Khotbah Kristen: Bertahan di Tengah Badai (Ibr. 10:32-39)
Ketika banyak orang berkata kepada saya bahwa hidup itu susah, saya selalu menjawab demikian, “Tentu saja.” Saya rasa jawaban tersebut lebih memuaskan daripada jawaban lain yang dapat saya utarakan. Seorang penulis buku yang bernama Charles Williams berkata, “Dunia ini memang menyengsarakan dalam segala hal. Akan tetapi sungguh tak tertahankan apabila seseorang mengatakan bahwa kita diciptakan untuk menyukai hal tersebut.”
Jalan yang ditunjukkan Allah kepada kita, kerap kali
tampaknya menjauhkan kita dari apa yang kita anggap baik, sehingga kita percaya
bahwa kita salah jalan dan tersesat. Hal ini terjadi karena kebanyakan kita
telah diajar bahwa jalan yang benar adalah hidup tanpa masalah. Banyak orang
memahami bahwa kebaikan Allah ditunjukkan pada saat kita tidak ada masalah sama
sekali.
Namun hal ini berbanding terbalik dengan pandangan
alkitabiah. Kasih Allah sering memimpin kita melalui jalan yang menjauhkan kita
dari kenyaman duniawi. Alkitab mengatakan: “32 Ingatlah akan masa
yang lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita oleh karena kamu
bertahan dalam perjuangan yang berat,33 baik waktu kamu dijadikan
tontonan oleh cercaan dan penderitaan, maupun waktu kamu mengambil bagian dalam
penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian. 34 Memang kamu
telah turut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang hukuman dan ketika
harta kamu dirampas, kamu menerima hal itu dengan sukacita, sebab kamu tahu,
bahwa kamu memiliki harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya. 35
Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang
menantinya. 36 Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu
melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu. 37
"Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang,
sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya. 38 Tetapi
orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri,
maka Aku tidak berkenan kepadanya." 39 Tetapi kita bukanlah
orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya
dan yang beroleh hidup.” (Ibrani. 10:32-39).
Alkitab mengatakan bahwa orang percaya diminta untuk
terus-menerus bertekun atau bertahan di di tengah badai hidup atau penderitaan.
Pertanyaannya adalah “Bagaimana caranya bertahan di tengah badai ?”
1. Bertekun
dalam Iman kepada Kristus (ay. 34)
Setalah seseorang memiliki iman yang menyelamatkan
melalui percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, orang
percaya tersebut bertumbuh memiliki iman yang menguatkan, di mana orang percaya
terus-menerus mempercayakan hidupnya pada pimpinan Tuhan Allah. Iman yang
menguatkan disini begitu memiliki peranan yang penting, sebab seseorang dapat
bertahan di tengah badai hidup hanya karena percaya kepada Kristus. Iman di
sini menjadi sarana atau alat untuk tetap bertahan dalam penderitaan yang
hebat.
Alkitab berkata: “janganlah kamu melepaskan
kepercayaanmu..” (ay. 34). Perkataan ini merupakan sebuah dorongan dari
penulis surat Ibrani kepada jemaat Ibrani yang mengalami penganiayaan begitu
hebat. Penulis mengingatkan pada masa lalu sesudah menerima terang jemaat
Ibrani bertahan dalam perjuangan yang berat (ay. 32). Perjuangan yang dimaksud
dalam ayat 32 menunjuk kepada penderitaan dan penganiayaan di bawah kaisar
Romawi di abad pertama. Orang Kristen waktu itu banyak mendapat siksaan. Mereka
dijadikan tontonan (dibully). Mereka dikejar-kejar untuk dipenjarakan, dibunuh
dan diadu dengan binatang buas. Tidak hanya itu saja harta mereka dirampas dengan
paksa. Mereka dicurigai dan ditekan karena dianggap sebagai pemberontak Kaisar.
Penganiayaan ini dilatarbelakangi oleh iman mereka kepada Kristus, sebab
seorang yang menyembah Yesus sebagai Tuhan harus dihukum mati. Mereka diminta
untuk menyembah Kaisar sebagai Tuhan, tetapi mereka tetap mempertahankan iman
mereka, sehingga siksaan dan aniayalah yang mereka dapatkan.
Dalam penderitaan itu jemaat Ibrani tetap percaya pada
Kristus dan Roh Kuduslah yang memberikan mereka kekuatan untuk tetap bertahan
dalam setiap penderitaan. Sebab Roh Kudus yang diam di dalam diri orang percaya
terus menghibur dan memelihara orang percaya. Sehingga pada saat mereka dianiaya
mereja justru merasakan sukacita yang luar biasa.
Hanya oleh bertekun di dalam iman kita dapat bertahan
dalam berbagai-bagai pencobaan, tanpa bertekun dalam iman kita akan mudah menyerah
dan putus asa menghadi perihnya hidup ini.
2. Bertekun
melakukan kehendak Allah (ay. 35)
Pada nas ini, penulis Ibrani mengungkapkan cara kedua
agar para orang percaya dapat bertahan di tengah badai hidup, yaitu dengan
bertekun melakukan kehendak Allah. Karya Kristus telah mengubah orang berdosa
menjadi anak Tuhan. Dan seorang anak Tuhan sejati pasti akan bertekun untuk
melakukan kehendak Allah, karena ada janji Tuhan di dalamnya. Paulus berkata, “Sebab
kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan
juga untuk menderita untuk Dia” (Fil. 1:29). Yesus juga berkata: “Setiap
orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya
setiap hari dan mengikut Aku.” Kehendak Allah yang harus kita lakukan
adalah menderita bersama dengan Kristus. Penderitaan bersama Kristus ini
bukanlah sebuah kecelakaan, tetapi sebuah karunia Allah.
Melalui penderitaan Allah sedang mendidik kita untuk
semakin hari semakin serupa dengan Kristus. Tetapi kebanyakan orang Kristen
saat ini memandang penderitaan bukanlah kehendak Allah. Kebanyakan orang
Kristen saat ini memandang bahwa penderitaan bukanlah berasal dari Allah, sebab
Allah sesungguhnya menyediakan hal yang indah-indah di dunia ini.
Saya mau katakan bahwa kualitas seseorang yang
hidupnya penuh dengan penderitaan, sangat berbeda dengan orang yang hidupnya
penuh dengan kemakmuran. Penderitaan akan membuat mudah orang Kristen untuk
tetap bertekun melakukan kehendak Allah daripada kemakmuran. Kemakmuran justru
akan menghasilkan diri yang manja dan tidak tahan uji. Penderitaan akan
menghasilkan kesabaran. Dan inilah kehendak Allah yang harus kita lakukan.
Untuk tetap bertahan dalam berbagai pencobaan, ajaran
sesat, dan aniaya, Tuhan menyediakan penyertaan. Tuhan Yesus sendiri dalam
kasih dan kuasa-Nya akan memelihara kita untuk tetap setia kepada-Nya (Ibr
10:39). Fokuslah pada kehendak Tuhan, maka bertahan dalam berbagai macam
penderitaan bukanlah persoalan yang berarti dan berbagai macam pergumulan tidak
terlalu memiliki peranan untuk menjatuhkan kita.
3. Bertekun
untuk Memberikan Kesaksian (ay. 38)
Seorang yang menghidupi iman kepada Kristus adalah
seorang yang memberikan kesaksian kepada banyak orang. Alkitab mengatakan: “Orang-Ku
yang benar akan hidup oleh iman..” (ay. 38). Yang dimaksud “hidup oleh
iman..” adalah hidup yang memberi kesaksian tentang kematian dan
kebangkitan Kristus. Kesaksian di sini bukanlah seperti yang kita pahami saat
ini, yaitu dengan maju ke altar mimbar dan menceritakan kebaikan serta mujizat yang
kita alami, tetapi kesaksian di sini berbicara soal bagaimana Tuhan mengubah
kita yang berdosa dan melahirbarukan kita di dalam Roh Kudus, untuk bersaksi
tentang kematian dan kebangkitan Kristus yang telah menyelamatkan hidup kita. Jadi
kesaksian di sini bukan sekedar mebicarakan Tuhan dengan kata-kata yang bombastis
dan spektakuler, tetapi kesaksian di sini memberikan bukti nyata hidup di dalam
iman kepada Kristus. Kesaksian yang benar adalah bersaksi tentang Kristus bukan
bersaksi bagi diri sendiri.
Dalam teks ini jemaat Ibrani memberikan teladan bahwa
menderita bagi Kristus adalah bagian dari kesaksian hidup sebagai anak-anak
Allah. Seorang yang memberikan kesaksian seperti ini, pasti akan tetap bertahan
dalam badai apapun, tetapi seorang yang tidak bertekun dalam kesaksian hidup
bukanlah orang yang dapat bertahan dalam badai apapun, tetapi orang tersebut
adalah golongan orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa (ay. 39).
Kesimpulan
Tetaplah setia dalam bertekun di dalam iman dan
bertekunlah senantiasa dalam melakukan kehendak Allah, serta bertekunlah untuk
memberikan kesaksian tentang hidup oleh iman, walaupun kita banyak dikritik,
dicerca, dianiaya, menjadi tidak popular, dan diancam oleh orang lain. Janganlah
terpengaruh dengan dunia ini, sebaliknya pengaruhilah dunia dengan kesaksian
iman yang teguh di dalam Kristus.
Posting Komentar untuk "Khotbah Kristen: Bertahan di Tengah Badai (Ibr. 10:32-39)"