Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Khotbah Kristen: Bangkit dari Kegagalan (2 Sam. 12:1-25)

Pendahuluan

Setiap kita pernah mengalami kegagalan. Kegagalan dalam bisnis/pekerjaan, kegagalan dalam dalam studi, kegagalan dalam ekonomi, bahkan kegagalan rumah tangga. Bukan hanya itu saja, kegagalan ini juga terlihat dalam ketidaktaatan kita melakukan perintah Tuhan, kita gagal menjaga kekudusan, bagi yang muda udah nyosor duluan sebelum sah menikah, mungkin hamil duluan sebelum menikah atau mungkin kita masih gagal dalam mengalahkan kemalasan, kita gagal mengampuni orang lain, dosa pesta pora, dosa perjudian dsb. Daftar-daftar kegagalan dan dosa ini terkadang membuat kita, sulit bangkit dan cenderung berkata: “sekali sudah bobrok, biarlah sekalian bobrok”. 

Ingat dosa itu bukanlah sekedar kelemahan atau kekurangan, tetapi segala sesuatu yang tidak berkenan di hadapan TUHAN.  Dan perlu kita sadari bahwa setiap kita memiliki kehancurannya masing-masing, setiap kita punya masa lalu yang bisa dikatakan pahit. Namun sebuah pilihan adalah apakah saudara mau bangkit dari kegagalan atau tetap mau hidup dalam kegagalan? Suadara mau jadi pemenang atau jadi pecundang? Pilihan ada ditangan kita.  

Hari ini kita akan belajar dari kehidupan Daud, di mana Daud adalah seorang yang mampu bangkit dari kegagalannya. Apabila dibandingkan dengan Saul, respons Daud Ketika mengalami kegagalan atau jatuh dalam dosa sangat berbeda dengan Saul. Ketika Saul gagal justru yang ia lakukan adalah ngeles, cari pembenaran, banyak alasan dan cenderung menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Padahal dosa Saul terlihat lebih ringan dibandingkan Daud. Tetapi sebenarnya dosa Saul juga berat, karena dosanya disejajarkan dengan dosa petenung, dan dosa penyembahan berhala, sebab Saul tidak taat dan memberontak Tuhan. Sedangkan Daud adalah berzinah, dia seorang “pebinor”, (perebut bini orang), bukan hanya itu saja, ia merancangkan kejahatan atas kematian Uria, yaitu suami dari Batsyeba. Hal ini sama saja dengan menghina Tuhan, melecehkan nama Tuhan, menista nama Tuhan (ay. 9). Menurut saya, dosa Saul dan Daud adalah sama beratnya. Ingat ketidaktaatan kita adalah sebuah pemberontakan dihadapan Tuhan dan dosa merupakan penghinaan bagi nama Tuhan. Sama seperti kita telah melempar kotoran di muka Tuhan. Sangat menjijikan.  

Bagaimana caranya untuk bangkit dari kegagalan?

1. Mengakui Dosa (ay. 13)

Pada saat Nabi Natan menegur dosa-dosa Daud, respon Daud bukannya menghindari teguran, tetapi Daud sadar dan mengakui dosa-dosanya. Daud tidak cari pembenaran, Daud tidak ngeles dan mencari kambing hitam, tetapi Daud berkata: “Aku sudah berdosa kepada Tuhan”. Pengakuan Daud ini berkaitan dengan dosa kebejatan moral, kejahatan moral dan tidak sesuai dengan tujuannya Allah (melenceng). Daud menunjukkan sikap yang rendah hati dengan mengakui dosa-dosanya di hadapan Tuhan dan di hadapan nabi Tuhan. 

Terkadang kita sulit mengakui setiap kegagalan-kegagalan kita, kita berusaha menutup-nutupi dosa-dosa yang telah kita perbuat. Kalau bisa jangan sampai ada orang yang tahu. Mungkin saudara saat ini sedang mengalami kegagalan, mungkin saudara saat ini masih simpan dosa dan tidak mau mengakuinya di hadapan Tuhan. Dosa tidak hanya berkaitan dengan seksual (selingkuh, berzinah dsb), tetapi segala sesuatu yang tidak sesuai dengan karakternya Tuhan. Kalua di antara keluargamu masih simpan-simpan rahasia, yukk terbuka sekalipun itu diawalnya sangat menyakitkan. Apabila di dalam hubungan keluarga, suami dan istri, orang tua dengan anak masih simpan rasa pahit, jengkel dan marah, mari sama-sama mengadakan pengakuan, dan memberikan pengampunan. 

Baca juga: Dosa dalam Pandangan Kristen

Untuk mengaku dosa, dibutuhkan kerendahan hati. Sulit bagi orang sombong untung mengakui dosa-dosanya, karena ia masih merasa benar dan tidak mau dipersalahkan. Akui dosamu, maka Ia adalah setia dan adil, Tuhan akan mengampuni dan menyucikan kita (1 Yoh. 1:9).

2. Menerima Konsekuensi (ay. 15-19)

Kerendahan hati Daud terbukti, di mana ia mau menerima konsekuensi dari dosa yang telah diperbuatnya. Konsekuensi yang diterima Daud adalah pedang tidak akan menyingkir dari keturunan Daud sampai selamanya, keluarga Daud menerima malapetaka, istri-istri Daud diperkosa di depan banyak orang, Anak yang ada dalam kandungan Batsyeba mati (ay. 10-12, 14). Setiap kegagalan dosa pasti mendatangkan konsekuensi, tidak ada kesalahan yang tidak mendatangkan konsekuensi. Sepanjang kehidupan Daud bukanlah Bahagia yang didapat, tetapi kepedihan yang diakibatkan dari dosa-dosa yang telah diperbuatnya. 

Kadang banyak orang suka berbuat dosa, tetapi tidak mau bertanggung jawab. Sulitnya orang mengaku dosa, karena takut dengan konsekuensi dari pengakuannya. “Nanti kalau aku ngaku, aku kena marah, nanti kalau aku ngaku dosa, semua orang jadi tahu aibku, dan itu sungguh membuatku malu”. Ketika kita mengaku dosa, Tuhan pasti ampuni, tetapi konsekuensi dari dosa dan kegagalan yang telah kita buat pasti akan tetap berlangsung. Seorang yang mau bangkit dari keterpurukan bukannya menghindar dari tanggung jawab, tetapi justru berani menanggung resiko atas dosa-dosa yang telah diperbuat. Jangan sampai kita jadi seorang pengecut. Kalua kita salah, akui, dan terima konsekuensinya. 

3. Membangun Persekutuan dengan Tuhan (ay. 20)

Daud berespon begitu indah. Ketika ia jatuh dalam dosa, ia tidak lari menjauh dari Tuhan, justru ia lari mendekat kepada Tuhan. Daud masuk dalam rumah Tuhan dan sujud menyembah. Kata “menyembah” di sini memiliki pengertian ekspresi penyembahan dengan membungkuk dan perendahan diri dihadapan Tuhan. 

Ketika seorang sadar telah gagal, jatuh dalam dosa, biasanya bukannya insaf dan mencari Tuhan, tetapi menjauh dari Tuhan. Inilah ciri-ciri orang yang sombong, angkuh dan tidak tahu diri, kurang ajar di hadapan Tuhan. Sudah tahu jatuh dalam dosa, malah menjauh dari Tuhan. Perhatikan Daud, ketika ia jatuh dalam dosa dan gagal, justru ia merendahkan diri dihadapan Tuhan dan  menyembah Allah. Pada saat kita sadar bahwa kita manusia pendosa, kita banyak salah, kita banyak jatuh, harusnya kita bergantung penuh pada anugerah Allah yang akan memampukan kita untuk hidup dalam kebenaran. Pada saat kita menjauh dari Tuhan, justru kita makin hancur dan terpuruk. Tetapi pada saat kita hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, justru Tuhan akan mampukan kita untuk tetap berdiri dan kuat melewati segala sesuatu yang akan kita alami. 

Kesimpulan

Ada tiga cara untuk bangkit dari kegagalan dosa. Pertama, Mengakui dosa. Kedua, Menerima konsekuensi. Ketiga, Membangun persekutuan dengan Tuhan. 

Posting Komentar untuk " Khotbah Kristen: Bangkit dari Kegagalan (2 Sam. 12:1-25)"