Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Doktrin Keselamatan: Konsep Penyucian dalam Keselamatan (Sanctification)

Penyucian adalah pemisahan untuk maksud khusus yang meliputi juga penyerahan diri. Dalam PL, biasanya imam-imam, nabi-nabi dalam Bait Allah, dipisahkan untuk pelayanan kepada Allah. Istilah yang dipakai adalah qadash dalam bahasa Yunani hagiazein

Ada juga yang memakai istilah ini secara salah. Mereka biasanya menghubungkan penyucian dengan pembaptisan Roh Kudus, dan mengaitkan dengan kesempurnaan kehidupan sebagai orang percaya. Pemisahan dan penyerahan diri merupakan unsur utama yang terkandung dalam konsep sanctification.

Dalam hubungannya dengan pengalaman kristen, penyucian memiliki tiga aspek. Pertama, kesucian secara posisi. Ini berarti bahwa orang-orang beriman telah dipisahkan dari dunia dalam kedudukan sebagai keluarga Allah. Ini biasanya disebut positional sanctification atau penyucian secara posisi. Dipisahkan dari dunia dan mendapat kedudukan sebagai warga Kerajaan Allah. Hal ini tidak dipedulikan perihal keadaan rohani orang itu, tetapi pertobatan dari dosa dan imannya kepada Tuhan Yesus. Dalam hal ini seperti orang-orang yang suci secara posisi, meskipun mereka masih hidup dalam kondisi duniawi (1 Kor. 6:11). Dasar penyucian tersebut ialah kematian Yesus (Ibr. 10:10, 14). Jadi sebutan orang kudus atau suci diberikan tanpa usaha apapun (Rm. 1:7; 1 Kor. 1:2).

Kedua, kesucian secara pengalaman, yang biasa disebut experiental sanctification dan progressive sanctification. Kesucian secara pengalaman menunjuk pada proses pemisahan terus-menerus, “kuduslah kamu..” (1 Pet. 1:16) adalah perintah bagi orang orang percaya untuk terus-menerus berusaha hidup kudus. Disinilah letak perbedaan rohani orang-orang Kristen. Pada aspek yang pertama penyucian posisi positional sanctification, semua orang beriman adalah orang-orang suci. Sedangkan pada aspek yang kedua, yaitu penyucian secara pengalaman-pengalaman itu merupakan proses, usaha yang terus-menerus dilakukan.

Jadi, kita tentu bisa berbicara tentang seseorang yang baik rohaninya dari pada orang lain yang kurang baik rohaninya. Dalam hal ini tidak ada “orang suci instan”. Hal ini merupakan suatu usaha yang berlangsung terus-menerus, memerlukan keuletan, dan ketabahan pengajar atau pembimbing. 

Uasaha-usaha yang berhubungan dengan penyucian dari segi negatif termasuk hati yang harus dibajak oleh Allah, seperti perumpamaan penabur (Mat. 13:1-23; Mrk. 4:1-20; Luk. 8:4-15), dan penyerahan kepada Tuhan dengan menggumuli akibat-akibat dari gerakan nafsu daging (Kol. 3:1-9) sebagaimana dicerminkan oleh Firman Tuhan (Yak. 1:22-25). Nafsu-nafsu daging itu perlu dimatikan dan dibuang. Kemudian perlu pula proses penyiangan, seperti sabda Allah “..setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah..” (Yoh. 15:1-3). Proses peneguran juga diperlukan “untuk membuktikan kemurnian iman” (1 Pet. 1:7; 4:12-13). Perlu juga pengembangan pengetahuan atau pengenalan akan Yesus (2 Pet. 3:18).

Pemusatan seluruh pikiran untuk taat kepada Kristus sangatlah penting. “…menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus, perlu terus-menerus dilakukan” (2 Kor. 10:5). Perlu juga berkembang ke arah hidup yang berkelimpahan dalam kasih dan kesalehan (1 Tes. 3:12; 4:1, 10).

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengusahakan kesucian: 1) Jangan mendukakan Roh (Ef. 4:30). Menjadi batu sandungan adalah dosa yang biasa dilakukan oleh orang kristen. Seringkali ada juga dosa tersembunyi, salah satunya motivasi yang buruk; 2) Jangan memadamkan Roh (1 Tes. 5:19); 3) Berjalan di dalam Roh. Ketaatan yang mutlak kepada pekerjaan Roh dan tidak tunduk kepada nafsu daging, serta tidak memenuhi tuntutan daging (Gal. 5:16).

Ketiga, kesucian akhir atau perfected sanctification. Hal ini berarti kedewasaan total di saat Yesus kembali, yang akan mengubah tubuh yang hina menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia (Fil. 3:20-21). Ini merupakan pekerjaan Tuhan saat orang percaya rapture (diangkat). Konsep ini ada kesamaannya dengan konsep pemuliaan atau glorification sebagaimana konsep positional sanctification mempunyai kesamaan dengan konsep justification atau pembenaran. 

Posting Komentar untuk "Doktrin Keselamatan: Konsep Penyucian dalam Keselamatan (Sanctification)"