Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Yesus Kristus Juruselamat yang Sempurna (Ibrani 2:1-18)

Surat kepada Orang Ibrani adalah salah satu kitab dalam Perjanjian Baru  di Alkitab Kristen dan merupakan sebuah tulisan teologi dari periode awal kekristenan yang disusun dengan kaidah bahasa Yunani yang baik. Kristologi yang dipaparkan di dalamnya termasuk kristologi yang rumit.  Sebagai surat, kitab ini tidak memiliki salam pembuka selayaknya surat-surat kiriman pada masa itu. Kitab ini lebih mirip khotbah yang memuat uraian teologi yang rumit dan penuh dengan teka-teki.  Di dalamnya tidak hanya dipaparkan tentang keistimewaan Yesus di hadapan tradisi Yahudi, tetapi juga dalam konteks filsafat platonic. 

Latar Belakang Surat Ibrani

Surat kepada orang ibrani ini ditulis kepada orang-orang Kristen Ibrani dan di antara mereka terdapat orang-orang yang tergoda untuk berbalik kepada agama Yahudi, yaitu Taurat dan segala peraturan Nabi Musa.  Kemurtadan ini merupakan bahaya yang sudah dekat (Ibr 2:1) dan berlandaskan pada ketidakpercayaan (Ibr 3:12). Perilaku mengisyaratkan adanya kemungkinan tersebut (Ibr 5:13,14). Mengabaikan ibadah umum (Ibr 10:25), kelemahan di dalam berdoa (Ibr 12:12), ketidakmantapan tertentu di dalam melaksanakan doktrin (Ibr 13:9), penolakan untuk mengajar orang lain sebagaimana seharusnya dilakukan orang yang sudah dewasa imannya (Ibr 5:12). dan mengabaikan Alkitab (Ibr 2:1) merupakan gejala-gejala lainnya dari kelemahan rohani. Bahayanya adalah bahwa orang-orang yang merupakan "saudara-saudara yang kudus," yang mendapat bagian dalam panggilan surgawi (Ibr 3:1) bisa "murtad lagi" (Ibr 6:6) atau "murtad dari Allah yang hidup" (Ibr 3:12). 

Untuk mencegah perkembangan ke arah itu, penulis surat Ibrani menekankan keunggulan Kristus di dalam serangkaian kontras dengan para malaikat, Musa, Harun, Melkizedek, dan sistem dari Kitab Imamat. Tujuan dari semua kontras tersebut ialah menunjukkan keunggulan Kristus dari Yudaisme. 

Pada saat sang penulis surat mengembangkan pikirannya, dia menjalin tiga buah konsep. Konsep yang pertama ialah nasihat (Ibr 13:22); yang kedua ialah rangkaian lima buah peringatan (Ibr 2:1-4; 3:7-19; 6:4-12; 10:26-31; 12:15-17); dan yang ketiga ialah penghiburan atau pemberian kepastian, yang dikemukakan sekitar sebuah pemikiran yang diperkenalkan dalam istilah "pandanglah" (Ibr 3:1) dan mencapai puncaknya dalam istilah "ingatlah selalu akan Dia yang tekun … " (Ibr 12:3). Berdasarkan konsep-konsep inilah penulis Ibrani menentang kecenderungan ke arah kemurtadan.

Alur pemikiran yang dikembangkan oleh para pembaca pendengar sangat menarik. Apabila mengikut Kristus mengakibatkan seseorang dianiaya, hal mana tidak terjadi apabila mengikuti kebiasaan Yahudi tradisional, mengapa tidak kembali ke Yudaisme saja, dengan demikian orang tetap menganut agama tertentu dan pada saat yang sama bebas dari penganiayaan? Jelas pilihan semacam ini menarik. Jawaban terhadap pilihan tersebut dikemukakan di dalam surat Ibrani ini, yaitu dengan memperhadapkan keunggulan Kristus dengan setiap kelemahan dalam Yudaisme. 

Selain itu, penulis surat itu hendak membandingkan yang lama dengan yang baru, Taurat dengan Injil, dosa dengan rahmat, perbuatan dengan iman, kematian dengan karunia hidup kekal. Ia melihat agama Kristen sebagai penggenapan agama Yahudi.

Surat Ibrani tidak bermaksud hendak mengajar orang Ibrani saja. Roh Allah menggunakan surat Ibrani untuk menerangkan kepada sidang Jemaat Allah mengenai tujuan Perjanjian Lama. Segenap Perjanjian Lama membayangkan Salib Kristus dan Korban diri-Nya di atas salib itu.  Menurut Roy B. Zuck Kristologi merupakan focus utama dalam semua teologi Ibrani, dan dua gelar Kristus merupakan gelar penting untuk Kristologinya: Anak Allah dan Imam Besar. 

Dan hal yang terakhir yang penulis utarakan ialah kepada siapa kitab ini ditunjukkan, masalah apa yang sedang jemaat alami sebagai penerima dari kitab ini dan apa yang menjadi tujuannya? Surat Ibrani ini ditunjukan kepada kelompok Kristen generasi kedua, yang membentuk suatu jemaat yang terorganisir dengan baik. Ada pemimpin Resmi turun-temurun (13:17). Secara ekonomis mereka tidak termasuk golongan rendah (Ibrani 6:10;10:34), tetapi penuh semangat menanggung segalanya. Kini mereka juga dianiaya atau terancam (13:3), tetapi iman dan semangat meraka sudah menjadi lesu (13:12-13;10:36;6:12;5:11-14) dan mereka takut menghadapi kesulitan (12:2-3). Hidup jemaat menjadi kendor (10:25) dan mereka tidak terlalu patuh kepada para pemimpin (13:17), sehingga hal inilah yang menjadi latar-belakang penulisan surat Ibrani ini, di mana Penulis dari surat Ibrani ini mempunyai tujuan untuk menjelaskan ajaran pokok yang sudah tradisional disajikan. Sehingga ada dua pokok ajaran yang penulis Ibrani kupas untuk membina iman kepercayaan jemaat, yaitu Yesus Kristus, Anak dan Imam Besar serta karya-Nya dan Jemaat Allah, jemaat Yesus. 

Garis Besar Teks Ibrani 2:1-18

“Kristus Juruselamat yang Sempurna”

  1. Keselamatan itu mahal (2:1-4)
  2. Dunia yang ditaklukan di bawah Kristus (2:5-8)
  3. Kristus lebih tinggi dari Malaikat-malaikat (2:9)
  4. Kristus disempurnakan melalui penderitaan (2:10-18)
  5. Juruselamat yang mengalahkan maut (14-15)
  6. Imam Besar yang penuh kasih dan setia (16-18)

Eksposisi teks Ibrani 2:1-18

Keselamatan itu mahal (2:1-4)

Ay. 1 menegaskan bahwa penulis memperingatkan jemaat Ibrani agar bersungguh-sungguh memperhatikan ajaran yang mereka telah dengar. Frasa “Karena itu….” Menunjukkan bahwa ada suatu alasan dengan ayat sebelumnya dimana dikemukakan oleh penulis bahwa Yesus adalah pewaris dari ciptaan Bapa (1:2), pelaku dari penciptaan Bapa (1:2), pancaran kemuliaan Bapa (1:3), gambaran tepat dari sifat Bapa (1:3),penopang makhluk ciptaan Bapa (1: 3), jalan pengampunan dari makhluk ciptaan Bapa (1:3), Mesias Kerajaan yang berkeimaman yang diutus oleh Bapa (1:3), Yesus merupakan pencipta alam semesta (Ibr. 1:2,10), Yesus merupakan anak Sulung yang layak menerima penyembahan dan berhak menerima segala yang ada (Ibr. 1:2, 6), Yesus memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat (Ibr. 1:14). Dan superioritas Kristus sangat nampak di pasal 1:5-14. 

Sekali lagi, penulis menegaskan dengan sangat bahwa jemaat Ibrani diharuskan untuk memperhatikan dengan sungguh-sungguh tentang apa yang mereka dengar. Kata “harus” memiliki makna keharusan secara moral yang diambil dari kata dei. Sedangkan, kata “memperhatikan” yang memiliki makna untuk berpegang teguh dengan memegang keyakinan tertentu, tegas, dan untuk tetap percaya. Dan kata kerja memperhatikan memiliki tense infinitive present active, dimana kejadian ini merupakan suatu tujuan dari suatu tindakan yang terus menerus berulang-ulang secara active. Jadi sesungguhnya penulis meminta kepada jemaat Ibrani untuk berpegang teguh kepada keyakinan akan Yesus secara terus-menerus, serta penulis meminta menjadikannya sebagai tujuan dari suatu tindakan iman. Penulis menyampaikan hal ini supaya jemaat tidak menyimpang dari ajaran yang telah mereka terima sebelumnya.

Kalau melihat dari latar belakang teks bahwa jemaat Ibrani tergoda untuk berbalik kepada agama Yahudi, yaitu Taurat dan segala peraturan Nabi Musa. Kemurtadan ini merupakan bahaya yang sudah dekat (Ibr 2:1) dan berlandaskan pada ketidakpercayaan (Ibr 3:12). Selain itu jemaat mengalami penderitaan dan hidup dalam tekanan-tekanan penganiayaan yang membuat iman mereka menjadi lesu dan mudah goyah, sehingga banyak dari jemaat meninggalkan iman mereka. Inilah yang menjadi pokok permasalahan dimana jemaat Ibrani. 

Di sisi lain penulis juga memperingatkan supaya jemaat Ibrani tidak hanyut dalam arus. Kata “hanyut” memiliki makna seperti sebuah perahu yang hanyut oleh arus karena tidak memiliki sauh. Jadi, kapal atau perahu yang tidak memiliki sauh dipastikan akan hanyut oleh arus. Sama halnya ketika orang percaya kehilangan iman mereka maka ia akan hanyut oleh arus dan pada akhirnya mereka akan kehilangan keselamatan yang Tuhan sudah berikan. 

Ay. 2 meskipun  firman yang dikatakan dengan perantaraan malaikat-malaikat tetap dapat dipercaya. Kalimat ini menunjukan kepada hukum Taurat, dan bahwa firman dari dahulu firmannya itu sungguh-sungguh nyata, benar dan dapat dipercaya. Dan setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal. Kata “pelanggaran” diambil dari kata para,basij dimana kata ini memiliki makna seseorang yang bertindak bertentangan dengan hukum, untuk tidak menaati, untuk untuk melanggar, ketidakpatuhan, pelanggaran. Sedangkan kata “ketidaktaatan” diambil dari kata  parakoh. Kata ini memiliki makna bahwa seseorang itu cenderung menolak untuk mendengarkan, tidak menaati dan menolak mendengarkan, selalu berbuat fasik. Kedua kata ini merupakan suatu penekanan bahwa pelanggaran dan kehidupan yang selalu berbuat fasik akan mendapat balasannya. Kata “mendapat” dalam bahasa Greeknya memakai tenses indicative aorist. Jadi sesungguhnya di masa lampau orang-orang yang berbuat fasik dan tidak taat sungguh-sungguh mendapatkan hadiah (balasan) atau reward yang layak. 

Penulis mengingatkan lagi kejadian-kejadian di masa lampau, tentang hukum Taurat dimana setiap orang yang hidup tidak taat akan dihukum oleh Tuhan sesuai dengan apa yang telah mereka perbuat. Sebab hukum Taurat berbicara tentang siapa melakukannya akan diselamatkan tetapi barangsiapa tidak taat maka akan dibinasakan. Pada saat itu jemaat Ibrani sudah mulai tidak taat kepada ajaran yang semula telah mereka terima yaitu Injil keselamatan, yang merupakan pemberian Tuhan terbesar (Rm. 1:16-17). Dan tujuan utama ayat ini adalah untuk membuat mereka berfikir ulang jika mereka meninggalkan Tuhan dan mulai tidak taat, maka akan ada hukuman bagi mereka.  

Ay. 3 menegaskan bahwa jikalau kita menyia-nyiakan atau mengabaikan keselamatan, maka kita pun sungguh-sungguh tidak akan luput dari penghukuman Tuhan, yang sejak semula diberitakan melalui Tuhan, melalui mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercaya. Penulis memperingatkan dengan tegas bahwa jikalau jemaat Ibrani sampai menyia-nyiakan keselamatan yang begitu besar yang telah diberikan Tuhan bagi umat-Nya. Jadi hiduplah terus berpegang kepada Injil (2:1), jangan pernah hanyut dari arus (2:1), hiduplah benar dan taat kepada Tuhan (2:2), tidak menyia-nyiakan keselamatan (2:3), sehingga jemaat tidak akan mendapat penghukuman dari Tuhan. Sebab keselamatan itu sangat mahal. Sekali jemaat murtad maka tidak ada pengampunan lagi (Ibr. 6). 

Ay. 4 Allah meneguhkan kesaksian mereka tentang Injil Keselamatan, melalui tanda-tanda, mujizat-mujizat, dan kuasa. Semua ini merupakan bukti penguat yang sama sekali tidak boleh diabaikan dalam mempertimbangkan keaslian Injil. Bukti-bukti tersebut kemudian diperluas dengan penganugerahan berbagai-bagai penyataan kekuasaan kepada orang-orang percaya. Tanda-tanda. mukjizat dan penyataan kekuasaan tersebut dicatat dengan benar di dalam keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Karunia-karunia yang dianugerahkan dapat dijumpai dalam (Rm 12;  13; 1Kor 7:7; 1Kor 12). Saksi yang tidak kalah kuatnya ialah kesatuan orang-orang percaya dari bangsa atau suku manapun mereka berasal. Kesimpulannya jelas. Allah ada di dalam Kristus dan di dalam Injil, dan karena itu amanat tentang keselamatan harus diperhatikan. Kalau tidak menaruh perhatian berarti terkena ancaman hukuman.

Dunia yang ditaklukan di bawah Kristus (2:5-8)

Ay. 5 diawali dengan kata “sebab..” yang menunjukkan adanya suatu alasan tentang superioritas Kristus di atas malaikat-malaikat. Frasa “Ia taklukkan dunia yang akan datang” dalam bahasa Greek  memiliki arti dunia yang benar-benar baru, Dunia yang didiami pada masa depan; dunia yang akan datang bagi generasi penerima surat ini dan juga akan datang bagi kita. Dunia ini tidak akan tunduk kepada para malaikat, tetapi sepenuhnya akan tunduk dan takluk di bawah kaki Tuhan Yesus, ketika Kristus, bersama dengan orang-orang kudus-Nya memerintah’ di dalam keselarasan yang sampai sekarang belum diketahui, akan ada satu keadaan yang sama sekali baru.

Di dunia yang baru ini Kristus benar-benar menjadi Raja atas segala sesuatu, sesuai dengan yang dikatakannya dalam pasal 1. Inti dari dari ayat ini bahwa Tuhan Yesus akan memerintah dunia yang akan datang sebagai Manusia sejati. Sekali lagi, pokok penenkanan pada ayat ini adalah tentang dunia yang akan datang. Dan peranan Raja di atas segala raja di dalam dunia ini.

Ay.6 “Ada orang yang pernah memberi kesaksian di dalam suatu nas, katanya:”  kutipan ini sangat khas dengan nuansa Ibrani perjanjian Lama. Penulis mengutip kitab Mazmur 8:4-6 yang ingin menceritakan tentang “manusia” dan “anak manusia”, dan  bahwa segala sesuatu sudah ditaklukkan di bawah kakinya (2:5-9). Apakah yang dimaksudkan  “manusia” di sini adalah manusia secara umum, atau Tuhan Yesus sebagai “Anak Manusia” atau baik manusia maupun Tuhan Yesus? (harus diinat bahwa dalam bahasa aslinya tidak ada huruf besar atau huruf kecil.) Istilah ini adalah istilah manusia secara umum, seperti dalam Mazmur 146:3 dan Bilangan 23:19. Kata “anak manusia” dalam bahasa ibraninya memakai kata ben adam yang membuktikan bahwa kata “anak manusia” adalah istilah secara umum.  

Ay.7 “Namun Engkau telah membuatnya untuk waktu yang singkat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat,”  ayat ini menjelaskan bahwa manusia dalam waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari malaikat-malaikat. Ketika manusia jatuh dalam dosa maka kekuasaan jatuh di tangan Iblis. Namuun pada saat dunia yang sudah ditaklukkan di bawah kaki Tuhan Yesus maka manusia dan Tuhan akan memerintah dan berkuasa atas segala sesuatu.

Ay. 8 memberikan kontras di mana semua sudah ditaklukkan  di bawah kaki-Nya, yang menjadikan manusia berkuasa dari segala sesuatu. Dalam terjemahan BIS berkata: “Serta menjadikan dia penguasa atas segala sesuatu." Nah, kalau dikatakan bahwa Allah menjadikan manusia "penguasa atas segala sesuatu", itu berarti bahwa tidak ada sesuatu pun yang tidak di bawah kekuasaan manusia. Meskipun begitu, kita tidak melihat sekarang manusia berkuasa atas segala sesuatu.” Ini berasal dari Maz 2:6, namun sekaligus merupakan singgungan terhadap Kej 1:26,28-30. Manusia yang diciptakan dalam gambar Allah (lih. Kej 1:26-27) harus berfungsi sebagai pengelola dunia (sebagai wakil Allah). Namun kejatuhan dari Kejadian 3 menggagalkan maksud ini (lih. ay 9c). Frasa  “Tetapi sekarang ini belum kita lihat” menandakan bahwa memang belum saatnya bumi ditaklukan kepada manusia. Nanti ketika kerajaan 1000 tahun dimana Bumi sudah ditaklukkan di bawah kaki Tuhan Yesus yang memerintah bersama para saleh-saleh-Nya. 

Baca Juga: konsep pilihan dalam keselamatan

Kristus lebih tinggi dari Malaikat-malaikat (2:9)

Ayat ini menjelaskan bahwa Tuhan Yesus dibuat sedikit lebih rendah dari malaikat-malaikat. Tetapi melalui penderitaan maut (di atas kayu salib) Tuhan Yesus mendapat kemuliaan dan hormat, karena Ia mempunyai tujuan dari penderitaan-Nya adalah untuk supaya Kasih Karunia Allah kepada manusia nyata melalui pengorbanan-Nya.

Kata “kita lihat” kata-kata ini ditulis dalam huruf besar (si penulis sekarang menerapkan Mazmur), jadi membandingkan manusia yang jatuh dengan Manusia yang ideal. Allah menempatkan manusia dalam posisi otoritas yang terhormat, tetapi manusia berdosa dan membatalkan posisi ini. Yesus, Allah yang berinkarnasi memenuhi takdir kemanusiaan ini dan melalui kematian-Nya memulihkan umat manusia yang percaya ke tempat kehormatan tersebut. Yesus adalah benar-benar manusia! Ini adalah satu lagi tipologi Adam-Kristus (lih. Rom 5:12-21; I Kor 15:21-22,45-49; Flp 2:6-11). 

“yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat” Ini adalah perbandingan yang jelas dengan ayat 6 dan 7. Hal ini berbicara tentang inkarnasi dan kehidupan Yesus di bumi. “Yesus” merupakan sebuah jawaban atas permasalahan yang terjadi pada saat itu yaitu persoalan tentang keselamatan.

“oleh karena penderitaan maut” Ini mencerminkan Kej 3:15; Maz 22; Yes 53. Ia adalah Agen Allah dalam penebusan!. Frasa “dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat” merupakan suatu hadiah yang didapatkan Tuhan Yesus. Kata “dimahkotai” memiliki kata kerja participle pefect merupakan kata kerja yang dialami di masa lampau tetapi dampaknya masih terus menerus berkelanjutan. Jadi, bila secara literal diterjemahkan bahwa Tuhan Yesus telah dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat dari dahulu sekarang dan selamanya. 

Frasa “Kasih karunia Allah” yang memperkenan Yesus mengalami penderitaan berhubungan dengan Yohanes 3:16 dimana Allah memberikan Anak-Nya yang tunggal sebagai korban tebusan bagi seluruh umat Manusia. Selain itu konteks ini mengacu pada penebusan yang diwakili, digantikan oleh Yesus Kristus (lih. Yes 53:6; Rom 5:6,8,10,17-19; I Kor 15:22; I Tim 2 : 4,6; 4:10; Titus 2:11; II Pet 3:9) Yesus mati untuk mengatasi masalah dosa manusia. Satu-satunya hal yang menghalangi semua manusia untuk diselamatkan adalah keengganan mereka untuk menerima karunia Allah yang cuma-cuma dalam karya paripurna Yesus Kristus dengan iman (lih. Yoh 3:17-21).

Kristus disempurnakan melalui penderitaan (2:10-13)

Ay. 10 Ini berarti penderitaan, dan Dia memang menderita. Melalui penderitaan ini pengalaman-Nya sebagai manusia menjadi sempurna. Dia menjadi keseluruhan hidup sebagai manusia, sejak lahir hingga mati. Dengan demikian Kristus disempurnakan melalui penderitaan, dan karena itu Ia dapat ikut merasakan kebutuhan setiap orang. Kata “sempurna” memiliki arti sesungguhnya adalah sempurna, atau menuju dalam kepenuhan. Dan kata sempurna memiliki makna sempurna di dalam moral, sempurna. Bisa juga berarti lengkap, penuh, atau untuk memberikan suatu aktifitas yang selesai dengan sukses. Kata ini memakai verb infinitife aorist yang berarti bahwa kesempurnaan yang Yesus alami adalah sekali saja dengan satu tujuan yaitu menjadi pemimpin yang membawa kepada keselamatan. Yesus menyelesaikan pekerjaannya tersebut dengan sukses dan selesai. Karena Dia menderita, Dia sekarang sepenuhnya memenuhi syarat untuk melayani dengan memimpin (bd. Ibr 12:2) manusia kepada keselamatan.

Penulis Ibrani menggunakan kata “sempurna” tiga kali untuk menjelaskan Yesus (lih. 2:10; 5:9; 7:28) dan tiga kali untuk menjelaskan para pengikutNya (lih. 10:14; 11:40; 12:23). Yesus sungguh-sungguh seorang manusia (lih. Luk 2:40,52). Ia bertumbuh di dalam iman dan ketaatan (lih. Luk 2:40,52). Ia telah diuji oleh kesulitan (lih. 5:8-9). Ia telah menghadapi dan mengalahkan setiap penghalang rohani (lih. 4:15). Ia menjadi contoh yang baik bagi umat manusia (lih. I Pet 2:21). 

Ay. 11 kata “sebab” menunjukkan suatu alasan bahwa Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan. Kata “menguduskan” dalam bahasa Greek yang berarti Menyebabkan seseorang untuk memiliki kualitas kekudusan, untuk membuat kudus. Dilihat dari tensesnya kata ini memiliki suatu peristiwa yang terus-menerus terjadi dan belum selesai, dan kegiatan ini dilakukan secara aktif oleh subyek. Jadi Tuhan Yesus melakukan kegiatan untuk menjadikan atau membuat seseorang kudus setiap hari, terus-menerus. “dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu;” Frasa ini menunjukkan adanya suatu hubungan yang erat antara Tuhan Yesus dengan jemaat itu sendiri. Dalam terjemahan NAS ada penambahan “Bapa”. Jadi orang percaya dan Yesus berasal dari satu Bapa. Istilah ini mengaju kepada hubungan dalam sebuah keluarga. Ayat selanjutnya menegaskan bahwa “Ia tidak malu menyebut mereka saudara. Karena orang percaya adalah satu keluarga maka Allah bersedia menjadi penebus bagi mereka, menguduskan mereka (2:10-11).

Ay. 12-13 Rangkaian kutipan PL ini menggambarkan bagaimana Yesus mengidentifikasikan diri dengan orang percaya menggunakan teks-teks PL ini.  “Sesungguhnya, inilah aku dan anak-anak yang telah diberikan allah kepada-ku” Ini adalah suatu kutipan dari Septuaginta dari Yes 8:18. Keseluruhan hal ini adalah untuk menekankan kesatuan Yesus dengan orang percaya (2:17).

Juruselamat yang mengalahkan maut (14-15)

Ay. 14-15 Kekalahan Iblis dan maut menunjukkan bahwa karya pendamaian Kristus berhasil. Tetapi bukan hanya ada kekalahan, melainkan juga kelepasan. Walaupun ketakutan dapat memperbudak dan takut mati sudah sejak dahulu menghantui umat manusia, Kristus telah menyelesaikan masalah ini melalui kematian dam kebangkitan-Nya sendiri. Sebagai manusia Ia mati Dia mendapat bagian di dalam darah dan daging dan karena itu Ia mati, tetapi melalui kematian-Nya ada kelepasan. Kata kerja “mendapat bagian” yang memiliki arti untuk bergabung dengan orang lain dalam beberapa kegiatan atau, untuk bergabung dalam melakukan, bisa juga dikatakan persekutuan. Dimana kegiatan ini berlangsung di masa lampau namun masih berdampak hingga saat ini. Hal ini berbicara tentang kemanusian Yesus. 

Baca Juga: Peran Pengorbanan dalam Keselamatan

Oleh karena itu, kuasa Iblis telah dijadikan tidak berdaya, bahkan memusnahkan dan karya pendamaian Kristus benar-benar telah memuaskan Allah (Yes 53:11). Bila kita melihat dari bahasa aslinya kata “memusnahkan” memiliki arti “di masa lampau menghancurkan” jadi benar-benar bahwa iblis sudah dihancurkan pekerjaannya di bawah kaki Kristus. Betapa besar kemenangan yang Ia miliki? Dan betapa besarnya kemenangan yang dimiliki oleh semua orang yang percaya kepada-Nya. Iblis dan maut telah dikalahkan sehingga ketakutan kepada maut kini sudah tiada lagi. Orang yang bebas di dalam Kristus memang sungguh-sungguh merupakan orang yang paling bebas di dunia ini.

Imam Besar yang penuh kasih dan setia (16-18)

Ay. 16 menjelaskan bahwa Yesus lebih mengasihi keturunan Abraham (manusia) dari pada malaikat-malaikat. Oleh sebab itu dalam segala hal Yesus disamakan dengan manusia, supaya Yesus menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan  dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa (2:17). Dari ayat ini menujukkan bahwa suart Ibrani adalah kitab unik dalam PB dalam menyebut Yesus Imam Besar. Ada beberapa tempat dalam PL di mana Mesias dijelaskan dengan istilah-istilah keimaman (lih. Maz 110:4; Zak 3-4). Tema ini akan dikembangkan sepenuhnya dalam pasal 4:14-5:10 dan 6:13-7:28. Ibrani menerangkan karya ke-Imam Besar-an Yesus dalam beberapa cara. 

  1. Penebusan dosa (2:17; 7:27; 9:14) 
  2. Kekuatan bagi mereka yang dicobai oleh dosa (2:18) 
  3. Anugerah di saat diperlukan (4:15-16) 
  4. Membawa kehidupan kekal (5:9-10) 
  5. Bersyafaat atas nama orang percaya (7:25) 
  6. Dengan percaya menghampiri Allah yang Maha Kudus (10:19-21) 

Ay. 18 Yesus sungguh-sungguh nyata telah menderita karena pencobaan, maka ia dapat menolong mereka yang dicobai. Kata “pencobaan” ini di alami di masa lampau. Sebenarnya kata pencobaan ini mengacu kepada memiliki konotasi menggoda dengan suatu pandangan menuju kehancuran (lih. 4:15; Mat 4:1). Si jahat berusaha untuk menghancurkan-Nya di Kalvari, tetapi Allah membalikkan ini justru menjadi kemenangan besar penebusan. Frasa “Ia dapat menolong mereka yang dicobai” merupakan tindakan Yesus ketika Ia menjadi pemenang, Ia juga akan menolong umat-Nya menjadi pemenang bahkan lebih dari pemenang. Kebenaran yang sama ini diulangi dalam 4:15. Yesus sepenuhnya mengidentifikasikan diri dengan umatNya yang lemah (2:17). Oleh sesab itu mereka membutuhkan perantara untuk mendamaikan mereka dengan Allah (Bapa). Dari frasa di atas ada kata “menolong” yang berarti bahwa Tuhan Yesus itu menolong kita setiap hari, terus-menerus, dan tidak pernah berakhir. 

Posting Komentar untuk "Yesus Kristus Juruselamat yang Sempurna (Ibrani 2:1-18)"