Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Eksposisi Kitab Yohanes: Mendengar Firman Allah (Yoh. 6:60)

BIS John 6:60 Sesudah mendengar kata-kata Yesus itu, banyak di antara pengikut-Nya berkata, "Pengajaran ini terlalu berat. Siapa yang dapat menerimanya!"

ITB John 6:60 Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?"

Bagian ini secara khusus membahas tanggapan dari murid-murid terhadap perkataan Yesus. Alkitab berkata: “Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?”(Yoh. 6:60). Ayat ini menjelaskan bahwa murid-murid memberikan respon dari semua pengajaran Tuhan Yesus. Dalam hal ini bagian tentang “Roti Hidup” yang menjadi perdebatan dan membuat murid-murid-Nya bersungut-sungut.  

Konteks ayat ini menunjukkan bahwa pendengar tidak hanya kedua belas murid-murid, tetapi orang-orang Yahudi, yang mengaku sebagai musuh Tuhan Yesus dan ajaran-Nya. Banyak dari antara murid-murid-Nya, bahkan sepertinya sebagian besar murid-murid, yang merupakan pendengar setia-Nya dan mengikuti Tuhan Yesus secara terbuka. Semuanya merupakan sebuah kelompok campuran yang besar, seperti orang-orang di antara bangsa Israel. 

Kata “sesudah” di sini menunjukkan waktu sebelumnya, di mana Tuhan Yesus memberitakan Firman Tuhan tentang Roti Hidup. Hal ini bermula pada saat para pengikut Tuhan Yesus sudah merasakan mujizat Tuhan melalui lima roti dan dua ikan. Mujizat dan tanda-tanda ajaib itulah yang membuat murid-murid-Nya terus mengikuti Dia. Namun Tuhan Yesus mengerti hati mereka, dan Tuhan Yesus menegur mereka: “…kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang” (Yoh. 6:26). 

Motivasi murid-murid mengikut Tuhan Yesus adalah berkat “Roti yang dapat binasa” bukan mencari perkara atau berkat yang tidak dapat binasa. Yesus berkata: “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya” (Yoh. 6:27). Dalam terjemahan FAYH: “Sesungguhnya janganlah terlalu pusing mengenai barang-barang yang fana seperti makanan, melainkan berusahalah mencari hidup kekal, yang Aku, Mesias, dapat berikan kepadamu. Karena Allah Bapa telah mengutus Aku untuk maksud ini (Yoh. 6:27). 

Tuhan Yesus mengatakan bahwa seseorang harus bekerja keras untuk memperoleh bagian dalam kekekalan. Fokus hidup bukanlah hal-hal fana atau duniawi, melainkan perkara-perkara yang akan dating, yaitu “hidup kekal”. Jalan untuk hidup kekal adalah “percaya kepada Tuhan Yesus sebab Dialah yang diutus Bapa (“disahkan oleh Bapa”). Penetapan yang disahkan Bapa kepada Anak, yaitu memberikan “makanan kehidupan”, seperti yang diperlihatkan pada ayat 53-58.

Baca Juga: Makna Kasih Karunia dalam Ef. 2:8-10.

Orang banyak di situ bersoal jawab mengenai “manna dari sorga” yang diberikan Allah melalui Musa, pada jaman nenek moyang mereka. Namun Yesus menjelaskan kesalahpahaman mereka soal manna. Tuhan Yesus berkata: Maka kata Yesus kepada mereka: 

“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia” (Yoh. 6:32-33). 

Inilah kesalahpahaman itu, yaitu Allah memberikan Roti yang turun dari sorga. Dengan ini, Tuhan Yesus bukan hanya menegaskan bahwa Allah memberi “roti dari surga” di masa lampau dan tetap melakukannya pada saat itu juga, dan secara terus terang Tuhan Yesus menyatakan bahwa diri-Nya sendiri adalah “roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari surga” (Yohanes 6:33). Dalam pengungkapan suatu gerakan kerinduan rohani mereka meminta roti yang turun dari surga itu, namun keterikatan mereka dengan pola berpikir alami akan semakin nyata dalam kelanjutan percakapannya. 

Dalam hal ini orang banya dan murid-murid yang mengikuti Tuhan Yesus masih terbelenggu tentang perkara dunia. Sehingga mereka bertanya: “….Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa”. Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi” (Yoh. 6:34-35). 

Tuhan Yesus juga menegaskan, bahwa tujuan-Nya datang ke dunia ini bukan untuk memberikan makanan yang hanya dapat mengenyangkan tubuh jasmani yang bersifat sementara, melainkan makanan yang memelihara kehidupan rohani dan memberi hidup yang kekal. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai pusat dan Pemilik kehidupan universal. Sebab siapa pun yang memakan daging-Nya dan meminum darah-Nya, pasti mendapatkan hidup kekal, bahkan dibangkitkan pada akhir zaman (Yoh. 6:54). 

Pernyataan ini sekaligus bermakna, bahwa menolak roti hidup berarti binasa. Seperti roti biasa dapat memberikan kehidupan biasa, demikian juga Roti Hidup memberikan kehidupan kekal. Maka, pernyataan “tidak akan lapar lagi ... tidak akan haus lagi”. Tuhan Yesus sepenuhnya memenuhi kebutuhan manusia yang terdalam, yang memberi makanan dan minuman kekekalan, namun ini ditolak oleh mereka yang tidak mau percaya (ay. 36). 

Dalam ayat 35 ini ada unsur yang merupakan kiasan “roti hidup; lapar; dan haus” dan ada unsur yang harfiah “datang; dan percaya”. Integrasi antara unsur yang harfiah dan unsur kiasan yang ada dalam ayat ini menolong penulis untuk lebih memahami arti yang dimaksudkan dalam ayat 49-58.  Setiap orang yang datang kepada Tuhan Yesus, masing-masing digerakkan (ditarik) oleh Allah dengan suatu dorongan di dalam hatinya, namun masing-masing bebas untuk mengikuti dorongan itu atau tidak. Tuhan Yesus berjanji akan menerima semua orang yang datang kepada-Nya dalam pertobatan dan iman (Yoh. 6:44).

Dalam percakapan inilah Tuhan memberikan pertentangan dan menimbulkan sungut-sungut orang Yahudi (ay. 41; 52). Tuhan Yesus juga menimbulkan pertengkaran bagi kalangan orang Yahudi, di mana Tuhan Yesus berkata: 

Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia. Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan” (Yoh. 6:50-51). 
Sekali lagi Tuhan Yesus mengatakan bahwa: “…Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya” (Yoh. 6:53-58).

Kalimat inilah yang membuat banyak dari murid-murid-Nya mengundurkan diri (Yoh. 6:66). Makan daging-Ku dan minum darah-Ku sesungguhnya menunjukkan pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib. Sementara kata “makan” di sini menunjukkan kasus present yang dilakukan terus-menerus. Dalam hal ini setiap orang harus mengalami kematian Kristus setiap hari, namun banyak dari mereka tidak mendengarkan perkataan Tuhan Yesus. Kata “mendengar” di sini diambil dari kata ἀκούω (akouo) yang berarti: mengerti, mendengarkan untuk taat, menerima sebagai wujud respon dari mendengarkan, menyadari. 

Pengertian ini menjelaskan bahwa seharusnya setiap orang yang mendengarkan kebenaran Firman Tuhan terkhusus untuk hidup serupa dalam kematian Kristus setiap hari, haruslah ia mendengarkan, memahami, dan menerima dengan taat untuk dilakukan. Dapat disimpulkan bawa seorang yang mendengar adalah dengar, terima, paham dan melakukan dengan taat. Apabila tidak ada keempat unsur, berarti seseorang belum bisa dikatakan mendengar.

Murid-murid sulit menerima dan mengerti maksud dari perkataan Tuhan Yesus. Frase “perkataan ini keras” menunjuk kepada perkataan yang sulit diterima. Kebenaran yang disampaikan Tuhan Yesus sulit diterima oleh banyak orang bahkan murid-murid-Nya sendiri. Hal ini disebabkan bahwa pikiran kebanyakan orang masih berfokus pada perkara-perkara duniawi, sehingga yang sorgawi diabaikan. Selain itu, iman mereka yang dangkal menyebabkan mereka tidak bisa menerima atau mendengar perkataan Tuhan.

Akhirnya mereka berespon bersungut-sungut (ay. 61), bahkan merasa tergoncang imannya. Frase “Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?”. NASB: cause you to stumble (menyebabkan kamu tersandung); NIV/KJV: offend you (= menyinggung, menyakiti kamu); RSV: take offence (= tersinggung, sakit hati). 

Dari penjelasan ini menunjukkan bahwa setiap orang yang mengikut Tuhan dengan mengharapkan berkat jasmani akan mudah tersinggung dan kecewa, sakit hati. Hal ini mereka hanya mau mendengarkan perkataan yang menyenangkan telingga saja, tetapi tidak mau menerima perkataan yang keras. Firman itu mengajarkan bahwa Tuhan Yesuslah kebutuhan satu-satunya sebab Dia adalah sumber kehidupan. Rendah hatilah, dengarlah, terimalah, pahamilah dan lakukanlah dengan taat setiap perkataan kebenaran. Sebab kebenaran itulah yang menghidupkanmu.

Posting Komentar untuk "Eksposisi Kitab Yohanes: Mendengar Firman Allah (Yoh. 6:60)"