Bahan Khotbah Kristen | Percaya Diri yang Berdosa (Yakobus 4:13-17)
Banyak dari kita orang percaya ingin sekali memiliki sikap percaya diri. Rasa percaya diri ini dibutuhkan oleh setiap orang. Tidak memiliki percaya diri adalah sebuah kesalahan dan dosa karena mengakibatkan minder, dan tidak bertumbuh dalam banyak hal. Sikap ini membuat kita makin terpuruk dan tidak berkembang. Minder yang bisa diartikan sebagai rendah diri adalah sifat yang mengasihani diri, membenci diri, membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain dan iri pada orang lain.
Kalimat yang sering diucapkan adalah:
- “Aku memang orang yang paling menyedihkan di dunia ini, aku tidak bisa melakukan apapun, aku memang pecundang, aku orang yang kalah, aku orang yang paling jelek”. (Mengasihani diri sendiri).
- “Seandainya aku tidak dilahirkan didunia ini, lebih baik aku mati, aku benci diriku..” (Membenci diri sendiri).
- “Seandainya aku bisa seperti si A… masakannya lebih enak dia dibandingkan aku…” (Membanding-bandingkan diri dengan orang lain).
- “Ahh.. pasti dia berhasil karena pakai penglaris..” “ahhh… aku juga bisa kalua buat soto saja.. lebih enak dari pada dia..” (iri kepada orang lain).
Perlu diperhatikan bahwa minder adalah kesombongan yang tidak kelihatan, tetapi sombong adalah keangkuhan yang terlihat. Jadi sesungguhnya tidak memiliki sikap percaya diri adalah tindakan berdosa.
Percaya diri harus dibangun dari perspektif atau cara pandang Allah. Caranya dengan melihat diri kita melalui kebenaran Alkitab. Ukuran percaya diri adalah bukan dari pandangan dunia, tetapi dari apa yang Alkitab katakana tentang diri kita. Namun terlalu percaya diri juga mengakibatkan dosa. Hari ini kita akan belajar bersama-sama tentang “Percaya Diri yang Berdosa”. Mari kita buka Alkitab kita dalam Yakobus 4:13-17.
Apa yang dimaksud dengan percaya diri yang berdosa?
1. Sok Tahu (ay.14)
Sok tahu adalah sikap suka pamer dan sebagainya, ia merasa mampu tetapi sebenarnya tidak tahu apa-apa. Arti yang lebih sederhana adalah pamer kebodohan. Dalam teks di atas menunjukkan bahwa ada seorang pedagang yang berangkat ke sebuah kota dan di sana pedagang tersebut akan tinggal satu tahun dan dengan sangat percaya dirinya ia berharap akan mendapat keuntungan, padahal orang tersebut tidak tahu apa yang terjadi esok hari dan orang tersebut tidak Para pedagang keliling tersebut merupakan orang-orang Yahudi yang memiliki perdagangan menguntungkan di wilayah Mediterania. Mereka dikatakan membuat rencana secara cermat untuk usaha dagang mereka. Tetapi tanpa melibatkan Tuhan dalam setiap rencana mereka. Para pedagang ini tidak menyadari akan keterbatasan mereka, tetapi bersikap justru mereka bersikap seolah-olah tahu segalanya. Mereka berlagak sok tahu. Tingkah laku sok tahu ini disebabkan karena mereka merasa kaya dibandingkan dengan jemaat yang lain, mereka punya segalanya dibandingkan dengan jemaat yang lain. Dengan pedenya pedagang ini berkata: “Aku pasti untung, aku sudah banyak pengalaman dan buktinya aku kaya, tidak seperti kalian golongan orang miskin..”. Sikap inilah yang dikecam oleh Yakobus yaitu sikap sok tahu, yang merasa paling memiliki pengetahuan intelektual yang baik.
Kita tidak tahu apa yang terjadi esok hari, intelektual kita tidak menjamin esok hari kita akan baik-baik saja. Kita sudah berencana dan kita sudah mengatur sedemikian rupa, tetapi corona datang akhirnya rencana kita tidak bisa terlaksana dengan baik. Wahduhhh karena corona ini membuat kita sulit mencari pekerjaan. Banyak yang dirumahkan lagi.. pusing sudah. Pemerintah menyarankan untuk kita tetap di rumah. Supaya kita terhindar dari wabah virus Corona. Rencana-rencana kita seolah-olah hancur seketika oleh karena Corona.
Oleh sebab itu, stop berlagak sok tahu, stop sok kepedean, stop berkata: “aku bisa tanpa Tuhan”, stop berkata: “aku pasti berhasil, karena aku cerdas dan pintar”. Mari libatkan Tuhan dalam setiap perencanaan kita, serahkan hidup kita hanya pada tuntunan Tuhan, sehingga Ketika corona datang engkau tetap memiliki pengharapan kepastian di dalam Tuhan. Alkitab mengatakan: “Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana” (Ams 19:21). Libatkan Tuhan dan jangan sok tahu.
2. Sok Beriman (ay. 15)
Sok beriman adalah sikap yang suka memamerkan imannya, padahal sesungguhnya ia tidak memiliki iman. Dalam ayat 15 mengatakan bahwa: “jika Tuhan menghendakinya kami akan hidup dan berbuat ini dan itu”. Pedagang dalam teks ini bersikap seolah-olah dia beriman kepada Tuhan, tetapi ternyata sesungguhnya orang tersebut memanfaatkan Tuhan guna tujuan-tujuan pribadi. Orang tersebut memanfaatkan Tuhan untuk memenuhi setiap rencana-rencananya, di mana rencana pedagang ini hanyalah untuk mencari keuntungan diri sendiri. Nama Tuhan dipakainya hanya sebagai “mantera” atau jimat keberuntungan, ikut Tuhan pasti sukses, ikut Tuhan pasti bisnis berhasil, ikut Tuhan pasti kaya, ikut Tuhan pasti lancar. Dengan kata lain peranan Allah hanya untuk mensahkan perbuatan-perbuatan buruk mereka. Seharusnya mereka menyadari bahwa: hidup ini seperti uap, sebentar, fana, dan kita tidak dapat berdiri sendiri, seharusnya kita sepenuhnya bergantung kepada Allah. Oleh sebab itu Yakobus menegur mereka: semuanya ada dalam kendali Allah, semuanya ada dalam kedaulatan Allah, dan hidup kita seharusnya mempercayakan diri kepada kehendak Allah, bukan hidup sesuai dengan keinginan kita sendiri.
Saudara yang terkasih dalam Tuhan banyak hari-hari ini kekristenan hanya memanfaatkan Tuhan, banyak klaim kalau engkau Bahasa Roh akan menaikan imunitas tubuhmu 30-40%, adapula yang mengatakan bahwa kita aminkan Mazmur 91 bahwa kita akan terhindar dari corona, kita akan bebas dari corona, adapula yang mengatakan bahwa virus itu punya mata dan dia hanya akan menyerang orang-orang yang tidak takut akan Tuhan. Apabila demikian, lantas bgmn dengan hamba Tuhan yang meninggal akibat covid-19, apakah kita berani mengatakan bahwa mereka bukan orang yang takut akan Tuhan?? Saudaraku, semuanya ada dalam kendali Allah, semuanya ada dalam control Allah, semuanya ada dalam kedaulatan Allah. Besok kita tidak tahu apa yang terjadi, kita semua memiliki ancaman yang sama, tidak ada yang terkecuali.
Ingat semuanya ada dalam kendali Allah dan semuanya pasti mendatangkan kebaikan. Kehendak Allah itu yang sempurna. Iman itu penyerahan diri total kepada kehendak Allah, bukan klaim-klaim untuk menyenangkan segala keinginanmu. Iman itu tidak memanfaatkan Tuhan demi kepuasan kita, tetapi memuaskan hati Tuhan dengan ketaatan kita. Alkitab mengatakan: “iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati”. Melalui wabah virus Corona ini, kita akan tahu dengan sungguh siapa orang yang beriman dan murni dihadapan Tuhan atau hanya orang yang sok beriman yang hanya memanfaatkan Tuhan. Teruslah bergantung kepada ketetapan kehendak Tuhan dan apabila Tuhan kehendaki untuk engkau hidup esok hari, kerjakanlah segala sesuatu untuk hormat kemuliaan nama Tuhan.
3. Sok Benar (ay. 16)
Sok benar adalah sikap yang merasa dirinya paling benar, sementara menganggap yang lain salah, padahal sesungguhnya hidupnya jauh dari kebenaran. Sikap sok benar ini terlihat dari jemaat yang suka menghakimi, memfitnah orang lain, dan suka memandang rendah orang lain, lidah mereka tidak bisa di atur dan mulutnya penuh tipu muslihat. Biasanya orang-orang yang merasa sok benar pasti akan mudah mencela dan ngomongin orang lain. Dan inilah sikap-sikap yang ditunjukkan oleh orang kaya di jemaat perantauan. Kesombongan dan kecongkakan mereka terlihat nyata pada saat mereka memamerkan hidupnya yang serba mewah dan menganggap rendah orang miskin. Mereka berfikir bisa mengendalikan masa depan, mereka berfikir bahwa bisa membangun kehidupannya sendiri tanpa Tuhan, dan sesungguhnya orang-orang seperti ini bukanlah golongan orang percaya Tuhan dan bukan golongan orang yang memiliki kebenaran dalam hidupnya. Alkitab katakan: sikap-sikap seperti ini adalah “salah”. Salah di sini berarti: sebuah kebobrokan, kejahatan, tidak bermoral, atau kehendak jahat yang dilakukan dengan sengaja.
Saudara yang terkasih dalam Tuhan, akibat orang-orang farisi dan para ahli-ahli Taurat merasa diri paling benar, ia bersikap angkuh dan berkata, Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: “Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku”. Akan tetapi, si pengumpul pajak berdiri agak jauh, bahkan tidak memandang ke langit. Sebaliknya, ia memukul-mukul dadanya sambil berkata, “Ya, Allah. Berbelas kasihanlah kepadaku, si pendosa ini.” Siapa yang meninggikan diri akan direndahkan dan siapa yang merendahkan diri dihadapan Tuhan akan ditinggikan. Jadi semakin engkau merasa diri paling benar, semakin engkau memperlihatkan dosamu.
Saudara agama bukan topeng yang membuat saudara hidup lebih baik, engkau beribadah ke gereja tidak akan mengubah kehidupanmu, apabila engkau lakukan untuk membuat enagkau terlihat sebagai layaknya orang Kristen lainnya. Ibadahmu tidak akan mendewasakan hidupmu apabila engkau kerjakan untuk mencari kebenaranmu. Ibadah seharusnya menjadi hidup kita, penyembahan adalah hidup kita. Bertobatlah dan sungguh-sungguh hidup dalam kebenaran bukan sok benar.
Kesimpulan
Percaya diri yang membuat dosa adalah sok tahu, sok beriman, dan sok benar. Ayat terakhir kita baca sama-sama. Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa. (Yak. 4:17).
Posting Komentar untuk "Bahan Khotbah Kristen | Percaya Diri yang Berdosa (Yakobus 4:13-17)"