Renungan Kristen: Iman Dalam Surat Ibrani (Ibr. 11:1)
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibr. 11:1)
Bagian dalam ayat ini sesungguhnya menjelaskan bahwa iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Ayat ini muncul dilatarbelakangi satu peristiwa yang luar biasa, di mana jemaat Ibrani yang sesungguhnya menunjukkan iman yag kuat dan kokoh di tengah badai.
Ibrani 10:32-34 mengatakan: “32 Ingatlah akan masa yang lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita oleh karena kamu bertahan dalam perjuangan yang berat, 33 baik waktu kamu dijadikan tontonan oleh cercaan dan penderitaan, maupun waktu kamu mengambil bagian dalam penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian. 34 Memang kamu telah turut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang hukuman dan ketika harta kamu dirampas, kamu menerima hal itu dengan sukacita, sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya.”
Di masa lalu, jemaat di Ibrani begitu mempercayakan hidupnya pada tangan penguasaan Tuhan. Sekalipun mereka dijadikan bahan tontonan oleh kekaisaran Romawi, apabila seorang percaya kepada Yesus, mereka dianggap sebagai pemberontak dan layak menerima hukuman dengan cara-cara yang keji dan kejam. Sesungguhnya untuk terlepas dari hukuman, jemaat Ibrani cukup datang sekali setahun untuk membakar dupa dihadapan patung kaisar, dan menyebutkan salam “kaisar itu Tuhan”. Semuanya bisa dilakukan tanpa meninggalkan keprcayaan Kristen. Namun mereka tetap bertahan dengan iman percayanya dan tidak menduakan Tuhan. Oleh sebab itu, mereka dicerca dan dianiaya, harta kekayaannya dirampas, disiksa dan dihukum, namun mereka tetap bertahan karena mereka percaya bahwa mereka memiliki harta yang abadi, harta yang jauh lebih baik dan bersifat kekal. Imannya menjadi kuat ditengah penderitaan yang ada, imannya makin kokoh ditengah intimidasi, penindasan dan bullyan yang ada.
Penulis surat Ibrani kembali meneguhkan jemaat Ibrani, bahwa mereka jangan sampai melepaskan kepercayaan mereka, sebab upah yang menanti sangat besar. Selain itu, diperlukan ketekunan supaya janji Tuhan itu makin nyata di dalam kehidupan mereka. Peneguhan ini dikarenakann beratnya tantangan dan cobaan membuat mereka ingin mundur. Rupanya bertahan dalam keadaan baik itu sangat mudah ketimbang bertahan dalam keadaan menderita.
Hal ini tercermindari sejarah gereja mula-mula di mana pada saat gereja dihambat, tetapi gereja makin merambat, disaat gereja kecil, menderita, dikerjar-kejar dan dianiaya, iman gereja makin teguh dan murni. Sehingga orang yang menjadi seoarang Kristen sungguh-sungguh percaya kepada Kristus dan mau menyerahkan sepenuh hidup dan matinya kepada Kristus. Namun ketika Kaisar Romawi yang bernama Konstantin Agung menjadi Kristen dan menyatakan bahwa kekristenan menjadi agama negara, ribuan orang akhirnya menjadi Kristen dan gereja pun berdiri megah. Tidak berhenti begitu saja pada saat Kaisar Teodosius menetapkan Kekaisaran Romawi menjadi Kekaisaran Kristen, kedudukan agama Kristen semakin unggul dan di atas angin. Kekristenan makin mapan dan hanya orang-orang Kristenlah menduduki posisi-posisi penting dalam pemerintahan. Akhirnya semua orang ingin menjadi Kristen dikarenakan mereka ingin menduduki posisi-posisi yang strategis dalam pemerintahan. Kekristenan akhirnya kehilangan jatidirinya, nilai-nilai dan kemurian iman sudah mulai luntur dan berangsur-angsur mulai pudar. Kekristenan mulai melacurkan diri, sebab motivasi menjadi Kristen karena meginginkan kehidupan yang mewah, panngkat yang baik, dan kehidupan yang nyaman.
Apa yang terjadi di masa lalu, nampaknya terulang di masa sekarang, sekalipun Kekristenan tidak menjadi agama negara, tetapi kekristenan diakui sebagai salah satu agama yang sah di negara, kita diberikan kebebasan untuk beribadah dan menjadi seorang Kristen. Namun sungguh amat jarang kita menjumpai seorang yang memiliki iman yang radikal, kuat dan kokoh. Kenyamanan hidup dan keinginan daging yang menguasai diri membuat seorang enggan memperhatikan kehidupan imannya. Bagi sebagian orang, “..cukup saya beragama Kristen, ya kalau ada waktu ke gereja, kalau gak yaa apaboleh buat..”; “…yaaa orang tuaku Kristen, nenek-kakekku Kristen, bahka seluruh nenek moyangku Kristen, maka saya juga Kristen..”. Kekristenan berubah arah menjadi Kristen yang berdasarkan iman pengetahuan, “ ..setahuku yaa Yesus itu Tuhan dan Juruselamat..”. Orang Kristen hari-hari ini terlena dengan banyaknya kegiatan gereja, tetapi tidak pernah bersungguh-sungguh menjadi Kristen. Kekristenan mereka hanya sebatas rutinitas ibadah tanpa mengerti esensi atau nilai yang terkadung dalam ibadah. Makanya tidak banyak dari kita, sepulang dari ibadah, hidup kita sama saja, bahkan lebih parah lagi. Kekristenan seharusnya berdasarkan iman yang menyelamatkan, di mana kita mengalami dengan nyata kasih Tuhan, bahwa Ia telah datang kedunia untuk mencari dan menebus kita dari maut untuk masuk dalam kehidupan yang kekal abadi. Ujian dan cobaan adalah bumbu-bumbu untuk membuat kita makin enak, makin gurih, makin lezat, sehingga ketika Tuhan melihat kita dan sungguh hidup kita boleh dinikmati Tuhan.
Tanpa memahami dan mengalami hal ini, kekristenan akan kehilangan nilainya. Kekristenan akan seperti agama pada umumnya, di mana sesungguhnya kekristenan sangat berbeda dengan agama pada umumnya. Dasar keselamatan inilah yang menjadi fondasi kita hidup. Selain itu, Ibrani 11:2 menjelaskan bahwa para saksi-saksi iman dalam kitab Perjanjian Lama sudah membuktikan. Ibrani:11:3 menjelaskan bahwa Dunia ini ada karena ada Tuhan yang menciptakan, dari yang tidak ada menjadi ada. Kuasa-Nya terpabcar jelas dan nyata dalam seluruh ciptaan-Nya.
Inilah dasar untuk kita terus memiliki pengharapan yang pasti, sampai bukti yang kita harapkan menjadi kenyataan. Inilah dasar kita hidup dalam kehidupan sehari-hari, bahwa janji-Nya “Yaa” dan “Amin”. Oleh sebab itu, tidak ada alasan untuk kita tidak beriman kepada-Nya. Tidak alasan untuk kita tidak hidup bagi Dia. Tidak ada alasan untuk kita tidak memuliakan dia. Tidak ada alasan untuk kita tidak memberikan segala-galanya bagi hormat kemuliaan nama-Nya. Percayakanlah seluruh hidupmu kepada-Nya. Jadilah kuat, jadilah kokoh, jadilah radikal bagi Kristus. Amin.!
Posting Komentar untuk "Renungan Kristen: Iman Dalam Surat Ibrani (Ibr. 11:1)"