Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Khotbah Penginjilan: Menolong Sesama (Gal. 6:1-6)

Pendahuluan

Menolong sesama adalah tindakan atau sikap saling membantu untuk meringankan beban, penderitaan, kesulitan orang lain. Menolong dalam hal ini bisa berbentuk bantuan tenaga, waktu, dana, ataupun dukungan doa. Tindakan menolong sesama adalah salah satu tanda seorang yang menjadi milik Allah. Sebab “barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya” (Gal. 5:24). Jadi kehidupan Kristen adalah kehidupan yang ditandai dengan buah Roh Kudus. 

Kekristenan tidak lagi terikat dengan hukum-hukum dan peraturan lahiriah, tetapi kehidupan yang dikuasai dan dikendalikan oleh kuasa Roh Kudus. Sehingga seorang Kristen justru memiliki tuntutan-tuntutan yang jauh lebih radikal daripada tuntutan suatu agama yang hanya memaksakan hukum-hukum dan peraturan-peraturan dari luar. 

Kehidupan yang dikuasai oleh Roh Kudus ini akan mengubahkan kepribadian seorang Kristen secara total. Sikap-sikap, tindak-tanduk, dan pikirannya sungguh telah diubahkan dari dalam. Kepada  orang-orang Galatia, Paulus mengajak mereka untuk mengambil bagian dalam salib Kristus (Gal. 2:20). Paulus tidak mengajak orang-orang Galatia untuk mati syahid, tetapi ia menegaskan bahwa orang Kristen harus mati terhadap dirinya sendiri. Orang Kristen harus melepaskan klaim atau hak atas diri sendiri, dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamt atas segala aspek kehidupan. Inilah ciri hidup seorang yang telah dilahirkan baru atau ciptaan baru, dan kehidupan semacam inilah yang berharga di mata Tuhann dan merupakan satu-satunya tanda kelayakan seorang disebut sebagai milik Kristus. 

Salah satu tindakan seorang yang telah dilahirkan kembali adalah tindakan untuk saling menolong sesama. Dalam hal ini Paulus mengingatkan orang-orang Kristen di Galatia untuk hidup tolong menolong. Sebab tindakan ini adalah hasil dari kehidupan yang dipimpin dan dikuasai oleh Roh Kudus. Jadi pada saat seseorang cuek, masa bodoh, pura-pura tidak tahu, dan menutup mata kepada seseorang yang membutuhkan pertolongan adalah seorang yang hidupnya tidak sedang dipenuhi oleh Roh Kudus. Oleh sebab itu yang menjadi pertanyaannya adalah dalam hal apa kita harus menolong sesama?? Sekalipun dalam menolong sesama masih banyak tindakan-tindakan lail yang termasuk dalam tindakan menolong sesama. Namun hari ini kita akan belajar dua hal tentang menolong sesama yang terambil dalam Galatia 6:1-6.

1. Menolong Sesama untuk Hidup dalam Kebenaran (Ay. 1)

Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan. (Gal. 6:1 ITB). Saudara-saudari, kalau di antara jemaat ada orang yang ketahuan jatuh ke dalam dosa, maka hendaklah setiap kalian yang hidupnya dipimpin Roh Kudus membimbing dia untuk kembali kepada jalan yang benar. Tetapi lakukanlah itu dengan lemah lembut sambil tetap waspada dengan dirimu sendiri, supaya kamu tidak ikut tergoda untuk berbuat dosa (Gal. 6:1 TSI).

Paulus dalam hal ini menasihati orang-orang Kristen di Galatia untuk tidak saling menghakimi orang lain, tetapi orang yang dikuasai Roh Kudus harus menolong orang lain untuk hidup dalam kebenaran. Karena pada dasarnya seorang Kristen tidak memiliki kekuatan moril untuk melakukan yang benar kalau bukan karena kuasa Roh Kudus. Alkitab mengatakan apabila ada seorang jemaat ada yang melakukan dosa, maka kita yang hidupnya dipimpin oleh Roh Kudus harus memimpin dia untuk kembali ke jalan yang benar. Kata “memimpin” dalam ayat tersebut berbicara tentang membantu seseorang untuk pulih atau orang percaya harus setiap hari membantu memulihkan seorang yang jatuh dalam dosa. 

Selain memulihkan, memimpin dalam ayat tersebut juga berbicara tentang memperbaiki sesuatu yang telah rusak dan hancur. Dalam hal ini orang percaya dituntut untuk menolong sesama dengan memperbaiki kehidupan seseorang yang telah hancur dan rusak. Caranya adalah dengen mengenalkan Yesus kepada seorang yang telah jatuh dalam dosa. Sebab di dalam Yesus tidak ada hidup yang tidak bisa diperbaiki. Yesus sanggup mengubahkan hidup seorang yang telah hancur, biarpun masa lalu seseorang rusak parah, Yesus sanggup mengubahnya. 

Memimpin juga berbicara tentang membantu menyelesaikan permasalahan seseorang. Mungkin yang dilakukan adalah tindakan berdosa, tindakan bodoh, tindakan yang salah, tetapi sebagai seorang yang dikuasai oleh Roh kita justru datang memberikan kedamaian dan membantu menyelesaikan persoalan orang tersebut, dengan memberikan solusi, nasehat, dan juga mendoakan sesama kita.

Tetapi apabila kita melihat seorang yang jatuh dalam dosa, terkadang justru kita marah dan cenderung menghakimi. Alkitab berkata bahwa kita harus menolong sesama yang jatuh dalam dosa dengan kelemah-lembutan. Terkadang banyak orang yang telah jatuh dalam dosa, mereka tidak bertobat dan tetap tinggal dalam dosanya karena kita datang kepada mereka, tidak dengan kelemahlembutan, tetapi justru dengan amarah, menghakimi, memojokkan, dan cenderung menyalahkan. 

Dalam hal ini orang percaya harus menolong sesama untuk bertobat dan memperkenalkan mereka kepada Yesus yang adalah jalan kebenaran (Yoh. 14:6). Sambil tetap waspada dan menjaga diri kita, supaya kita tidak ikut tergoda untuk berbuat dosa. Sekali lagi menolong dalam ayat ini adalah sebuah perintah yang harus dilakukan setiap hari, setiap waktu, terus-menerus dan tidak berhenti. Nasihat ini juga tertuju kepada kita semua untuk senantiasa menolong sesama kita. 

2. Menolong Sesama untuk Menanggung Beban (Ay. 2-6)

2Hendaklah setiap kita saling tolong menolong untuk meringankan beban saudara-saudari kita seiman yang mengalami kelemahan atau kesusahan. Dengan begitu kita menaati Hukum Kasih yang diberikan oleh Kristus. 3Karena kalau kamu menganggap dirimu lebih istimewa untuk menolong saudara-saudari kita itu, berarti kamu menipu dirimu sendiri. Kamu tidak lebih istimewa dari saudara seiman yang mana pun! 4Tidak usah membanding-bandingkan dirimu dengan saudara-saudari seiman yang lain. Tetapi biarlah kamu sendiri saja yang menilai perbuatanmu. Lalu kamu boleh puas dengan cara kamu sendiri melayani Kristus —  tanpa memikirkan orang lain. 5Karena setiap kita akan menghadap Allah dan mempertanggung-jawabkan perbuatan kita masing-masing. 6Hendaklah setiap kita anggota jemaat yang menerima pengajaran Firman Allah membagikan sebagian dari penghasilan kita kepada orang yang bertugas mengajar kita. (Gal. 6:2-6).

Sekali lagi Paulus dalam hal ini menegur dengan keras terhadap penyimpangan yang terjadi di jemaat Galatia. Ada kelompok orang yang tidak jatuh ke dalam kesalahan tersebut, namun memakai surat Paulus ini untuk menghakimi kelompok mereka yang sudah tersesat. Paulus tidak ingin ada orang yang bermegah atas kejatuhan orang lain. Justru orang yang tidak jatuh karena rohaninya kuat harus mampu menunjukkan sikap kristiani yang penuh kasih terhadap mereka yang jatuh. Sikap kristiani itu adalah wujud kualitas kekristenan sejati. Orang Kristen harus memiliki sikap yang meneladani Kristus.

Orang Kristen juga perlu menyadari bahwa kita juga punya kesempatan untuk jatuh dalam dosa, sehingga kita perlu selalu berjaga-jaga agar tidak jatuh (Gal. 6:3). Bukan berarti bahwa kita yang rohani sudah kebal dari berbagai kemungkinan untuk jatuh ke dalam dosa. Sebab itu Paulus menasihati agar mereka juga waspada sehingga tidak ikut jatuh. 

Di sisi lain, orang yang rohani tidak boleh membanggakan diri karena sudah mampu membimbing orang lain (Gal. 6:4-5). Juga tidak boleh menghakimi karena kelemahan orang yang mereka layani. Sebaliknya mereka harus sadar bahwa merupakan kehendak Tuhanlah bila mereka menolong sesama saudara seiman (Gal. 6:3). Sebab itu mereka harus memusatkan diri pada tanggung jawab pribadi di hadapan Allah, yaitu pada karya Allah di dalam dan melalui diri mereka. Lalu sebagai timbal balik, mereka yang menerima pelayanan harus berbagi dengan orang yang telah melayani mereka (Gal. 6:6). Dengan kesadaran seperti itu, terbangunlah sikap saling menolong di antara sesama anak Tuhan (Gal. 6:2). 

Kesimpulan 

Oleh sebab itu hendaklah kita saling menolong menanggung beban atau kesulitan yang dialami oleh sesama kita. Dan kita yang merasa dekat dengan Tuhan seharusnya berkerinduan untuk memulihkan dan mendoakan orang yang tersandung dosa dan bukan malah menuding. Begitulah seharusnya persekutuan sesama anggota tubuh Kristus, saling menanggung beban satu sama lain dan peduli terhadap anggota yang sedang mengalami kejatuhan dalam dosa.

“Orang yang suka menolong banyak sahabatnya, dan para pengampun berlimpah saudaranya”

2 komentar untuk "Khotbah Penginjilan: Menolong Sesama (Gal. 6:1-6)"