Cara Hidup Orang Kristen (Gal. 5:24-26)
24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. 25 Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, 26 dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki. (Gal. 5:24-26 ITB)
Seorang yang telah dilahirkan kembali atau lahir baru adalah ciptaan baru yang benar-benar baru. Kasih karunia Allahlah yang sanggup melahir barukan hidup kita orang berdosa melalui iman. Pada saat kita menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan dan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan juruselamat, maka Allah melahirbarukan kita dan kita disebut sebagai ciptaan baru. Sebagai ciptaan baru tentu memiliki cara kehidupan yang baru, yang jauh berbeda dengan kehidupan lama yang dahulu telah dijalani. Cara hidup yang baru inilah yang menjadi tanda bahwa kita adalah orang kristen yang sejati. Cara hidup yang baru ini ditunjukkan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia. Alkitab berkata:
“19 Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; 20 namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Gal. 2:19-20 ITB).
Kehidupan seperti ini sangat jauh berbeda dengan kehidupan di dalam jemaat Galatia. Sesuatu yang penting untuk dicatat dari jemaat Galatia adalah Paulus sama sekali tidak mengucap syukur dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, bahkan Paulus berkata:
“Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu? (Gal. 3:1) ; Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? (Gal. 3:3)”.
Sapaan Paulus dengan berkata: “Hai orang-orang Galatia..”menunjukkan bahwa Paulus sungguh berkata dengan keras. Biasanya sapaan yang manis yang diucapkan Paulus adalah dengan sapaan “saudara-saudara”, tetapi sapaan yang ditujukan kepada jemaat Galatia adalah dengan perkataan “Hai orang-orang Galatia”. Paulus begitu sangat marah dengan keadaan orang-orang di Galatia, karena mereka dengan mudah diputarbalikkan dengan injil-injil yang palsu. Orang-orang Galatia yang mengaku percaya Yesus masih menitikberatkan hidup mereka pada hukum-hukum lahiriah.
Persoalan lahiriah ini berkenaan dengan sunat yang sudah menjadi tradisi orang Yahudi. Paulus menjelaskan bahwa sunat tidak mempunyai nilai apa-apa bagi orang Kristen. Tidak ada perbedaan, apakah seorang kristen disunat atau tidak. Hal ini tidak mempengaruhi keselamatan. Hubungan mereka dengan Allah tidak bergantung pada tanda lahiriah seperti sunat, tetapi berdasarkan “iman yang bekerja oleh kasih”. Apabila masih mempersoalkan tentang hal-hal lahiriah sama saja dengan menolak apa yang telah dkerjakan Kristus bagi orang percaya (Gal. 5:2).
Mereka juga masih mempersoalkan hukum Taurat, di mana jika orang-orang Kristen tidak menuruti hukum Taurat, maka orang-orang kristen tersebut tidak akan mempunyai pedoman hidup dalam berperilaku; dan mereka tidak dapat dibedakan dari orang-orang kafir di sekitar orang-orang Kristen. Paulus menjawab hal ini dengan tegas bahwa seorang yang telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka Roh kudus akan menghasilkan di dalam diri orang percaya hidup Kristus sendiri.
Inilah yang ditentang oleh Paulus, kekristenan sangat berbeda dengan agama apapun, semua agama mengajarkan kebaikan , itu benar. Semua agama mengajarkan hukum-hukum yang harus di taati, itu benar. Bahkan masuk kamar mandi, makan dan minum, tidur, sembayang, dan ibadah itu semua di atur dalam hukum keagamaan masing-masing. Tetapi Kekristenan adalah bukan persoalan hukum-hukum tersebut, di mana ketika kita lakukan kita selamat, tetapi apabila kita tidak lakukan kita berdosa.
Sekalipun Injil tidak memberikan daftar tentang hal-hal yang boleh dilakukan dan hal-hal yang dilarang, namun Alkitab berkata: “Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.” (Gal. 5:24). Jadi kehidupan Kristen ditandai dengan buah Roh Kudus (Gal. 5:22-23).
Baca juga: Pekerjaan Roh Kudus
Tuntutan-tuntutan Kristus jauh lebih radikal daripada tuntutan suatu agama yang hanya memaksakan hukum-hukum dan peraturan-peraturan dari luar. Seluruh kepribadian orang kristen telah diubah secara total. Sikap-sikap dan tindak-tanduk telah diubah dari dalam. Jadi kekristenan bukanlah soal tindakan-tindakan yang kelihatan yang dilakukan, tetapi kehidupan dari dalam yang diubah dan akhirnya terpancar menjadi berkat bagi banyak orang. Matius 7:18 berkata: “Tidak mungkin pohon yangbaik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang tidak baik”.
Perhatikan dengan baik: “Tanda seseorang menjadi milik Kristus adalah orang tersebut telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya..” Kata “telah” menunjukkan bahwa seseorang yang menjadi milik Kristus sungguh-sungguh telah menyalibkan dagingnya. Tindakan menyalibkan daging merupakan tindakan mematikan keinginan-keinginan dosa yang sudah dilakukan seorang yang menjadi milik Kristus. Barangsiapa belum mematikan atau menyalibkan segala keinginan daging, dapat dipastikan orang tersebut bukanlah milik Kristus. Dalam mematikan keinginan daging ini bukan karena kuat gagah kita, melainkan Anugerah Allah yang berkuasa dalam kehidupan kita, di mana Roh Kudus menguasai, mengambil alih kehiduapn kita sehingga menghasilkan kehidupan yang berbuah. Tanpa kerja kuasa Roh Kudus, kita tidak akan mampu mematikan segala keinginan daging.
Kehidupan Kristen adalah kehidupan yang dipimpin oleh Roh. Kehidupan yang diatur bukan oleh peraturan-peraturan agama, tetapi kehidupan yang diatur oleh keinginan Roh.
Selain kehidupan yang dipimpin oleh Roh, cara hidup orang Kristen juga tercermin dalam kehidupan yang makin hari makin rendah hati. Kehidupan yang tidak mencari kehormatan atau kemulian bagi dirinya sendiri, jangan gila hormat, angkuh atau sombong. Cara hidup orang kristen juga terlihat dari kehidupan yang menjadi agen pendamai, bukan seorang yang suka cari gara-gara (suka cari masalah) dan saling menantang orang lain. Kehiduapan kristen juga ditunjukkan melalui hidup yang saling mengasihi antara satu dengan yang lain, tidak saling mendengki, iri hati (suka nyinyir).
Baca juga: Dipenuhi oleh Roh Kudus.
Dari pembahasan ini kita mengerti bahwa kekristenan sangat berbeda dengan agama-agama lain. Kekristenan bukanlah agama yang didasarkan pada hukum-hukum dan peraturan-peraturan, melainkan kasih karunia di dalam iman kepada Yesus, di mana melalui iman tersebut Roh Kudus berdiam di dalam diri kita, menguasai kehidupan kita dan menghasilkan buah kebenaran. Kekristenan bukan berbicara soal apa yang nampak dari luar, tetapi kehidupan yang dari dalam mengalami transformasi dan terpancar keluar menjadi berkat bagi banyak orang. Mari kita renungkan bagaimana hidup kita saat ini, “Sudahkah kita memiliki cara hidup orang Kristen yang benar?” Biarlah kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus menyertai kehidupan kita.
Posting Komentar untuk "Cara Hidup Orang Kristen (Gal. 5:24-26)"