Khotbah Kristen: Komitmen Beribadah ( 1 Tim. 4:7b-8)
Latihlah dirimu beribadah. 8Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang (1 Tim. 4:7-8 ITB)
Ibadah merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan umat beragama. Bahkan di dalam kekristenan ibadah merupakan bagian yang sangat penting. Ibadah dalam bahasa inggrisnya worship yang diambil dari Bahasa saxon, weorthscipe, yang artinya menyatakan layak atau penghargaan pada seseorang yang dinilai layak atau diberi penghormatan. Dalam pengertian secara umum ibadah berarti perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ibadah ialah di mana jemaat sebagai umat Allah berkumpul untuk berbakti kepada Allah dan untuk mendengarkan firman-Nya.
Ibadah merupakan suatu wujud ketaatan orang percaya atas apa yang ditetapkan sebagai suatu keharusan untuk pertumbuhan rohani dan untuk berbakti kepada Allah, sebagai umat kepunyaan-Nya. Oleh karena itu, di dalam ibadah yang menjadi tujuan ibadah adalah Yesus. Focus ibadah adalah Allah (theosentris). Semua hal yang hanya memuaskan manusia semata-mata perlu dijauhkan dari ibadah Kristiani, begitu pula semua hal yang bertentangan dengan kehendak Allah.Ibadah mengandung unsur penyembahan dan penyerahan secara total kepada Allah. Sehingga ibadah sangat dibutuhkan komitmen yang sungguh dihadapan Tuhan. Sebab dalam kalangan gereja pada masa kini tidak dapat disangkali bahwa ibadah hanya menjadi suatu rutinitas untuk datang beribadah. Ibadah tidak lagi menjadi tempat penyembahan tetapi sebagai ajang mencari panggung dan mencari nama. Apalagi di masa sekarang ini ibadah telah berubah menjadi online, setiap orang bisa mengakses media social untuk beribadah. Semuanya dibuat mudah oleh teknologi, tetapi bukannya membantu malah menjadi sebuah alasan untuk tidak beribadah. Banyak orang berkata: ibadah on-site takut corona, ibadah online tidak tahu caranya. Hal ini membuat jemaat cenderung untuk menjauh dari persekutuan ibadah. Sesungguhnya ibadah yang benar bukan bersumber pada manusia, melainkan pada Allah. Di sinilah dibutuhkan sebuah komitmen untuk beribadah.
Komitmen beribadah mulai luntur dan banyak orang mulai hanyut dalam keadaan yang nyaman. Bahkan semakin hari cenderung menganggap enteng dan meremehkan ibadah. Saya mau katakana bahwa: “Harusnya komitmen seseorang akan terlihat jelas manakala keadaan tidak baik, tetapi justru hari ini terbalik ketika keadaan makin nyaman justru membuat kita kehilangan komitmen untuk beribadah.
Dalam teks yang kita baca Paulus sedang mengingatkan anak rohaninya yang bernama Timotius untuk melatih diri beribadah. Pada saat itu situasi kondisi tidak sedang baik, di gereja yang digembalakan oleh Timotius sedang mengalami goncangan pengajar-pengajar sesat. Ajaran-ajaran palsu ini berkaitan dengan orang-orang yang mengikuti roh penyesat dan ajaran-ajaran setan (1 Tim. 4:2), di mana ajaran-ajaran tersebut didasari oleh tipu daya dan ucapan-ucapan dusta (1 Tim. 4:2). Ajaran-ajaran ini juga melarang orang untuk kawin dan juga melarang orang-orang untuk makan makanan tertentu, karena diharamkan (1 Tim. 4:3). Di kalangan jemaat juga ada ajaran-ajaran takhayul dan dongeng nenek-nenek tua (1 Tim. 4:7; bnd. 1 Tim. 1:4-6). Mereka mengajarkan untuk hidup berdisiplin dengan cara menyiksa diri mereka (askese). Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakikatnya mereka memungkiri kekuatannya (2 Tim. 3:5).
Bagi Paulus komitmen atau disiplin rohani selalu menyangkut perubahan gaya hidup dan bukan hanya perubahan lahiriah. Makanya Paulus berkata bahwa “Latihan badani terbatas gunanya…” (1 Tim. 4:8). Kalau ibadah hanya menyangkut hal lahiriah maka inti dari ibadah itu sendiri akan kehilangan maknanya. Apabila ibadah hanya sebuah liturgika belaka, maka ibadah akan kehilangan makna yang sesungguhnya. Apabila ibadah hanya sebuah ritual atau rutinitas belaka, maka ibadah akan kehilangan artinya. Karena sekali lagi ibadah itu bertujuan memuaskan hati Tuhan, bukan bertujuan memuaskan kedagingan kita. Ibadah yang dipersembahakan kepada Allah harus berbau harum, bukan berbau kedagingan yang hanya bertujuan pada kepuasan diri.
Oleh sebab itu Pualus menekankan dengan tegas “latihlah dirimu beribadah..” (1 Tim. 4:7b). Hal ini disampaikan Paulus kepada Timotius untuk memberikan sebuah pengajaran yang benar tentang sebuah komitmen atau disiplin rohani. Kata “latihlah” ini diambil dari kata Γύμναζε (gumnaze) yang merupakan sebuah kata perintah yang harus dikerjakan terus-menerus. Kata ini memiliki pengertian latihan, disiplin. Kata ini pada waktu itu dipakai sebagai kata dalam pengertian seorang atlet yang sedang berlatih, bekerja keras dengan disiplin untuk mendapat kemenangan dalam sebuah gelangang olahraga. Sebelum atlet mengikuti perlombaan, seorang atlet harus melatih dirinya sedemikian rupa untuk mempersipakan mental dan fisiknya dalam perlombaan yang akan diikutinya. Di sini seorang atlet membutuhkan sebuah komitmen, disiplin yang tinggi, determinasi yang begitu kuat, sehingga dalam pertandingan olahraga tersebut atlet ini dapat memenangkan perlombaan tersebut. Gambaran ini dipakai Paulus untuk menasihati dan memrintahkan orang percaya untuk memiliki komitmen, disiplin yang tinggi untuk meningkatkan pertumbuhan spiritual kita dihadapan Tuhan. Sebab hidup ini adalah sebuah pertandingan rohani, tanpa latihan yang baik, kita akan sulit mencapai garis finish. Tetapi dengan berlatih kita akan mampu mencapai garis akhir. Latihan di sini adalah dalam hal beribadah.
Kata “Ibadah” ini jangan dipandang secara sempit hanya seputar ibadah di gereja, tetapi ibadah dalam ayat ini memiliki pengertian lebih dari sekedar ibadah di gereja. Hal ini menunjukkan bahwa bukan berarti ibadah di gereja tidak penting. Ibadah di gereja sangat penting. Ibadah dalam ayat ini memiliki pengertian: 1) Secara umum, sebagai cara hidup tertentu yang ditandai dengan penghormatan kepada Tuhan dan penghormatan terhadap keyakinan dan praktik yang terkait dengannya agama, kesalehan (1Tim. 3.16); 2) Sebagai perilaku yang bertujuan untuk hidup dalam kesalehan, pengabdian kepada Tuhan (1Tim. 6.11); tindakan saleh, hidup saleh (2 Pet. 3.11).
Seorang telog yang bernama Jhon Calvin mengatakan bahwa kesalehan menunjuk pada sikap manusia yang benar terhadap Tuhan. Sikap ini meliputi pengetahuan sejati, penyembahan yang tulus, iman yang menyelamatkan, rasa takut yang berbakti (taat), penyerahan doa dan cinta yang penuh hormat kepada Allah. Ketaatan penuh kepada Allah adalah sebuah tindakan kesalehan dan inilah yang disebut ibadah kepada Allah. Ibadah tanpa ketaatan bukanlah sebuah ibadah. Ibadah yang sejati akan menghasilkan ketaatan yang sejati. Sebab apabila seseorang melakukan ibadah ke gereja, tetapi ibadah tersebut tidak menghasilkan perbuatan-perbuatan kesalehan atau ketaatan kepada Allah, sesungguhnya hal tersebut bukanlah ibadah yang sejati. Seorang yang memiliki komitmen beribadah pasti tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Seorang yang melakukan ibadah seperti ini tidak mungkin hidupnya jadi batu sandungan bagi orang lain.
Ibadah ini sangat berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang (1 Tim. 4:8). Kata “hidup” ini memakai kata ζωῆς (zoes) yang memiliki pengertian hidup kekal atau hidup yang berkualitas. Baik untuk hidup saat ini mengacu pada kehidupan baru yang dijalani oleh orang percaya (bnd. Rm. 6:4), sedangkan hidup yang akan datang adalah kehidupan bersama dengan Allah. Ibadah sangat penting untuk kehidupan saat ini, ibadah guna hidup kita makin bertumbuh dewasa dan makin hari serupa dengan Kristus. Sementara janji untuk hidup yang akan datang yaitu hidup bersama dengan Tuhan selamanya adalah sebuah kesukaan yang tiada tara.
Baca juga: Dipenuhi oleh Roh Kudus
Kita tidak akan dapat menjalani hidup ini tanpa ibadah. Ibadah adalah latihan kita dalam menghadapi gelangang kehidupan ini. Saudara akan mudah jatuh dan semakin lemah tanpa ibadah. Saudara tidak akan dapat kuat mengahadapi pengajaran-pengajaran sesat, manakala saudara tidak beribadah. Saudara tidak akan mendapat pengetahuan akan Firman apabila saudara tidak beribadah. Sekali lagi ibadah sangat berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup saat ini maupun untuk hidup yang akan datang.
Mari kita miliki bersama sikap komitmen yang bukan terucap dari mulut saja, melainkan diwujudnyatakan dalam tindakan nyata. Sebab orang yang berkomitmen tidak akan pernah digoncangkan dengan keadaan situasi. Orang yang berkomitmen akan tetap teguh sekalipun keadaan kondisi tidak baik. Orang yang berkomitmen tidak akan pernah mencari-cari alasan untuk menghindar dari komitmen tersebut, melainkan orang tersebut akan tetap melakukan komitmennya berapapun harga yang harus dibayar. Apabila komitmen kita adalah beribadah, lakukanlah dengan setia maka Tuhan akan menyertai dan memberikan kekuatan kepada kita semua. Tuhan memberkati!
Posting Komentar untuk " Khotbah Kristen: Komitmen Beribadah ( 1 Tim. 4:7b-8)"