Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Doktrin Keselamatan: Konsep Pendamaian (Reconciliation)

Konsep Pendamaian banyak dibahas dalam Alkitab, baik dalam Perjanjian Lama (PL) maupun Perjanjian Baru (PB). Dalam PL antara lain seperti yang terdapat dalam Yesaya 53:5 berbunyi demikian: “Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh”.

Sedangkan dalam Perjanjian Baru antara lain terdapat di dalam nats-nats di bawah ini: dalam Roma 5:10-11 yang menyatakan: “Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya! Dan bukan itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu”.

Dalam 2 Korintus 5:19 juga tertera hal yang sama, bahwa: “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami”.

Sedangkan di dalam Kolose 1:20 mengatakan demikian: “dan oleh Dialah Ia mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus”.

Istilah pendamaian ini diterjemahkan dari kata benda Bahasa Yunani katallage yang kata kerjanya ialah katallaso. Arti normalnya ialah “penyesuaian” perbedaan yang menimbulkan permusuhan antara dua pihak dengan menggunakan alat penukaran tertentu. Hubungan atau relasi baru tercipta sebagai akibatnya.

Arti teologinya adalah karena pertobatan dari dosa dan iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, maka perseteruan antara manusia dengan Allah dihancurkan dan terjadi pembaharuan hubungan antara kedua pihak (Rm. 5:10-11). Yang terjadi ialah Allah yang benar dan kekal tak berubah, menyediakan jalan perubahan melalui Yesus Kristus kepada manusia agar manusia diubah dan diangkat ketingkat persekutuan sesuai dengan maksud asli penciptanya. Tekanan utama di sini adalah adanya suatu relasi baru.

Konsep pendamaian ini mempunyai dua sisi yakni sisi aktif serta obyektif dan sisi pasif serta subyektif. Dari sisi obyektif yaitu bahwa secara aktif terjadi pemindahan permusuhan antara Allah dan manusia yang diakitatkan oleh dosa. Permusuhan atau perseteruan yang telah menjadi jurang pemisah bagi persekutuan kedua belah pihak yaitu antara Allah dan manusia.

Konsep pendamaian itu dinyatakan dengan jelas dalam Efesus 2:15-16 yang berkata: “Sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum tuarat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu”. Pernyatan yang sama dapat juga dilihat dalam surat Roma 8:7-8 yang berkata: “bahwa keinginan daging adalah perseteruan dengan Allah, hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah”. Demikian pula persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah (Yak. 4:4). Iman kepada Yesus Kristus membuka jalan bagi relasi baru. Allah tidak lagi mengingat dosa-dosa manusia yang telah diperdamaikan dengan diri-Nya.

Secara subyektif terjadi perubahan sikap manusia secara positif terhadap Allah. Hal ini terjadi di dalam hati manusia karena salib Kristus yang ia terima sebagai ganti dirinya. Manusia berubah dari sikap permusuhan kepada sikap persahabatan (2 Kor. 5:20). Allah yang Maha Kasih tidak berubah karena kasih-Nya tetap, namun Ia memulai hubungan baru yang indah dengan manusia yang telah diubah dan dibaharui.

Hubungan baru itu menimbulkan berkat damai sejahtera dalam diri manusia sehingga ia tetap tak goyah dalam kondisi dan situasi yang bagaimanapun sulitnya. Dmai dengan Allah ini mengakibatkan damai dalam diri sendiri sehingga memungkinkan damai sejati dengan sesama. Hal inipun mendorong manusia baru itu untuk menerima tugas mendamaikan sesamanya dengan Allah (2 Kor. 5:18-20; Mat. 5:9).

Sebagaimana dinyatakan juga dalam istilah pemuasan (hilasmos) yang diterjemahkan juga dengan istilah pendamaian dalam Bahasa Indonesia dan bahwa lingkup cakup pendamian ini ialah seisi dunia dan segala dosa manusia di segala abad dapat dihapuskan dari akibat kutuk dan perseteruan diangkat. Demikian pula kasih karya Allah yang terkenal dalam istilah kalaso ini. Syaratnya ialah percaya dengan sepenuh hati kepada Yesus sebagai Juru Selamat pribadi (1 Yoh. 2:1-2).

Posting Komentar untuk "Doktrin Keselamatan: Konsep Pendamaian (Reconciliation)"