Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bagaimana Proses Terbentuknya Kitab Perjanjian Lama?

Dalam pembentukan kanon Perjanjian Lama, ada empat langkah yang berkaitan erat tetapi dapat dibedakan dengan mudah yakni: ucapan-ucapan, tulisan-tulisan, kumpulan kitab- kitab dan kanon yang baku:

a. Ucapan-ucapan berwibawa

Israel mulai mengenal konsep kanon ketika mereka menerima Hukum Taurat dengan perantaraaan Musa di gunung Sinai. Allah memberikan firmanNya, Israel berjanji untuk mentaatinya dan Musa mencatatnya dalam bentuk tulisan (Kel. 24:3-4). Benih- benih kanon telah ada lebih awal daripada itu, yaitu ketika orang-orang Israel semakin menyadari peranan mereka yang khusus dalam rencana keselamatan Allah. Mereka harus menjunjung tinggi perintah-perintah dan janji-janji Allah yang dikukuhkan kepada bapak-bapak leluhur Israel sebagai firman Allah yang kudus yang dapat memberikan kekuatan dan penghiburan.

b. Tulisan-tulisan berwibawa

Menurut Ulangan 31:24-26 “Ketika Musa selesai menuliskan perkataan hukum Taurat itu dalam sebuah kitab sampai perkataan yang penghabisan, maka Musa memerintahkan kepada orang-orang Lewi pengangkut tabut perjanjian TUHAN, demikian: Ambillah kitab Taurat ini dan letakkanlah di samping tabut perjanjian TUHAN, Allahmu, supaya menjadi saksi di situ terhadap engkau.” Otoritas yang mengikat dari kitab itu ditegaskan kembali kepada Yoshua, “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.” (Yos. 1:8). Penemuan kembali Kitab Taurat pada tahun ke-18 pemerintahan Yosia (621 SM) merupakan peritiwa penting dalam perkembangan kanon Perjanjian Lama (2 Raj. 22). Berbeda dengan raja-raja Mesir dan Asyur yang cenderung untuk menyamakan kehendak mereka dengan hukum, Yosia mengakui otoritas gulungan naskah yang ditemukan dan memahami hukum Allah yang tertulis sebagai perintah mutlak yang harus ditaati (2 Raj. 23:3). Inti konsep kanon adalah: orang mendengar dan mentaati sebuah kitab serta merasa yakin bahwa Allah berbicara melalui kitab itu.

c. Kumpulan kitab-kitab berwibawa

Secara tradisional, kitab-kitab suci Yahudi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Taurat, Nabi-nabi dan Tulisan-tulisan. Mungkin sekali pembagian itu tidak hanya menunjukkan perbedaan-perbedaaan dalam isi, tetapi juga memperlihatkan tahap- tahap dalam pembentukan kanon:

  • Kelima kitab Taurat (Torah) yang disebu juga “kitab-kitab Musa” atau “Pentateukh”, mungkin sekali mencapai bentuknya yang sekarang dikenal kira-kira pada jaman Daud (sekitar 1000 SM). Diperkirakan sejumlah kecil revisi berlangsung selama berabad-abad berikutnya hingga jaman Ezra (kira- kira 400 SM).
  • Kitab nabi-nabi (Nevi’im) yang terbagi menjadi nabi-nabi terdahulu dan nabi- nabi terkemudian. Penyuntingan kitab nabi-nabi terdahulu kemungkinan dilakukan pada jaman pembuangan ataupun sesudahnya. Sedangkan kitab nabi-nabi terkemudian kemungkinan besar mendapatkan bentuk akhirnya sesudah pelayanan nabi Maleakhi sekitar tahun 450 SM. Namun tanggal ini belum dapat dipastikan secara mantap.
  • Penjelasan dari Tulisan-tulisan (Ketuvim) cukuplah rumit. Sebagian besar kitab-kitab dalam bagian ketiga kanon ini ditulis atau dikumpulkan selama dan sesudah masa pembuangan (setelah 550 SM), meskipun beberapa bahan khususnya dalam kitab Mazmur dan Amsal berasal dari jaman kerajaan (1000- 587 SM). Hampir pasti, kumpulan itu disatukan sebelum tahun 150 SM, meskipun bukti tentang penggunaan kitab Ester sangatlah sedikit.

Bangsa Yehuda sangat menyadari masa lampau mereka pada masa sesudah pembuangan. Karena mereka sangat terguncang oleh pembuangan itu, mereka berupaya membangun bangsa mereka kembali berdasarkan warisan leluhur untuk menghindari penghukuman lainnya yang mendatangkan bencana. Ezra dan Nehemia, tokoh-tokoh utama dalam proses pembangunan kembali, menekankan pentingnya tulisan-tulisan suci dan otoritas tulisan-tulisan itu (Ezr. 7 dan Neh. 8-10). Mungkin mereka juga turut memainkan peranan penting dalam pembentukan kanon.

d. Kanon yang baku

Kanon Ibrani yang baku kemungkinan telah mencapai bentuk finalnya sekitar tahun 150 SM. Hal ini dapat diketahui dari tulisan Yesus bin Sirakh yang menyebut “kitab Taurat, para nabi, dan kitab nenek moyang kita yang lain.” Dalam pelayanan Yesus pun, Ia telah menggunakan kanon yang legal ini. hal ini nyata dari perkataan Yesus sendiri “ Kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur” (Luk. 24:44).

Posting Komentar untuk "Bagaimana Proses Terbentuknya Kitab Perjanjian Lama?"