Khotbah Kristen: Transformasi Orang Kristen
Rm. 12:2
ITB Romans
12:2 Janganlah
kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan
budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik,
yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Gereja adalah alat atau agen transformasinya Allah,
dan Allah sendirilah “Sang Transformator” itu. Gereja ada untuk menjadi agen
perubahan di tengah keluarga, komunitas, kota dan bangsa. Gereja perlu
menyadari panggilannya untuk menjadi pengaruh bagi kehidupan masyarakat luas.
Gereja perlu membaur, tanpa harus melebur dengan segala keinginan dunia. Sebab
Allah menghendaki sebuah perubahan/transformasi melalui kita (gereja).
Dalam Roma 12:2 merupakan kunci dari transformasi
sejati yang harus dialami oleh orang Kristen untuk dapat menjangkau dan
mempengaruhi keluarga, komunitas, masyarakat dan lingkungan di mana orang
Kristen berada. Paulus mengatakan agar orang percaya mengalami transformasi
secara radikal yakni “jangan serupa dengan dunia” (Roma 12:2), tetapi
sebaliknya “menjadi serupa dengan Kristus” (2 Korintus 3:18).
Transformasi ini mencakup perubahan yang bersifat
radikal (seketika) maupun progresif (bertahap). Kata “transformasi” berasal
dari dua kata dasar yaitu “trans” dan “form”. Trans berarti dari sisi satu
kesisi lainnya (across) atau melampaui (beyond). Form disini berarti bentuk.
Transformasi berarti perubahan bentuk yang lebih dari atau melampaui perubahan
bungkus luar saja. Jadi, pada dasarnya transformasi berarti perubahan bentuk.
Dalam Roma 12:2, kata ‘berubahlah’ yang dipakai oleh Paulus adalah kata Yunani
‘metamorphoo’ yang berarti perubahan rupa atau bentuk.
Apa tugas orang percaya dalam transformasi
hidup ??
1.
Mentransformasi Perilaku (ay. 12)
“…tetapi
berubahlah oleh pembaharuan budimu,..”
Transformasi perilaku ini diawali oleh transformasi
pikiran, yang Paulus sebut sebagai “pembaharuan budi”. Yang dimaksud dengan
perilaku (behavior) ialah karakter, sikap, perbuatan atau tindakan seseorang
yang dapat dilihat (visible), diamati (observable), dan dapat diukur
(measurable). Berbeda dengan transformasi posisi yang terjadi secara seketika,
maka transformasi perilaku terjadi secara bertahap sebagai suatu proses.
Alkitab menyebutnya dengan istilah “pengudusan” yang progresif atau pengudusan
melalui pengalaman hidup.
Selanjutnya, Paulus menasehati “berubahlah oleh
pembaharuan budimu’. Kata Yunani “nous” yang digunakan disini berarti
“akal budi atau pikiran”. Pembaharuan nous adalah syarat untuk bisa
mengenal dan melakukan kehendak Allah. Apa yang diyakini oleh pikiran (nous)
akan mempengaruhi perilaku (behavior) seseorang (Roma 14:1-8). Dan pembaharuan
akal budi (nous) ini akan menghasilkan perilaku hidup kudus. Jadi,
transformasi perilaku atau tindakan adalah hasil dari pembaharuan akal budi. Dalam
suratnya di Kolose 3:9-10, Paulus mengatakan “..karena kamu telah menanggalkan
manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang
terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut
gambar Khaliknya” (Kolose 3:9-10). Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa
setelah lahir baru, kita harus terus-menerus mengalami proses pengudusan
mencakup pengudusan pikiran, kehendak, emosi, dan hati nurani, pengudusan
sifat-sifat maupun perilaku kita. Paulus juga mengatakan dalam Efesus 4:17-32
yang berbicara tentang transformasi perilaku setelah sebelumnya mengalami
transformasi posisi/status. Disini terlihat, terjadi perubahan dari yang tidak
baik menjadi baik, dari perilaku negatif ke perilaku positif.
Transformasi pada tingkat ini juga sangat berkaitan
dengan pertumbuhan rohani seseorang sejak pengalaman regenerasi hingga dewasa
rohani. Orang percaya perlu bertumbuh secara rohani. Sebab Tuhan tidak menghendaki
anak-anak-Nya mengalami stagnansi atau berhenti bertumbuh. Hal-hal yang dapat
membantu pertumbuhan rohani kita antara lain: Firman Tuhan, adalah makanan dan
minuman rohani bagi orang percaya yang memberi pertumbuhan dan pengertian
(Mazmur 119:105,130). Ibadah dan doa kepada Tuhan harus menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari hidup kita, untuk itu diperlukan latihan dan disiplin diri.
Bahkan, masalah-masalah yang kita hadapi sehari-hari dapat dipakai Allah
sebagai sarana untuk melatih kita menjadi orang Kristen yang dewasa dan kuat.
Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu usaha, kerja keras, tekad
dan kemauan yang kuat untuk menghasilkan karakter/sifat yang baik dalam
kehidupan sehari-hari orang yang telah mengalami transformasi secara
posisi/status. Roh Kudus yang membaharui akan memberi kemampuan kepada kita yang
bersungguh-sungguh. Karena itu setiap orang Kristen dituntut untuk penuh dengan
Roh Kudus (Efesus 5:18). Kepenuhan Roh Kudus merupakan suatu pengalaman yang
harus terus-menerus diulang selama hidup orang percaya, dan dipertahankan agar
jangan sampai hilang atau padam (Ef. 5:18; 1 Tes. 5:19). Keberhasilan kita untuk
hidup dalam Roh, ditentukan dari seberapa besar ketaatan orang percaya pada
pimpinan Roh Kudus (Gal. 5:25). Karena itu dibutuhkan iman dan penyerahan diri
sepenuhnya.
2.
Mentransformasi Komunitas (ay. 12)
“…Janganlah
kamu menjadi serupa dengan dunia ini…”
Komunitas ialah lingkungan hidup tempat di mana
seseorang berinteraksi dengan orang lain. Dalam sebuah interaksi pasti akan ada
“saling mempengaruhi”, baik yang bersifat negatif ataupun positif. Oleh sebab
itu, kehadiran orang Kristen di sebuah komunitas atau lingkungan hidup
seharusnya memberi nilai yang positif dan memberkati orang lain. Karena untuk
itulah kita dipanggil dan dipilih.
Orang Kristen dipanggil untuk membawa perubahan di setiap
komunitas. Tuhan menghendaki anak-anakNya menjadi orang yang berpengaruh di
komunitas mereka karena “mereka semakin serupa dengan Kristus dan bukannya
menjadi serupa dengan dunia” (bnd. 2 Kor. 3:18; Rm. 12:2). Urutannya harus
benar, bukan lingkungan dulu yang berubah, melainkan diri kita dan perilaku
kita, kemudian terjadi perubahan lingkungan kita. Dengan cara demikian kita
telah memenuhi fungsi kita sebagai “garam” dan “terang dunia” dan lingkungan
akan merasakan pengaruh dari fungsi kedua metafora tersebut (Matius 5:13,14).
Pengaruh garam yang mencegah pembusukan pada daging dan memberi rasa pada
masakan; serta terang memberi pengaruh terhadap gelap sehingga gelap menjadi
sirna karena kehadiran terang, demikianlah kehadiran orang percaya memberi
pengaruh yang baik bagi lingkungannya.
Perintah “..janganlah kamu menjadi serupa dengan
dunia ini”, janganlah dipahami secara sempit maknanya. Perintah ini bukan
berarti yang rohani dan yang sekuler dipisahkan. Yang berkaitan dengan gereja
itu rohani, sementara pekerjaan itu dunia. Yang berkaitan dengan pelayanan
gerejawi itu rohani, sementara di tempat kerja dan keluarga itu duniawi. Itu
terlalu sempit. Oleh sebab itu, kita perlu menjadi orang Kristen dengan
paradigma yang baru, dan meninggalkan paradigma lama. Orang Kristen dengan
paradigma lama memisahkan kehidupan gereja dari kehidupan di dunia sekuler. Tetapi
orang Kristen dengan paradigma baru adalah orang Kristen yang mewarnai bumi dan
memberikan pengaruh kuat. Allah memberikan sebuah tujuan kepada gereja-Nya
yaitu menghadirkan kerajaan Allah dalam setiap aspek kehidupan di dunia. Allah
ingin setiap orang percaya bergabung ke dalam misi-Nya untuk memperlebar kuasa
kerajaan-Nya di negara atau kota atau daerah di mana kita tinggal.
Bagi keluarga saudara, warnailah keluarga saudara
dengan nilai-nilai Kerajaan Allah. Bagi saudara yang bekerja, warnailah tempat
kerjamu dengan nilai-nilai Kerajaan Allah. Bekerjalah dengan jujur, tidak
menipu, melainkan lakukan tugas dan tanggungjawabmu dengan penuh dedikasi
seperti untuk Tuhan. Bagi saudara yang masih menempuh studi bekerja
keraslah dan hasilkan prestasi. Bagi saudara yang melayani dalam pelayanan
gerejawi, lakukanlah semuanya itu dengan komitmen dan kesetiaan kepada Allah.
Serta, di manapun kita berada pengaruhilah komunitas kita dengan nilai-nilai
Kerajaan Allah. Membaur tanpa harus melebur.
Kesimpulan
Ada dua tugas yang menjadi bagian orang percaya dalam
upaya transformasi hidup. Yang pertama, mentransformasi perilaku, di mana hal
ini mengacu pada sifat dan karakter yang diubahkan dari hari ke hari melalui pengalaman
hidup. Yang kedua, mentransformasi komunitas, di mana kita perlu membaur, tanpa
harus melebur. Saudaralah agen pembaharuan dan itu semua dimulai dari kita,
selanjutnya mengarah pada komunitas kita.
Tuhan Yesus memberkati,
Posting Komentar untuk "Khotbah Kristen: Transformasi Orang Kristen"