Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Kristen: Mengalami Kematian Bersama Kristus

Berita salib dan kematian Kristus merupakan berita yang sangat penting. Paulus menunjukkan dalam banyak surat yang ditulisnya, selalu menekankan tentang berita salib Kristus. Salib Kristus inilah yang menjadi pusat pemberitaan Injil keselamatan. Sebab tanpa salib Kristus tidak ada keselamatan bagi seluruh umat manusia. Salib adalah jalan yang dikehendaki oleh Allah bagi Kristus. Alkitab menegaskan bahwa jalan salib adalah melalui penderitaan dan kematian. Inilah jalan pendamaian dan penebusan yang Tuhan sudah rencanakan guna mendamaikan dan menebus manusia yang berdosa melalui jalan salib. Roma 3:25 berkata: “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya”.

Ketika para agamawan, ahli-ahli Taurat dan Imam-imam kepala, mencari Yesus, dengan tegas Yesus berkata: “Akulah dia”. Sebab Yesus tahu tujuan kedatangan-Nya ke dunia, yaitu untuk mati. Sekali lagi, berita tentang kematian Kristus inilah yang menjadi pusat pemberitaan Injil Kristen dalam tulisan-tulisan Paulus. Paulus menunjukkan bahwa kematian Kristus sangat memiliki hubungan yang erat dengan kematian yang seharusnya dialami oleh manusia berdosa.

Melalui kematian-Nya, Yesus menggantikan posisi manusia berdosa yang seharusnya mengalami kematian (maut) akibat dosa-dosa mereka. Paulus mengatakan: “Dia yang tidak mengenal dosa, telah dibuat-Nya (yaitu dibuat Allah) menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan Allah”. Terkadang ayat ini disalahpahami sebab frasa ini berbunyi “Kristus telah dibuat-Nya berdosa…”. Arti dari kata dibuat-Nya ini sebenarnya adalah kata kerja aktif bukan pasif, di mana hal ini menunjuk pada apa yang telah Allah kerjakan.  Hal ini dipertegas lagi dari bagian akhir ayat ini: “…supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”. Frasa ini adalah sebuah tujuan, atau alasan mengapa Allah membuat Yesus yang tidak mengenal dosa (mengalami dosa) menjadi berdosa, karena melaluinya, Allah memiliki rencana atau tujuan yaitu membuat kita dibenarkan bagi diri-Nya sendiri dengan implikasi bahwa kita akan dipakai oleh Allah untuk menjadi alat-Nya.

Dari ayat ini Allah hendak menunjukkan kasih-Nya yang begitu besar bagi kita orang berdosa, sehingga Ia menangani dosa bahkan dengan resiko membuat Anak-Nya menjadi “dosa” demi kita semua. Ayat ini juga menunjuk pada tindakan Allah untuk menyelesaikan dosa, dengan cara Kristus menggantikan kita orang-orang berdosa dan menanggung apa yang seharusnya kita tanggung sebagai orang berdosa. Fakta ini adalah sebuah karya terbesar dalam sejarah kehidupan manusia. Kristus telah menanggung semua apa yang seharusnya ditanggung oleh orang-orang berdosa.

Selain menjelaskan kepada orang-orang Korintus tentang karya Kristus dalam kematian-Nya. Paulus juga menjelaskan hal ini kepada orang-orang Yahudi yang akhirnya percaya kepada Kristus. Dalam Galatia 3:13 Paulus berkata: “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis, ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib’”. Ayat ini hendak menjelaskan kepada orang-orang Yahudi, bahwa tidak ada satu orang pun yang sanggup melakukan seluruh hukum Taurat. Satu pelanggaran saja, sudah cukup membuktikan bahwa orang tersebut layak menerima kutuk dari Allah. Perhatikan dalam Ulangan 27:26 “Terkutuklah orang yang tidak menepati perkataan hukum Taurat ini dengan perbuatan…”. Hukum Taurat menuntut kesempurnaan bagi pelakunya, dan tidak ada satupun manusia yang dapat melakukannya, sehingga kutuklah yang menimpa orang tersebut. Pasal 28 dari kitab Ulangan menjelaskan “berkat dan kutuk”, di mana ketaatan dan kesetiaan melakukan hukum akan beroleh berkat, tetapi ketidaktaatan akan menghasilkan kutuk. Inilah mengapa Allah rela turun ke dunia mengambil rupa manusia untuk menjadi jalan bagi kutuk itu. Kristus menggantikan kita, yang seharusnya terkutuk oleh karena pelanggaran-pelanggaran kita. Dan melalui ketaatan-Nya dalam rupa manusia, kita beroleh berkat-berkat rohani yaitu keselamatan kekal. Kita telah ditebus oleh pengorbanan Kristus. Kutuk tidak lagi tinggal dan berkuasa atas hidup kita. Kematian-Nya yang menggantikan kita telah efektif menghancurkan kutuk itu. Bagi kita “Kristus adalah kegenapan hukum Taurat” (Rm. 10:4).

Siapakah kita? Kita adalah orang berdosa yang sejatinya tanpa harapan dan tanpa masa depan. Kita adalah manusia celaka yang harusnya binasa oleh karena dosa. Lihat diri kita, sebenarnya layak tidak saudara terima kemurahan Allah? Kristus telah menyelesaikan dosa-dosa kita, baik dosa masa lalu, sekarang, dan yang akan datang. Sebab kuasa dosa telah dipatahkan dan perhambaan kita pada dosa sudah diakhiri. Lantas apa yang harus kita lakukan? Percaya dan serahkan hidupmu kepada Yesus, maka Yesus akan menyelamatkan hidupmu. Caranya hanya melalui percaya kita dibenarkan di hadapan Allah. Tidak ada pilihan lain.

 2 Corinthians 5:14Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati”. Sama seperti dalam surat Roma Paulus mengatakan bahwa seorang yang telah percaya pada Kristus, telah dibenarkan dan kita sebagai orang percaya harus mengambil bagian dalam kematian-Nya. Kita harus mengalami kematian bersama Kristus (Rm.6). Alkitab mengatakan “kita telah mati bagi dosa” (Rm. 6:2) artinya manusia lama kita telah turut disalbkan, supaya tubuh dos akita hilang kuasanya, agar kita tidak menghambakan diri lagi kepada dosa” (Rm. 6:6) “sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa” (Rm. 6:7); “Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa” (Rm. 6:11); “Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa (Rm. 6:14), “Dahulu kamu memang budak dosa, tetapi sekarang kamu adalah hamba Allah (Rm. 6:17, 20); “Kamu telah dimerdekakan dari dosa” (Rm. 6:18, 22). Maut telah dikalahkan total oleh kematian Kristus, di mana Kristus telah mati bagi dosa-dosa kita, kitapun wajib mati bagi dosa-dosa kita. Ketika saudara percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi, saudarapun wajib mati. Sebab tidak ada kehidupan yang baru tanpa mengalami kematian.

Biji tanaman dapat (gandum, padi dsb) bertumbuh, apabila mengalami kematian terlebih dahulu. Tanpa kematian, biji tersebut tidak akan bisa bertumbuh (bnd. 1 Kor.15:36-37). Sama seperti Kristus telah mengalami kematian karena dosa-dosa kita dan pada hari yang ketiga bangkit dari antara orang mati dan beroleh kemuliaan. Tidak ada kemuliaan tanpa salib Kristus dan tidak ada kebangkitan tanpa mengalami kematian.

Hidup yang baru kita peroleh, ketika kita mengambil satu keputusan dan komitmen yang kuat untuk percaya, di mana kita menyerahkan seluruh totalitas kehidupan kita kepada Tuhan. Sebagai konsekuensi kita percaya, kitapun harus mengalami kematian bersama dengan Kristus, sehingga kita pun mengalami kebangkitan bersama dengan Yesus, yaitu hidup dalam hidup yang baru.

Maka benarlah perkataan teolog Jerman yang terkenal, Dietrich Bonhoeffer (1906-1945): “When Christ calls a man, he bids him come and die” (Ketika Kristus memanggil seseorang, ia menyuruh orang itu datang [mengikut Dia] dan mati.” Kata “mati” tidak berarti “mati secara badani,” apalagi “mati di kayu salib seperti Tuhan Yesus.” Kata “mati” yang dimaksud Bonhoeffer adalah “mati terhadap tuntutan, hak, atau dorongan dari diri sendiri,” yaitu orang tersebut tidak lagi melayani ambisi atau program dari kepentingan dirinya, melainkan sejak hari pertama mengikut Yesus ia sadar bahwa hidupnya hanya menuju satu tujuan: melayani Kristus dan memuliakan Dia sampai pada akhirnya.

Posting Komentar untuk "Renungan Kristen: Mengalami Kematian Bersama Kristus"