Khotbah Ucapan Syukur: Sukacita di Tengah Dukacita (Hab. 3:17-19)
Pendahuluan
Keadaan dan situasi dunia yang semakin tidak menjanjikan. Virus Corona yang semakin menjadi ancaman yang menakutkan, mencemaskan dan bahkan pandemic virus corona ini merugikan banyak kalangan. Pendapatan makin turun dikarenakan banyak libur, sementara kebutuhan pokok makin meningkat, bahkan harga-harga makin melambung tinggi. Rata-rata negara di dunia banyak mengalami kerugian dalam bidang ekonomi. Pedagang makin sepi pembeli, dikarenakan setiap orang harus mengisolasi dirinya sendiri di rumah masing-masing, makan di rumah, kerja di rumah, belajar di rumah, ibadahpun harus di rumah.
Kerugian yang begitu besar di alami oleh banyak orang kumpul-kumpul dibatasi, ke sekolah dibatasi dengan sistem online, ibadahpun tidak boleh dilakukan di gereja. Adanya sosial distancing membuat setiap kita tidak bisa melakukan aktivitas dengan sukacita. Kerja dengan penuh ketakutan, pergi belanja dengan penuh ketakutan, di rumahpun dihantui dengan penuh ketakutan. Ada batuk sedikit … corona itu. Demam sedikit wahhhh jangan-jangan kamu kena corona.
Kita perlu berhikmat dengan melakukan gaya hidup bersih. Kita perlu menjaga jarak aman, gunakan masker kemanapun kita pergi. Semuanya ini sangat benar, namun tidak perlu takut, gelisah ataupun cemas bahkan panik dengan keadaan dan situasi yang mencekam saat ini. Alkitab mengatakan bahwa: 17 Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, 18 namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. 19 ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku. (Hab. 3:17-19)
Apapun keadaan saudara saat ini bersukacitalah senantiasa, sekali lagi kukatakan bersukacitalah.
Baca juga: Bersukacita di dalam penderitaan
Mengapa seorang mampu mengalami sukacita di tengah dukacita??
1. Ada Persekutuan di dalam Tuhan (ay. 18)
Dalam teks ini Habakuk sedang menyatakan doanya kepada Tuhan. Di tengah situasi yang mencekam Habakuk menaikan doanya dan merenungkan setiap kebaikan dan kasih Allah yang telah di alami bangsa Israel di masa lampau. Habakuk merenungkan pribadi Allah Yang Maha Kudus, di mana keagungan dan kedahsyatan Tuhan terpancar dari segala ciptaan-Nya. Bahkan bangsa-bangsa akan dibuatnya terkejut dan gemetar pada saat Ia memberikan tulah kepada orang-orang fasik. Dalam hal ini Habakuk mengalami perjumpaan pribadi dengan Allah. Di dalam doanya Habakuk sadar dan mengenal Allah dengan sungguh, sekalipun sebelumnya Habakuk sempat menanyakan tentang keadilan Tuhan, berkenaan dengan tindakan Allah yang seolah-olah berdiam dengan perbuatan-perbuatan orang fasik. Tetapi di dalam persekutuannya dengan Tuhan, Habakuk mengenal pribadi Allah. Doa membuat Habakuk semakin menganal pribadi Allah.
Saudara yang terkasih kemenangan puncak dalam doa terdapat dalam pengalaman di mana doa menjadi tempat penglihatan dan bukannya tempat percakapan atau orator belaka. Pengalaman yang terindah tidak dialami dalam hal terkabulnya permintaan-permintaan kita kepada Allah. Tetapi di dalam pengalaman melihat pengungkapan diri Allah kepada diri orang yang berdoa. Persekutuan dengan Tuhan atau doa harus menunjukkan adanya hubungan dua pribadi, yaitu hubungan kita dengan Tuhan. Oleh sebab itu, kekristenan bukan berbicara tentang sebuah religion, tetapi sebuah relation. Kekristenan berbicara tentang sebuah hubungan di mana di dalam doa kita harus mengunci diri dengan Allah agar kita memiliki penglihatan akan diri Allah. Sehingga pada saat kita memiliki persekutuan dengan Tuhan, maka kita akan mengerti esensi dari sukacita penuh di dalam Yesus.
Habakuk menggambarkan: “Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN…” orang Israel kehilangan mata pencahariannya, mereka mengalami gagal panen, mereka mengalami kehancuran dalam peternakannya karena penyerbuan dari bangsa Kasdim. Pasukan Kasdim dengan sengaja menghancurkan pepohonan dan panen. Sejarah Mesir masa awal membual bahwa pasukan Mesir telah menghancurkan pohon-pohon buah-buahan di salah satu dataran pantai Palestina. Namun sukacita tetap melekat pada orang yang memiliki persekutuan dengan Tuhan.
Saudara yang terkasih dalam Tuhan: adakah sukacita di tengah gejolak dunia saat ini ? adakah sukacita di tengah pandemi wabah virus corona ini?? Tidak perlu takut, gelisah ataupun kuatir, sebab ada sukacita di dalam persekutuan dengan Tuhan. Sekalipun harus tetap di rumah, tetapi ambillah nilai positifnya yaitu untuk membangun persekutuan dengan Tuhan. Bangun mezbah doa di dalam keluarga kita masing-masing. Manfaatkan waktu untuk mengenal pribadi Allah melalui pembacaan Alkitab.
2. Ada Keselamatan di dalam Tuhan (ay. 18)
Dalam ayat 18 ini menjelaskan kepada kita bahwa sukacita timbul sebab ada keselamatan di dalam Tuhan. Dalam doanya Habakuk menunjukkan bahwa dalam sejarah bangsa Israel, Allah telah terbukti sebagai penyelamat umat-Nya. Allah menyelamatkan Israel dari Mesir, Allah menyelamatkan Israel dari bangsa-bangsa Kanaan, serta Allah memukul kalah setiap musuh-musuh Israel. Orang-orang yang berlaku fasik betul-betul dihabisi, murka Allah terjadi atas bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah yang hidup. Sukacita seseorang timbul pada saat dirinya diselamatkan oleh Allah. Pada saat seseorang mengalami keselamatan yang dari pada Allah, pasti mengalami sukacita yang begitu luar biasa. Karena orang tersebut mengerti bahwa Allah adalah sumber keselamatan.
Ada seorang ibu yang menyeberang lampu lalu lintas dan tiba-tiba ada seorang yang nekad melintasi jalan tersebut, padahal lampu masih merah. Tetapi ada seorang pemuda yang menolong ibu ini, sehingga ibu tersebut selamat dari bahaya maut. Ibu ini sangat berterimakasih kepada anak muda yang sudah menolongnya, ia merasa sukacita sekali karena tidak tertabrak motor. Demikian pula hidup kita akan mengalami sukacita penuh karena Allah telah menyelamatkan kita dari belenggu dosa. Allah mengutus Yesus untuk menjadi korban penebusan dosa-dosa kita, sehingga kita beroleh selamat. Allah menyelamatkan kita bukan karena perbuatan baik kita, bukan karena kebenaran kita, melainkan karena Allah mengasihi kita melalui Yesus yang mati untuk dosa-dosa kita. Sehingga hidup kita mengalami sukacita yang kekal.
Saudara yang terkasih dalam Tuhan: Yesus memberikan keselamatan kepada kita dan memberikan sukacita di dalam hidup kita, supaya sukacita yang diberikan Tuhan menjadi penuh. Apapun yang kita alami saat ini tetaplah bersukacita.
3. Ada Kekuatan di dalam Tuhan (ay. 19)
Habakuk memberikan penjelasan bahwa ada sukacita di dalam Tuhan sebab Tuhan adalah sumber kekuatan di dalam kehidupan kita. Alkitab menggambarkan kekuatan dari Allah ini seperti “kuatnya kaki Rusa”. Binatang semacam rusa sangat cepat dan berkaki cekatan, sehingga ia dapat segera melepaskan diri dari para pengejarnya. Gambaran ini adalah tentang seseorang yang sangat yakin bahwa Allah yang memimpin umat-Nya ke dalam pencobaan adalah setia dan akan juga memberikan jalan keluar untuk setiap pencobaan, sehingga mereka mampu menanggungnya.
Saudara yang terkasih dalam Tuhan, tanpa kekuatan dari Tuhan mungkin kita akan capek menghadapi tantangan hidup ini. Kita akan putus asa dengan keadaan dan situasi dunia yang tidak semakin baik. Tetapi perhatikan dengan baik bahwa: “orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekutan baru; mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah”.
Kekuatan yang Allah berikan membuat kita mampu bersukacita di tengah segala kondisi. Di saat-saat hidup mengikut Tuhan penuh dengan kesulitan dan tantangan, pandanglah pada Tuhan Yesus. Dia telah mengurbankan diri-Nya di kayu salib untuk mengalahkan musuh-musuh-Nya dan memberi kemenangan bagi kita, umat-Nya. Jangan pernah putus harap dan menyerah, pada saat-Nya Dia akan mengubah ratapan kita menjadi sukacita. Oleh sebab itu, jangan gentar karena situasi yang meresahkan di sekitar kita, tetapi takjublah karena Allah selalu hadir dan berkarya dalam peristiwa segelap apa pun. Allah adalah sumber kekuatan kita yang memampukan kita bersukacita di tengah dukacita.
Kesimpulan
Ada 3 alasan yang membuat orang percaya mampu mengalami sukacita di tengah dukacita:
- Ada persekutuan di dalam Tuhan
- Ada keselamatan di dalam Tuhan
- Ada kekuatan di dalam Tuhan
Apapun keadaan saudara saat ini bersukacitalah senantiasa, sekali lagi kukatakan bersukacitalah.
Posting Komentar untuk " Khotbah Ucapan Syukur: Sukacita di Tengah Dukacita (Hab. 3:17-19)"