Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Doktrin Keselamatan: Konsep Pemuasan


Istilah Perjanjian Baru yang digunakan untuk menjelaskan konsep ini ialah hilasmos yang berarti “memuaskan atau mendamaikan dengan diri sendiri”. Dalam LXX (Septuaginta) istilah yang digunakan adalah kapher yang berarti “menutupi” atau “memeteraikan”. Pemakaiannya lebih berhubungan dengan kenajisan dan bukannya kelaliman orang berdosa. Istilah ini seringkali diterjemahkan dengan kata pendamaian. Hal yang paling utama disini ialah bahwa kebanran Kristus menutupi kecemaran manusia sehingga Allah puas dan tak mengingat dosa-dosa manusia lagi. Arti teologisnya ialah bahwa kematian Yesus Kristus, memuaskan hati Allah. Murka Allah atas manusia yang disebabkan oleh dosa (Mrk. 3:29; Rm. 1:18), diangkat, karena kematian Kristus telah memuaskan hati Allah dan menyebabkan Ia menerima orang percaya ke dalam keluarga-Nya. Mereka mempercayakan diri mereka kepada Dia yang memuaskan Allah itu, sehingga kebenaran Kristus menutupi orang-orang berdosa dan kebenaran Allah dinyatakan dalam diri mereka.

Firman Allah banyak memberikan pernyataan tentang murka Allah. Dalam Perjanjian Baru, dinyatakan bahwa ketidaktaatan kepada Yesus Kristus akan mendapat murka Allah (Yoh. 3:36); kefasikan dan kelaliman manusia akan mendapat murka Allah (Rm. 1:18); kekerasan hati dan tidak mau bertobat menimbulkan murka Allah (Rm. 2:5); kata-kata hampa berarti mendatangkan murka Allah (Ef. 5:6); tetapi orang yang telah percaya dibebskan dari murka Allah (Rm. 5:9). Sejalan dengan pikiran ini, Perjanjian Baru memperkenalkan kematian Kristus sebagai pemuasan terhadap murka Allah, “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya (Rm. 3:25).

Beberapa ayat penting sehubungan dengan doktrin pemuasan adalah Yesus adalah pendamaian untuk segala dosa kita (1 Yoh. 2:2); Allah telah mengutus anak-Nya untuk menebus dos akita (1 Yoh. 4:10); dan Yesus Kristus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman dalam darah-Nya (Rm. 3:25). Sehubungan dengan pernyataan dalam 1 Yohanes 2:2, yang berbunyi: “dan Ia adalah pendamaian (sama dengan pemuasan) untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia. Wescott dan Dodd memberikan komentar sebagai berikut: “Konsep Alkitab sehubungan dengan kata kerja ini adalah tidak seorangpun yang terhindar dan kemarahan Allah, dan senantiasa ada perasaan pribadi yang berkolusi dalam diri pelanggar, dan karakter yang aneh ini menghalangi adanya persekutuan dengan Allah. Ia sendiri (Kristus) adalah suatu pemuasan. Ada penekanan di sini dengan ajaran imam dalam Perjanjian Lama. Lingkup cakupnya adalah semua orang.” Jadi yang ditutupi dosa-dosanya oleh darah suci Yesus Kristus adalah dosa semua orang yang mau menerimanya. 

Ayat kedua yang menjelaskan konsep pemuasan ini ialah 1 Yohanes 4:10 yang berbunyi: “Inilah kasih itu: bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang  telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamai bagi dosa-dosa kita”, yang berarti segala dosa. 

Roma 3:25 “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian atau sama dengan pemuasan karena iman dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya”. Terdapat di sini istilah hilasterion yaitu pendamaian. Istilah tersebut artinya: tempat pemuasan. Kematian Yesus di sini bukan saja memuaskan hati Allah, tetapi juga sekaligus tempat di mana manusia beroleh kepuasan Allah. Lingkup cakupnya meliputi dosa orang-orang beriman di masa lampau juga.

Beberapa ayat yang lain menyatakan arti “kursi pengadilan” (the throne of grace), salah satu contohnya adalah surat Ibrani 9:5. Hilasterion di sini digunakan untuk melukiskan keadaan di kemah sembahyang, di mana pembungkus dari Taurat, yaitu dua Loh Batu, dinamakan hilasterion, Lihat juga tentang hal itu di dalam Keluaran 25:20 yang berbunyi: “Kerub-kerub itu harus mengembangkan kedua sayapnya ke atas, sedang sayap-sayapnya menudungi tutup pendamaian itu dan mukanya menghadap kepada masing-masing; kepada tutup pendamaian itulah harus menghadap muka kerub-kerub itu.” Pembungkus tersebut mengkilat bercahaya, suatu pernyataan tentang kesucian dan kemuliaan Allah yang adalah pembungkus tahta anugerah. Sedangkan darah yang dicurahkan setahun sekali berfungsi menutup dosa manusia. Jadi latar belakang hilasterion itu sendiri menunjukkan tempat pertemuan Yang Suci (Allah) dan yang berdosa (manusia) (bnd. Kel. 25:22).

Jadi Kristus sendirilah the throne of grace, tempat pertemuan orang berdosa dengan Allah Yang Suci, yang telah dipuaskan oleh hidup anak-Nya yang tanpa dosa dan oleh darah-Nya yang tanpa dosa dan oleh darah pengorbanan-Nya.

Shedd menyimpulkan bahwa oleh persembahan pengganti penebusan orang-orang berdosa murka Allah pada orang berdosa telah dipindahkan dan orang yang telah didamaikan itu telah dibebaskan dari hukuman dosa.

Kristus sudah taat sampai mati, Allah sudah puas. Manusia tak perlu berkorban lagi atau berbuat apapun untuk memuaskan Allah, karena tak akan berhasil untuk memuaskan Allah, karena tak akan berhasil untuk memuaskan hati Allah dengan usaha yang dibuat oleh manusia. Tidak ada dan tidak perlu perbuatan lain apapun untuk memuaskan hati Allah yang memang sudah puas.

Sebelum kematian Kristus, tidak ada kepastian bagi manusia tentang bagaimana memuaskan hati Allah (Luk. 18:13). Kini sudah selesai. Allah sudah puas.

Apakah yang dituntut Allah kemudian? Yang dituntut Allah ialah agar manusia merasa puas dengan pengorbanan Kristus dan menerima-Nya (Yoh. 1:12) dan berjuang untuk tidak kembali ke bawah perhambaan itu atau berdosa lagi, karena memang Allah sudah puas. Ingat korban lain tidak diperlukan lagi kerena Allah sudah puas dengan pengorbanan Yesus Kristus sebagai Anak Domba Allah.

Posting Komentar untuk " Doktrin Keselamatan: Konsep Pemuasan"