Khotbah Kristen: Tenang di Tengah Badai (Matius 14:22-33)
Pada saat seseorang merasa dihantui atau dikejar-kejar
oleh kematian, kebanyakan orang cenderung cemas, gelisah dan tidak bisa tenang
dalam hidupnya. Apalagi melihat keadaan dunia ini semakin hari semakin berbahaya:
adanya ancaman teroris yang mengerikan, tingkat kejahatan yang menakutkan,
bencana alam yang semakin meningkat, krisis energi yang semakin nyata, pandemic
covid-19 yang sudah merenggut nyawa jutaan orang di dunia. Keadaan seperti ini
membuat kita sulit merasakan ketenangan, sebab ancaman kematian telah ada di
depan mata.
Namun hari ini kita akan kembali belajar dari
kebenaran Firman Tuhan tentang “Tenang di tengah Badai”. Matius 14:22-33
berkata:
22Sesudah
itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan
mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang.23
Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk
berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ.24
Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan
diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal.25 Kira-kira jam
tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air.26
Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan
berseru: "Itu hantu!", lalu berteriak-teriak karena takut. 27
Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan
takut!" 28 Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan,
apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." 29
Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan
di atas air mendapatkan Yesus.30 Tetapi ketika dirasanya tiupan
angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah
aku!" 31 Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan
berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" 32
Lalu mereka naik ke perahu dan anginpun redalah. 33 Dan orang-orang
yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak
Allah." (Matt. 14:22-33)
Pembahasan
Mengapa seseorang tidak mampu tenang di
tengah badai?
1. Besarnya
Rasa Takut (ay. 25-27)
Setelah Yesus mengadakan banyak mujizat, orang sakit
disembuhkan dan Yesus memberi makan lima ribu orang, Yesus memerintahkan
murid-murid-Nya untuk naik ke perahu dan mendahuli-Nya ke seberang. Murid-murid
telah berada beberapa mil jauhnya dari pantai dan kapal mereka telah
diombang-ambingkan oleh gelombang karena angin sakal. Gelombang yang begitu
hebat sangat membuat murid-murid-Nya sangat ketakutan.
Ada pendapat bahwa orang Israel menganggap laut/danau
sebagai teritorial kuasa jahat. Maka diombang-ambingkan badai ketika berada di
danau saat malam gelap merupakan hal yang mengerikan. Murid-murid beranggapan
bahwa mereka sedang berhadapan dengan si jahat.
Murid-murid amat sangat ketakutan, bahkan berteriak-teriak
ketika mereka melihat sesosok tubuh berjalan di atas air mendatangi mereka pada
jam tiga malam. Bayangkan air sedang bergejolak, tetapi ada orang yang berjalan
dengan tenang di atasnya. Siapa yang tak akan takut? Tak heran bila para murid
mengira sosok itu adalah hantu. Mereka tak mengira bahwa Yesus yang adalah Guru
mereka, yang telah melakukan mukjizat penyembuhan dan memberi makan ribuan
orang, ternyata bisa juga menunjukkan mukjizat berjalan di atas air yang
dilanda badai. Maka begitu Yesus memberitahu siapa Dia: “Tenanglah Aku ini,
jangan takut!”, perkataan Yesus seketika membuat para murid menjadi tenang (Mat.
14:27).
Hal ini menunjukkan bahwa pada saat pikiran
murid-murid diisi dengan cerita dongeng dan hal-hal yang tidak baik, justru hal
ini memicu murid-murid untuk takut. Ketakutan ini membuat murid-murid tidak
bisa berfikir jernih di tengah persoalan yang dihadapi. Ketakutan yang menguasai
pikiran mereka, membuat mereka sulit membedakan kebenaran dan keburukan. Pada hal
mereka sebelumnya telah mengalami peristiwa yang sama, di mana Yesus meredakan
angin taufan (bnd. Mat. 8:23-27), tetapi karena pikiran yang sudah dikuasai ketakutan membuat mereka tidak
dapat tenang. Mereka takut apabila gelombang yang dikarenakan angin sakal
merenggut nyawa mereka.
Kadang pikiran kita juga diisi oleh ketakutan, curiga,
gelisah (paranoid), amarah, sehingga ketika masalah datang kita tidak bisa
berfikir dengan jernih. Karena pikiran kita tidak diisi oleh kebenaran Firman,
sehingga ketika masalah datang kita salah mengambil keputusan. Pikiran kita memiliki
peran penting dalam kehidupan kita. Apabila kita mengisi pikiran kita dengan
keburukan, saya dapat pastikan rasa takut, gelisah, panik, amarah akan menguasai
kehidupan saudara, sehingga bukan menyelesaikan masalah tetapi memperkeruh
masalah. Tetapi ketika Yesus datang kepadamu, engkau akan mengalami ketenangan,
sekalipun badai atau masalah itu masih engkau alami. Kehadiran Yesus yang
membawa ketenangan akan membuat saudara mampu menghadapi masalah dengan
bijaksana. Oleh sebab itu, ijinkan Yesus datang menghampirimu untuk memberikan ketenangan
dalam hidupmu.
“Yang dibutuhkan seseorang ketika
menghadapi badai hidup adalah ketenangan”
2. Kecilnya
Iman (ay. 28-31)
Pada saat gelombang yang dikarenakan angin sakal terus
bergejolak, Petrus merespons dengan berkata: “Tuhan apabila Engkau itu,
suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” (Mat. 14:28). Yesus pun
berkata: “Datanglah!”. Yesus membiarkan Petrus berjalan di atas air. Namun di
tengah langkahnya menghampiri Yesus, ia mulai tenggelam, karena fokus Petrus
bergeser dari melihat kepada Yesus menjadi melihat kepada gelombang ganas yang
ada di sekelilingnya. Syukur, di saat rasa takut mulai menguasai dirinya, ia
berseru pada Sang Guru (Mat. 14:30) sehingga segera ditolong Yesus. Yesus pun
berkata kepada Petrus: “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?”
Perkataan Yesus ini menunjukkan bahwa Petrus saat itu
mengalami kebimbangan. Petrus juga mengalami gagal focus, dikarenakan gelombang
besar yang ada di depannya, belakangnya, dan juga samping kanan-kirinya. Kebimbangan
dan gagal focus akahirnya mengakibatkan gelisah dan takut. Sesungguhnya, kebimbangan
dan hilangnya focus Petrus pada Yesus, diakibatkan karena Petrus memiliki iman
yang kecil (kurangnya iman).
Kadang kita seperti Petrus, ketika gelombang persoalan
menerpa hidup kita, justru kita tidak memandang Yesus dan mempercayai Dia. Kita
meragukan kuasa Tuhan dan jatuh dalam kebimbangan, sehingga kita tenggelam di
dalam masalah kita.
Di sini kita belajar arti kata iman. Iman berarti
percaya dan memercayakan diri pada Tuhan Yesus. Petrus memang sudah percaya,
tetapi dalam peristiwa ini, ia belajar memercayakan diri hanya kepada Yesus. Iman
di sini memiliki pengertian trust, atau iman yang terus menerus
bersandar kepada Tuhan. Pentingnya iman yang bertahan atau iman yang terus
menerus percaya akan memampukan kita tetap tenang di masa sukar.
Goncangan dan gelombang kehidupan adalah latihan iman.
Oleh sebab itu, arahkanlah focus saudara hanya pada Yesus. Jangan sekali-kali
membiarkan diri dibelokkan perhatian kepada situasi dunia. Percayalah sepenuhnya
hanya pada Yesus dan janganlah ada kebimbangan sedikitpun tentang Yesus. Sebab tak
satu kejadian pun dalam hidup kita luput dari perhatian dan kasih-Nya. Iman seperti
inilah yang membuat kita tenang di tengah badai. Seorang yang tidak memiliki
iman akan goyah, jatuh dan tenggelam. Tetapi kalaupun sesaat kita goyah karena
dunia ini, cepat-cepat berseru kepada Yesus agar Dia segera menolong.
Kesimpulan
Mengapa seseorang tidak mampu tenang di tengah badai? Karena besarnya rasa takut dan kecilnya iman. Oleh sebab itu sekalipun badai kehidupan belum berhenti, tetapi pada saat kita terus-menerus mempercayakan hidup kita kepada Sang Pemilik hidup kita yaitu Yesus, kita akan tetap tenang di tengah badai hidup. Ingat Tuhan mau karaktermu yang berubah, bukan keadaanmu yang berubah. Sebab Yesus lebih tertarik mengubah karakter kita, dibandingkan keadaan kita.
Posting Komentar untuk "Khotbah Kristen: Tenang di Tengah Badai (Matius 14:22-33)"