Khotbah Natal: Imanuel (Matius. 1:23)
Teks ini menjelaskan tentang “Kelahiran Yesus Kristus”, di mana Yesus disebut juga Immanuel. Kita tahu bahwa Immanuel berarti “Tuhan Beserta kita; Tuhan Ada Bersama kita”. Immanuel ini merupakan gelar untuk Mesias yang lahir dari seorang perawan (Mat. 1:23; Yes. 7:14). Immanuel yang berarti Tuhan beserta kita ini juga memiliki pengertian yang begitu dalam, di mana Yesus adalah Allah yang Bersatu dengan manusia, dan menunjukkan bahwa Allah berdiam dalam tubuh manusia. Inilah yang disebut Allah berinkarnasi menjadi manusia, tanpa menghilangkan sifat keAllahannya.
Inkarnasi ini merupakan penyataan tertinggi Allah, di mana Ia yang transenden (jauh dari manusia), dalam takhta-Nya yang kudus, menjadi imanen (dekat manusia) dalam tubuh insani. Allah yang tidak tampak, melalui inkarnasi menjadi nyata dalam tubuh manusia Yesus Kristus.
Kata inkarnasi memang tidak terdapat dalam Alkitab Bahasa Yunanni. Asal katanya dari Bahasa latin adalah In Carne yang dalam Bahasa Yunanninya ialah en sarki yang berarti: “dalam daging”. Alkitab memberikan petunjuk bahwa: “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh. 1:14). Cara Allah berinkarnasi ini adalah dengan cara “lahir dari seorang perawan, di mana anak dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus” (Mat. 1:20). Kelahiran Yesus dari seorang perawan memenuhi ketiga syarat ini:
- Satu-satunya cara Yesus dapat lahir sebagai manusia ialah dengan lahir dari seorang wanita.
- Satu-satunya cara Ia dapat lahir tanpa dosa ialah dengan cara dikandung oleh Roh Kudus (Mat. 1:20; bnd. Ibr. 4:15).
- Satu-satunya cara Ia dapat sepenuhnya Ilahi adalah dengan Allah sendiri selaku Bapa-Nya. Oleh karena itu Yesus tidak dikandung secara alamiah, melainkan secara adikodrati, “anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah” (Luk. 1:35). Karena itu Yesus Kristus dinyatakan kepada kita sebagai satu pribadi dengan dua tabiat ilahi dan manusiawi tanpa dosa. Jadi kemanusiaan-Nya sungguh unik.
Pentingnya kelahiran dari seorang perawan tidak dapat dititikberatkan secukupnya. Agar Sang Penebus dapat memenuhi syarat untuk menanggung hukuman karena dosa kita dan membawa keselamatan, maka di dalam dirinya Ia harus sepenuhnya manusia tanpa dosa dan sepenuhnya ilahi atau Allah sejati (Ibr 7:25-26).
Sekali lagi tujuan dari kelahiran Yesus adalah untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa (Mat. 1:21). Roma 8:3 mengatakan: “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging.” Dengan hidup dan menderita sebagai manusia, Yesus turut merasakan kelemahan kita (Ibr. 4:15-16). Sebagai Anak Allah yang ilahi, Ia berkuasa untuk melepaskan kita dari perbudakan dosa dan kuasa Iblis (Kis. 26:18; Kol. 2:15; Ibr. 2:14; 4:14-16; 7:25). Sebagai ilahi dan manusiawi, Ia memenuhi syarat untuk menjadi korban karena dosa setiap orang, dan menjadi Imam Besar yang memohon syafaat untuk semua orang yang datang kepada Allah (Ibr. 2:9-18; 5:1-9; 7:24-28; 10:4-12).
Apabila kita memperhatikan dalam Perjanjian Baru dari awal sampai akhir bersifat Kristosentris. PB berbicara tentang satu pribadi, di mana ada satu persekutuan orang-orang yang berpusat pada satu orang dan pribadi itu adalah Yesus Kristus. Di dalam Dialah Allah berbuat bagi kita, bersabda kepada kita, datang menghampiri kita dan beserta kita (Immanuel).
Alkitab mencatat tekanan-tekanan yang menandai penjelmaan-Nya. Sebagai fakta sejarah, Yesus pernah ada, hidup dan bergiat dalam sejarah manusia. Kisah tentang Yesus Kristus berbeda dengan tokoh-tokoh film dan tokoh-tokoh seperti Arjuna, Bima, atau yang lain. Kisah Yesus adalah kisah yang riil atau nyata dan bukan imajinasi atau mitos yang beredar. Yesus memang pernah ada dalam sejarah manusia, lahir di suatu tempat di bumi ini (Mat. 2:1; Luk. 2:4), dari suatu bangsa dan dalam suatu jaman (Luk. 2:1).
Natal tahun ini mengingatkan kita tentang anugerah terbesar yang diberkan Allah kepada manusia, di mana Allah yang Mulia rela berinkarnasi menjadi manusia dan menjadi korban tebusan bagi manusia berdosa.
Posting Komentar untuk "Khotbah Natal: Imanuel (Matius. 1:23)"