunjukkan bahwa Petrus saat itu mengalami kebimbangan. Petrus juga mengalami gagal focus, dikarenakan gelombang besar yang ada di depannya, belakangnya, dan juga samping kanan-kirinya. Kebimbangan dan gagal focus akahirnya mengakibatkan gelisah dan takut. Sesungguhnya, kebimbangan dan hilangnya focus Petrus pada Yesus, diakibatkan karena Petrus memiliki iman yang kecil (kurangnya iman).

Kadang kita seperti Petrus, ketika gelombang persoalan menerpa hidup kita, justru kita tidak memandang Yesus dan mempercayai Dia. Kita meragukan kuasa Tuhan dan jatuh dalam kebimbangan, sehingga kita tenggelam di dalam masalah kita.

Di sini kita belajar arti kata iman. Iman berarti percaya dan memercayakan diri pada Tuhan Yesus. Petrus memang sudah percaya, tetapi dalam peristiwa ini, ia belajar memercayakan diri hanya kepada Yesus. Iman di sini memiliki pengertian trust, atau iman yang terus menerus bersandar kepada Tuhan. Pentingnya iman yang bertahan atau iman yang terus menerus percaya akan memampukan kita tetap tenang di masa sukar.

Goncangan dan gelombang kehidupan adalah latihan iman. Oleh sebab itu, arahkanlah focus saudara hanya pada Yesus. Jangan sekali-kali membiarkan diri dibelokkan perhatian kepada situasi dunia. Percayalah sepenuhnya hanya pada Yesus dan janganlah ada kebimbangan sedikitpun tentang Yesus. Sebab tak satu kejadian pun dalam hidup kita luput dari perhatian dan kasih-Nya. Iman seperti inilah yang membuat kita tenang di tengah badai. Seorang yang tidak memiliki iman akan goyah, jatuh dan tenggelam. Tetapi kalaupun sesaat kita goyah karena dunia ini, cepat-cepat berseru kepada Yesus agar Dia segera menolong.

Kesimpulan

Mengapa seseorang tidak mampu tenang di tengah badai? Karena besarnya rasa takut dan kecilnya iman. Oleh sebab itu sekalipun badai kehidupan belum berhenti, tetapi pada saat kita terus-menerus mempercayakan hidup kita kepada Sang Pemilik hidup kita yaitu Yesus, kita akan tetap tenang di tengah badai hidup. Ingat Tuhan mau karaktermu yang berubah, bukan keadaanmu yang berubah. Sebab Yesus lebih tertarik mengubah karakter kita, dibandingkan keadaan kita.

Posting Komentar untuk "Khotbah Kristen: Tenang di Tengah Badai (Matius 14:22-33)"